"Pasti Bapak juga gak percaya, kan kalo saya masih perawan?"
"Iya saya gak percaya! Sebelum saya menikahi kamu."
_____
Bagi Tasila, Gezze itu menyeramkan. Dia tidak seperti laki-laki baik yang Ia idam-idamkan selama ini. Dia seorang duda kaya raya yang isu-isunya sempat terkena kasus KDRT sebelum bercerai dengan mantan istrinya.
Tapi, dibalik itu Gezze adalah penyelamatnya. Lebih tepatnya mereka saling menyelamatkan satu sama lain.
Gezze menikahi Tasila bukan tanpa sebab melainkan ada sebuah rahasia yang membuatnya tertarik kepada gadis itu.
Begitupun dengan Tasila, walaupun Ia menerima Gezze pada awalnya karena keterpaksaan namun, pada akhirnya Ia pun mulai menjadikan Gezze sebagai sosok pelindungnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nomor itu Lagi?
"Jadi tadi itu ada orang yang moto-moto aku secara diam-diam gitu Mas. Aku sempat kejar dia tapi aku gagal nangkep dia. Tapi yang bikin aku heran banget, dia punya taktik yang dulu pernah aku pelajarin pas aku jadi Agent. Aku tau banget itu taktiknya khusus dan rahasia. Aku jadi berfikir, jangan-jangan Kakak-kakaknya Mas bayar salah satu anggota Plam lagi?!"
"Tapi bukannya Agent Plam hanya melayani kriminalitas?"
"Itu dia yang bikin aku bingung Mas. Agent Plam itu bukan Agent sembarangan yang bisa disewa seenaknya. Kami menjujung tinggi keadilan dan selalu menolak suap apapun jaminannya!" Tasila mengepal kuat tangannya merasakan kekecewaan dihatinya jika memang benar para milyarder itu berhasil menyewa salah satu anggota Plam.
"Kamu inget sesuatu yang mungkin menjadi ciri khas laki-laki misterius itu?"
Tasila terdiam berusaha mengingat. "Topinya paling. Warna hitam terus ada gambar tengkorak ikan."
"Mas minta maaf ya Ta. Gara-gara Mas kamu jadi ikut kena masalah juga."
Tasila mendekati Gezze yang kini sedang duduk di atas sofa seraya ikut duduk dan memeluk sang suami dari samping. Gezze pun membalas pelukan sang istri sambil mengelus lembut lengannya.
"Gak papa kok Mas. Masalah kamu masalah aku juga. Kamu nikahin aku juga tujuannya biar aku bisa bantu kamu, kan?"
Gezze menggeleng pelan. "Mas lebih takut kehilangan calon bidadari surga ini daripada dunia Mas."
"Bisa aja." Tasila menyenggol lengan suaminya sambil terkekeh.
Ternyata Tasila akan merasa sangat marah ketika tau ada orang yang sedang menguntitnya. Gezze meringis sekilas, bagaimana dengan dirinya sebelumnya? Apakah Tasila juga akan marah jika tau Gezze juga pernah menjadi penguntitnya?
"Mas itu dari kapan tau sama aku? Kan waktu pertama kita kenal Mas udah tau banyak soal latar belakang kehidupan aku." Tanya Tasila tiba-tiba, membuat Gezze merasa mati kutu.
"Emm... Ya... Mas cuma minta tolong Sidik aja untuk cari tau soal kamu."
"Secepat itu?"
"I__iya Sidik itu handal loh. Kamu kabur aja Sidik yang ngelacak dan nemuin lokasi keberadaan kamu. Makanya Mas yakin banget Mas Johan punya rencana mau nyingkirin Sidik biar Mas gak ada kekuatan lagi."
Tasila mengangguk-angguk faham. Ia sekarang tau kenapa Gezze cepat sekali dalam bertindak, ternyata yang pintar dalam pencarian itu Sidiknya.
Ting...
Tasila pun meraih handphonenya yang Ia letakkan di atas meja. Dahinya mengernyit saat membaca satu pesan masuk dari nomor tidak dikenal yang sebelumnya pernah mengirimkan pesan perintah.
+628764xxx
Hentikan perkerjaan Anda! Anda hanya alat untuk si CEO.
Saya tegaskan sekali lagi tinggalkan CEO itu sebelum anda menyesal!
Tasila pun menunjukkan layar handphonenya kepada Gezze. Gezze membacanya dengan serius dan cukup lama. Atensinya melirik ke arah Tasila dengan penuh tanya.
"Dari kapan kamu mendapatkan pesan-pesan ini?"
"Kemarin lusa Mas. Aku juga gak paham maksud dia apa ngirim-ngirim pesan kaya gini. Demi Allah ya Mas aku itu sebelumnya ataupun sekarang gak pernah deket sama siapapun dan orang terakhir yang deket sama aku itu ya Gus Dahlan. Dia kan sekarang benci sama aku dan dia juga udah nikah, mana mungkin gangguin aku. Lagian dipikir-pikir gak mungkin juga dia orangnya!"
"Sabar ya sayang insyaallah nanti ada jalan keluarnya." Gezze merangkul pundak Tasila dan membawa kepala perempuan itu untuk bersandar ke dada bidangnya.
"Pak Gezze saya mau nganter__"
Langkah dan ucapan Ulya terhenti saat matanya tidak sengaja melihat pemandangan yang cukup membuatnya shock berat. Bosnya yang dingin dan tidak tersentuh itu kini sedang bermesraan dengan perempuan yang merupakan inspirasinya.
Ada kekecewaan di hati Ulya mengetahui hal itu. Ia pikir Tasila perempuan yang dapat menjaga dirinya dari lawan jenis tapi ternyata....
Melihat kedatangan Ulya Tasila pun langsung menegakkan duduknya dengan perasaan canggung.
"Ulya! Sayakan udah pernah bilang, kalo mau masuk ketuk pintu dulu, ucapkan salam. Kamu muslim, kan?" Gezze nampak sedikit marah.
"I__iya maaf Pak saya cuma seneng aja kok ngeliat laporan ini. Soalnya penjualan kita sedikit-sedikit mulai meningkat." Ulya menunduk merasa bersalah.
"Yoweslah kalo Bapak mau pacaran yo lanjut ngono! laporannya saya tunjukin nanti aja." Ulya berbalik badan hendak keluar.
"Heh! Siapa yang nyuruh kamu keluar lagi!" Cegah Gezze membuka langkah Ulya terhenti.
Ulya pun berbalik badan dan melangkah masuk lebih dalam.
"Yo terus opo to Pak?"
"Saya udah pernah bilang sama kamu kalo lagi di kantor itu harus pake bahasa Indonesia sesuai KBBI!" Tegas Gezze.
"Iya Pak maaf." Ulya mencebikan bibirnya kesal. Inilah pekerjaan sampingannya jika ada Gezze di kantor, Ia akan menjadi pelampiasan kekesalan sang Bos.
"Ini istri saya Tasila." Gezze menunjuk Tasila dengan ekor matanya.
"Apaaaa?" Ulya ternganga kaget. Ia menatap Tasila dengan mata melebar sempurna hingga hampir keluar sepertinya.
"Heh! Jangan ngeliatin istri saya kaya gitu! Cuma saya yang boleh memandangnya." Gezze melirik sinis kearah gadis itu.
"I__iya Pak maaf." Ulya menunduk merasa bersalah.
"Posesif banget si! Saya masih normal kali." Gerutunya pelan yang masih bisa terdengar oleh Gezze.
Tasila terkekeh geli melihat tingkah Ulya dan suaminya yang cukup lucu. Bos dan manager yang kurang akur namun akur juga sebenarnya. Begitulah definisi yang tepat namun cukup membingungkan.
"Saya dengar!" Timpal Gezze.
"Udah jangan berantem tak kawinin kalian nanti." Sahut Tasila masih dengan kekehannya.
"Dih amit-amit!" Ucap Ulya keceplosan.
"Apa kamu bilang?" Gezze menatapnya tajam.
"E__em ini laporannya ya Pak. Saya permisi dulu udah ditungguin Pak Afnan in__investor iya investor. Assalamu'alaikum." Setelah meletakkan semua berkas laporan ditangannya ke atas meja, Gadis itu langsung ngacir pergi dari ruangan Gezze.
"Wa'alaikumsalam."
"Aku tadi udah kenalan sama Ulya. Dia loh yang nganter aku sampe ruangan Mas." Gezze mengangguk-angguk.
"Ulya itu adiknya Sidik yang paling bungsu. Mas udah kenal dia sedari dia masih pake popok."
"Ha? Emang iya?" Tasila menatap suaminya dengan mata mengerut.
"Mas udah anggep dia kaya adik Mas sendiri. Lebih tepatnya keluarganya Sidik itu emang seperti keluarga Mas juga." Gezze tersenyum mengingat keluarga baik itu.
"Oh iya ngomong-ngomong Pak Sidik mana?"
"Kamu lupa rencana Mas?"
"Oh iya hehe..." Tasila menyengir kuda.
"Tugas terakhirnya cuma nganter Pak Ecep ke cafe soalnya Mas gak percaya orang lain selain Sidik dalam masalah apapun. Baik itu masalah kantor maupun masalah pribadi Mas."