Merleen merupakan seorang mafia. Sudah tidak terhitung banyaknya nyawa yang sudah ia bunuh. Banyak orang yang mengincar nyawanya.
Namun ia meninggal di tangan sang kekasih.
Arwahnya masuk kedalam tubuh seorang putri menteri yang terbuang. Dia dibuang oleh keluarganya karena hamil diluar nikah.
Padahal ia hamil karena jebakan dari kakaknya. Kakaknya tidak terima bahwa ia akan menikah dengan seorang jenderal.
Bukan hanya dibuang oleh keluarga. Gadis itu juga harus merasa sakitnya melihat lelaki yang ia cintai mencintai menikah dengan kakaknya.
Merasa frustasi gadis itu menyeburkan dirinya kedalam aliran sungai dari atas jembatan. Gadis itu pun tewas. Dan tubuhnya diambil alih oleh Merleen.
Empat tahun kemudian ia kembali ke ibu kota. Kedatangannya membuat geger kekaisaran.
Gadis itu membawa anak laki-laki berusia tiga tahun yang begitu mirip dengan Raja Chen. Dialah Raja perang yang terkenal akan kekejaman nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Papa Merleen
Lin Hua merasa tubuhnya hancur. Entah apa yang sebenarnya terjadi padanya. Setelah petir mereda muncul cahaya yang sangat menyilaukan.
Perlahan rasa sakit yang ia rasakan berangsur menghilang. Tubuhnya pun terasa ringan. Perlahan lin Hua membuka matanya.
"Akhirnya kamu bangun juga," ucap seseorang yang membuat perhatiannya teralihkan.
Lin Hua menoleh. Ada sesosok pria paruh baya yang sangat di kenal nya. Lelaki itu duduk tidak jauh dari tempatnya . Pakaian lelaki itu putih polos. Dia merasa familiar dengan wajah itu.
"Papa!" pekik Lin Hua terkejut hingga matanya membola. Lelaki itu terkekeh melihat reaksi Lin Hua. Kemudian merentangkan tangannya agar Lin Hua mendekat.
Lin Hua bergegas menghampirinya. Bahkan tidak sungkan memeluk lelaki tersebut.
"Kok Papa bisa ada disini?" tanyanya heran.
"Tentu saja untuk menemui putriku. Apa kamu merindukanku, Merleen?"
"Sangat! Aku kira papa sudah meninggal," jawab Lin Hua dengan mata berkaca-kaca.
"Aku memang sudah meninggal, sama sepertimu," terang Papa Merleen.
"Benarkah? Ngomong-ngomong saat ini kita ada dimana?" tanya Lin Hua sambil melihat kondisi sekitarnya.
"Saat ini kita ada di ruang dimensi," jawab papa Merleen yang membuat Lin Hua terkejut.
"Ruang dimensi?"
"Benar. Ruang dimensi ini hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Selain itu selain pemiliknya, ruang dimensi tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang," ucap Lin Hua memberi penjelasan.
"Terus kok kita bisa ada disini?" tanya Lin Hua heran .
"Karena ruang dimensi ini awalnya memang milik Papa. Namun mulai saat ini kamu akan menjadi pemiliknya."
"Kok bisa?"
Lin Hua masih belum faham dengan apa yang ucapkan papanya . lagipula sejak kapan sang papa memiliki ruang dimensi?
"Tentu saja bisa."
"Bingung aku."
"Tidak perlu bingung. Ini memang sudah menjadi takdirmu. Sekarang aku sudah bisa tenang meninggalkanmu disini."
"Jadi Papa mau pergi lagi."
Lin Hua menatap sang Papa dengan kecewa. Banyak pertanyaan yang ingin ia utarakan. Khususnya kemana saja Ia selama ini.
Tiba-tiba ia mengingat si kembar. Dengan panik Lin Hua menanyakan keberadaan mereka.
"Dimana kedua anakku?"
"Tidak perlu khawatir dengan si kembar. Mereka saat ini berada ditangan yang tepat."
"Pangeran Chen?"
"Hemm..."
"Papa kenal?"
"Tidak. Hanya saja aku mendengar anak buahnya memanggil dengan sebutan pangeran Chen."
"Terus bagaimana caranya aku keluar dari sini!"
"Tidak usah buru-buru anakku. Masih banyak yang perlu kau pelajari disini."
"Tunggu sebentar. Apa Papa ada hubungan dengan perpindahan jiwaku kesini?"
"Tentu saja karena tempatmu memang disini."
"Jangan berbelit-belit deh Pa!"
"Lin Hua memang sudah ditakdirkan untuk meninggal. Sehingga jiwamu bisa memasuki tubuhnya. Semua akan terungkap jika waktunya sudah tiba. Bukan ranahku untuk menceritakan kebenarannya. Tapi aku memang sudah ditugaskan untuk melindungi serta membekalimu berbagai keahlian yang akan kamu butuhkan disini. Kini aku berikan pusaka Naga untuk menjaga keselamatan kekaisaran Jian. Tolong jaga pusaka ini dengan baik."
Papa Merleen menyerahkan sebuah pedang yang sama persis milik pemilik toko. Hanya saja bentuknya lebih bagus. Tidak ada karat sama sekali.
"Pedang ini..."
"Pedang milik leluhur pendiri kekaisaran Jian. Pedang yang menjadi rebutan para ksatria di dunia persilatan."
"Papa tidak bercanda kan?"
"Papa tidak mungkin bercanda soal hal seserius ini."
Deg!
"Kamu merupakan orang terpilih yang sudah ditunjuk untuk menyelesaikan masalah yang akan terjadi di kekaisaran ini."
Lin Hua menerima pedang itu dengan gugup.
Pedang itu seperti ada magnet yang membuat Lin Hua tertarik.
"Cobalah!"
Lin Hua tanpa canggung melakukan gerakan layaknya berperang. Tubuhnya meliuk dengan sangat anggun. Tanpa ia duga muncul sinar dari pedang itu
BooM!
Sebuah batu besar meledak akibat tebasan pedang itu. Lin Hua sampai terbengong dengan mata melotot.
Plok Plok Plok....
"Hebat. Sepertinya pedang ini sangat menyukaimu."
"Luar biasa. Terimakasih Pa."
"Jangan berterimakasih dulu. Masih banyak yang harus kamu lakukan disini.
" Kenapa aku harus tinggal disini? "
" Untuk belajar. "
tunggu saja apa yg Lin hua akan lakukan