NovelToon NovelToon
Ternyata Dia Muridku

Ternyata Dia Muridku

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Cinta setelah menikah
Popularitas:18.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lailatus Sakinah

Masih berstatus perawan di usia yang tak lagi muda ternyata tidak mudah bagi seorang gadis bernama Inayah. Dia lahir di sebuah kota kecil yang memiliki julukan Kota Intan, namun kini lebih dikenal dengan Kota Dodol, Garut.
Tidak semanis dodol, kehidupan yang dijalani Inayah justru kebalikannya. Gadis yang lahir tiga puluh tahun yang lalu itu terpaksa meninggalkan kampung halaman karena tidak tahan dengan gunjingan tetangga bahkan keluarga yang mencap dirinya sebagai perawan tua. Dua adiknya yang terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan bahkan sudah memiliki kekasih padahal mereka masih kuliah dan bersekolah, berbeda jauh dengan Inayah yang sampai di usia kepala tiga belum pernah merasakan indahnya jatuh cinta dan dicintai, jangankan untuk menikah, kekasih pun tiada pasca peristiwa pahit yang dialaminya.

Bagaimana perjuangan Inayah di tempat baru? Akankah dia menemukan kedamaian? Dan akankah jodohnya segera datang?

Luangkan waktu untuk membaca kisah Inayah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lailatus Sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengingatkan tentang Keluarga El-Malik

Hai teman-teman, yang mau tahu siapa si kembar, jangan lupa baca "Terjebak Cinta Tukang Cuci Piring" ya...

"Mas, tolong sampaikan ke Pak Arzan kalau Tiara mau melahirkan" dengan suara memburu karena menelepon sambil berjalan Rianty menghubungi Arga, memberitahukan jika Tiara akan melahirkan dan sudah berada di rumah sakit.

Tanpa menunggu jawaban dari seberang telepon, Rianty kembali menutup sambungan ponselnya. Dia segera membantu mendorong kursi roda yang diduduki Tiara agar cepat sampai ke ruang persalinan.

Tim dokter sudah siap dengan perlengkapannya. Mereka sudah mendapat informasi dari salah satu perawat yang ditelepon Rianty agar menyiapkan ruang persalinan untuk nyonya pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja.

Dengan perlengkapan yang serba canggih dan ruangan yang sudah pasti VVIP tim dokter sudah siap untuk melakukan tindakan terhadap Nyonya El-Malik Grup.

"Ri, sakit...." rintih Tiara saat dirinya kembali merasakan kontraksi luar biasa, kehamilan yang kelima yang kebetulan kembar memberikan pengalaman tersendiri untuknya. Sungguh setiap kehamilan yang dihadapinya memberi sensasi tersendiri untuk Tiara. Di usia yang akan menginjak kepala empat dia sudah mengalami lima kali kehamilan.

Tidak ada yang membuat Tiara menyesal dengan pilihannya. Tiara sangat menikmati setiap momen dalam hidupnya. Keberadaan orang-orang tersayang di sekitarnya menjadi support system yang sangat berharga untuk Tiara menjalani hari-harinya.

"Sabar Ra, sebentar lagi suamimu pasti sampai. Aku sudah menghubungi Mas Arga" Rianty masih setia mendampingi sahabatnya itu.

Kurang dari dua puluh menit Arzan sudah sampai di halaman parkir rumah sakit. Tanpa menunggu penjaga membuka mobilnya dia buru-buru keluar dan berlari menuju ruangan yang sudah diinformasikan oleh Rianty melalui Arga.

Sepanjang perjalanan pria mapan itu sangat cemas dan tidak henti-hentinya merafalkan do'a untuk keselamatan istri dan calon anak-anaknya.

Selama pernikahannya dengan Tiara dia selalu menjadi suami siaga di saat sang istri menjalani kehamilan dan melahirkan. Kali ini dia pun tidak ingin kehilangan momen berharga itu, apalagi menurut pemeriksaan bayi kembar yang dikandung istrinya berjenis kelamin laki-laki sesuai harapannya.

"Assalamu'alaikum" pintu ruang persalinan terbuka, Arzan sudah siap dengan pakaian khusus untuk mendampingi sang istri melalui momen pentingnya. Semua mata pun tertuju padanya, Tiara menyambut kedatangan suaminya dengan keringat yang sudah bercucuran dan wajah yang pucat namun senyum manis tetap dia hadirkan saat suaminya datang.

"Wa'alaikumussalam, Mas" dengan suara lirih Tiara menjawab, rasa sakitnya sudah tidak tertahankan lagi. Sang janin sudah semakin mendesak untuk segera keluar setelah kedatangan ayahnya.

"Sayang, aku di sini. Maaf, maafkan aku" Arzan menciumi wajah Tiara dengan air mata yang membasahi pipinya. Rasa bersalah karena terlambat mendampingi sang istri menyeruak dalam dadanya.

Meskipun ini bukan pengalaman pertamanya mendampingi Tiara melahirkan tapi di setiap momennya Arzan selalu tak mampu menahan air mata. Dia semakin menyadari betapa besar pengorbanan istrinya, dan di saat bersamaan rasa cinta, kasih dan sayangnya semakin berlipat untuk istrinya.

"Mas, sakiiiit...... ya Allah" lirih Tiara mengatakannya, membuat seluruh tubuh Arzan merinding, dia bisa melihat dengan jelas betapa kesakitan yang dirasakan istrinya begitu dalam.

"Maaf sayang, maafkan aku" rasa bersalah kembali menyeruak dalam dadanya, Arzan resah karena tidak banyak yang bisa dilakukan olehnya untuk membantu mengurangi rasa sakit yang dirasakan istrinya.

"Bu Tiara, bagaimana masih kuatkah? seorang dokter wanita yang menjadi pimpinan tim yang menangani proses melahirkan Tiara bertanya keadaan pasien eksklusifnya itu,

"Insya Allah dok" jawab Tiara lirih, membuat hati Arzan seakan teriris.

"Sayang, di caesar saja ya" pinta Arzan dengan suara serak karena tangis yang tertahan.

"Do'akan kami mas..." lirih kembali Tiara berbicara, dia tidak menanggapi permintaan suaminya karena merasa dirinya masih kuat menjalani proses melahirkan normal.

" Tentu sayang, aku tak berhenti berdo'a untukmu dan anak kita" balas Arzan tak kalah pilu menjawabnya. Kecupan lembut kembali menghujani wajah Tiara, berharap dapat mengalirkan kekuatan untuk sang istri.

"Dokter, saya sudah tidak kuat" Tiara sedikit berteriak namun masih tertahan saat kontraksi hebat kembali menyerangnya,

"Baik ibu, Alhamdulillah pembukaannya sudah lengkap. Ayo bu, sekarang saatnya." titah dokter yang sudah siap dengan perlengkapannya untuk membantu proses melahirkan Tiara.

"Aaaarrghh..... Allahu Akbar" teriak Tiara, dengan segenap tenaga dia mengejan sekaligus dan jeritan suara tangis bayi pun langsung menggema memenuhi setiap sudut ruangan bercat putih itu.

"Alhamdulillah, putra pertama anda sudah lahir Tuan" ucap sang dokter membuat Arzan mendongak, sekilas dia melihat bayi yang diangkat sang dokter namun kemudian kembali fokus pada Tiara yang terkulai lemah.

"Sayang, anak kita sudah lahir" pekik Arzan sambil terus menciumi wajah istrinya yang basah oleh keringat. Air mata pun tak hentinya mengalir membasahi pipi bahkan baju yang dikenakan Arzan.

"Iya Mas" lemah Tiara menjawab,.

"Dokter, saya mulai kontraksi lagi" Tiara menarik nafasnya panjang dan dalam, sesuatu yang mendesak untuk segera keluar kembali dirasakannya.

"Baik Bu, tenang ya, silahkan ikuti arahan saya" sahut dokter itu kembali siaga dengan kelahiran putra kedua Tiara dan Arzan, sebelumnya dia sudah menyerahkan bayi yang pertama kepada salah satu perawat yang kemudian dibersamai Rianty.

"Mas sakit mas....Allahu Akbar, Yaa Allah" Tiara kembali sedikit berteriak, namun sang bayi belum kunjung keluar.

"Tenang Bu, silahkan tarik nafas dulu yang dalam dan kumpulkan tenaga ibunya jangan sampai ibu tegang ya dan kehabisan tenaga ya" dokter terus menyemangati, sepanjang sejarah melahirkan Tiara dari anak pertama hingga saat ini dialah dokter yang menangani istri pemilik rumah sakit itu. Dokter Lidia namanya, dia tahu Tiara selalu optimis dan bersemangat saat menjalani kehamilan dan melahirkan. Saat ini pun dia yakin Tiara bisa melahirkan normal walaupun kembar.

"Kita mulai lagi ya Bu, kepalanya sidah hampir terlihat, siap ya Bu. Tarik nafas....dan ... keluarkan" dokter terus mengarahkan, sesekali dia melirik hasil pantauan dokter lain terhadap perkembangan keadaan Tiara.

"Aaaarrggghh....Allahu Akbar" teriak Tiara lepas dan seiring itu pula bayi kedua yang juga berjenis kelamin laki-laki terlahir sudah.

"Alhamdulillah" ucap syukur dilafalkan semua orang, Arzan memeluk erat tubuh lemah Tiara, dia menangis tersedu. Dari rangkaian proses melahirkan yang dijalani Tiara baru kali ini Arzan merasa sangat khawatir, dia tak berhenti dalam hati terus bermunajat agar istri dan anak-anaknya diberikan keselamatan.

"Sayang, aku mencintaimu, sangat, aku sangat mencintaimu" bisik Arzan terus di telinga Tiara yang terbaring lemah.

"Iya mas aku tahu" jawab Tiara dengan suara sangat lirih.

Sebuah ruangan yang jauh lebih besar dari ruang yang digunakan saat persalinan sudah tertata rapi bahkan dengan interior yang tidak menampakan seperti di rumah sakit. Tiara sudah terlihat lebih segar setelah membersihkan diri dan berganti baju dibantu para perawat tentunya. Di sisinya Arzan tidak beranjak sedikitpun. Setelah tadi sempat mengadzani kedua putra kembarnya diapun kembali berada di samping sang istri.

"Assalamu'alaikum" dokter yang tadi membantu Tiara menjalani proses melahirkan memasuki ruangan diikuti dua orang perawat yang masing-masing menggendong bayi diikuti oleh Rianty.

"Wa'alaikumussalam" jawab Arzan dan Tiara bersamaan,

"Ibu Tiara, silahkan disusui dulu kedua bayinya ya" sang dokter berseru, dia mengarahkan kedua perawat untuk bergiliran menyerahkan bayi kembar kepada Tiara dan membantunya untuk memberi asi kedua anak kembar itu.

Di saat bersamaan, kegaduhan langsung terdengar dari luar ruangan. Tiga anak gadis Tiara, Qiana, Aira dan Alina tengah datang bersamaan dengan pengasuh anak Alina. Mereka langsung datang ke rumah sakit segera setelah mendapat informasi jika sang mommy tengah melahirkan.

Aira dan Alina tampak begitu tidak sabar ingin segera bertemu dengan mommy nya, dari sekolah mereka langsung menuju ke rumah sakit tempat dimana mommy dan adik kembarnya berada. Di belakang mereka Qiana mengikuti sambil menggandeng Mami Ratna yang berjalan lebih lambat.

Suasana dalam ruangan perawatan pun ramai mereka bahkan bervideo call dengan kedua orang tua Tiara dan juga anak-anaknya yang berada di asrama melalui guru pembimbing mereka setelah mendapat izin terlebih dahulu dari pihak pondok.

Suasana menjadi ramai, semua perhatian orang-orang beralih pada si kembar yang sangat tampan. Saat video call tadi mereka bahkan sempat menggoda Ariq yang kini punya saingan ketampanan.

Arzan merangkul bahu Tiara yang kini duduk bersandar di atas tempat tidur. Semua orang berada di sofa, fokus pada si kembar.

"Tidak terasa ya Mas, sudah sejauh ini kebersamaan kita" ucap Tiara lirih dengan tatapan yang tidak lepas dari orang-orang yang mengerumuni bayi kembarnya di sofa. Orang-orang tercintanya tengah berkumpul di kamar rumah sakit itu.

Arzan pun menoleh, terlebih dahulu dia melayangkan kecupan di pelipis Tiara sebelum menjawab pertanyaannya.

"Kamu benar sayang, dan aku sangat bersyukur berada di titik ini" balas Arzan tenang, dia semakin mengeratkan rangkulan tangannya di bahu sang istri, sementara satu tangannya menggenggam erat tangan Tiara di pangkuannya.

"Dan sekian banyak proses sudah kita lewati bersama. Susah, senang bahkan kecewa sekalipun, semua itu tetap tidak merubah perasaan aku ke kamu, Mas." Tiara merebahkan kepalanya di atas dada bidang sang suami,

Arzan menarik nafas dalam, hatinya menghangat. Kebahagiaan melingkupi hidupnya, dia kembali melayangkan kecupan lama dan dalam di puncak kepala Tiara. Tak ada kata yang mampu terucap untuk mewakili betapa saat ini dirinya sangat bahagia.

"Terima kasih sayang, begitupun aku, aku sangat mencintaimu. Kamu orang pertama yang membuatku setenang ini dalam mencintai" ucap Arzan akhirnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Selama kamu menginginkannya, aku akan tetap membersamaimu selamanya. Karena hanya kamulah orang yang menjadi sandaranku"

"Tentu sayang, hanya kamu satu-satunya untukku dan kamu hanya untukku" ucap Arzan penuh penuh penekanan.

"Semoga aku dan kamu adalah dua orang yang sama-sama takut kehilangan Mas. Dua orang yang sepakat menyamakan tujuan, dua orang yang sepakat saling membahagiakan, meski sesekali ada pertengkaran atau hal-hal yang menyedihkan. Kita tetaplah dua yang memilih menjadi satu."

"Tentu sayang, aku sangat takut kehilanganmu Aku bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi dalam padaku jika dirimu tidak hadir dalam hidupku, untunglah Tuhan sangat menyayangiku. Sungguh, aku ingin menua bersamamu. Mari menghidupkan cerita indah untuk anak dan cucu kita. Terima kasih sudah bersedia menjadi telinga untuk mendengar semua cerita-ceritaku. Terima kasih sudah menjadi tempatku berbagi setiap kegelisahan yang bersarang di kepalaku. Aku akan berusaha untuk selalu menjadi bahu saat kamu berada di titik terbawahmu. Aku mau terus berjalan beriringan menemanimu, membersamai perjalananmu bersama anak-anak kita." Arzan menjeda ucapannya,

Tiara mendongak menatap dalam mata suaminya yang tampak berkaca-kaca hingga akhirnya air mata itupun menetes tepat di pipi Tiara.

"Aku pun hanya ingin terus menuju-Nya bersamamu Mas, dibimbing olehmu, sampai pintu surga terbuka, sampai ridho-Nya ada di genggaman kita berdua, Insya Allah."

"Terima kasih sayang" Arzan mencium pipi basah Tiara karena air matanya, dia terus menghujani wajah istrinya itu dengan kecupan yang penuh kelembutan.

"Cieee......" tanpa mereka sadari sejak tadi dialog mereka berdua didengar semua orang yang ada di ruangan itu.

☘️☘️☘️

1
Heri Wibowo
pasti ini akal-akalan Hasan agar Inayah pindah ke lantai 13
Rahmawati
Hasan tertarik ya sama inayah sampai pindah tugas ke lantai 13
nuraeinieni
wah inayah jadi incaran pak hasan,,,,kemana rayyan ya?
Tasmiyati Yati
Hasan sepupunya Rayyan dong, kira kira Rayyan datang gak ya
Yhanie Shalue
duch pak hasan ga main2 deketin Inayah nya,, semakin gencar aj ini,, Rayyan kamu dimana, dg siapa,, bu inayahmu loh diincer om mu😆
nurjen
akan ada perang antara abang dan ponakan ini mah /Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Heri Wibowo
flashback ya Kak
Heri Wibowo
lanjut
nuraeinieni
aduh sudah ada yg minta kenalan nih sama inayah.
nurjen
muter-muter kepanjangan ih tapi di baca juga heheheheh/Smile//Smile//Smile/
Yhanie Shalue
duch Rayyan kamu bakal bersaing sama om kamu sendiri nih😄
Dewi kunti
yuk double up 😘
Dewi kunti
typo kakak jas lengkap ini p SM s jauhan lho🤭🤭🤭
Lailatus Sakinah: siap kakak, nanti direvisi. Makasih sudah diingatkan 💟
total 1 replies
Rahmawati
gk mgkn rayyan kan? rayyan kan blm lulus kuliah, baru jg satu tahun
Nurhartiningsih
siapa ya??masa rayyan.kan baru setahun nggak ktmu.masa Inayah nggak ngenalin?
Khadijah Nafisah
mantap... 😁
Yhanie Shalue
wah Siapakah kira2,, kl Rayyan kyy ga mkn masak iya bu Inayah ga kenal,, duchh kak Laila jgn bikin deg2an ya😄
Maulana ya_Rohman
lama gak up thor🤔🤔🤔🤔...
padahal aku pengen pas baca Inayah ketemu sama siapa ya thor...🤔🤔🤔🤔🤔 aku kok lupa🤦🏻‍♀️
Heri Wibowo
lanjut kakak
nuraeinieni
wah rayyan tuh,,,udah setahun malah ngak saling kenal;
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!