Ibrahim, ketua geng motor, jatuh cinta pada pandangan pertama pada Ayleen, barista cantik yang telah menolongnya.
Tak peduli meski gadis itu menjauh, dia terus mendekatinya tanpa kenal menyerah, bahkan langsung berani mengajaknya menikah.
"Kenapa kamu ingin nikah muda?" tanya Ayleen.
"Karena aku ingin punya keluarga. Ingin ada yang menanyakan kabarku dan menungguku pulang setiap hari." Jawaban Ibra membuat hati Ayleen terenyuh. Semenyedihkan itukah hidup pemuda itu. Sampai dia merasa benar-benar sendiri didunia ini.
Hubungan mereka ditentang oleh keluarga Ayleen karena Ibra dianggap berandalan tanpa masa depan.
Akankah Ibra terus berjuang mendapatkan restu keluarga Ayleen, ataukah dia akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10
Beberapa saat setelah ditelepon Ibra, Fikri dan Reza datang ke TKP untuk membawa motor milik Ayleen. Spionnya patah dan fender bagian depan juga pecah. Sementara hanya itu yang tampak rusak, tapi entah nanti jika sudah diperiksa.
Ayleen menatap nanar motornya yang saat ini dibawa Reza. Motor kesayangan hadiah dari sang ayah.
"Tenang, gak bakal hilang kok. Mana berani mereka nyolong motornya anak Dekan," seloroh Ibra.
"Kakak tahu ka_"
"Iya aku tahu," potong Ibra.
Bukannya merahasiakan, Ayleen memang kurang nyaman jika orang orang tahu dia anak Dekan di universitas tersebut. Dia takut jika nanti punya prestasi atau apapun, malah dikait kaitkan dengan mamanya. Ayleen sebenarnya tak mau kuliah disana, tapi mamanya memaksa. Merasa lebih aman jika Ayleen berada dalam kampus yang masih dalam jangkauannya.
"Gimana kalau aku obatin luka kamu di basecamp anak Joker aja. Sekalian itu biar kamu tenang, bisa ngeliatin motor kamu yang sedang diperbaiki."
Mendengar kata basecamp Joker, mendadak nyali Ayleen ciut. Imajinasinya tentang tempat itu sangatlah menakutkan.
"Gak usah takut, kita gak seserem pikiran kamu. Lagian ada aku, gak bakalan ada yang berani nyentuh kamu meski hanya sehelai rambutpun." Ayleen belum bisa percaya begitu saja. Dia malah membayangkan anak geng motor yang sedang ngerokok, mabuk dan main kartu. Saat dia masuk kesana, kira-kira apa yang bakalan terjadi padanya. Tidak, itu sama saja dengan bunuh diri.
Ibra membuang nafas kasar sambil garuk-garuk kepala, bingung harus seperti apa lagi menjelaskan pada Ayleen, jika dia dan teman-temannya tak semenakutkan itu.
"Mau KTP aku sebagai jaminan? SIM, Kartu mahasiswa, KK, STNK motor, atau apa?" Ibra bingung sendiri. "Kita gak seserem yang kamu bayangin. Percaya deh sama aku. Dan kalau aku kebukti bohong, aku gak akan muncul lagi didepan kamu." Dan pada akhirnya, takut motornya hilang dan merasa jika Ibra tak berbohong,Ayleen setuju diajak ke basecamp anak Joker.
Saat menaiki motor Ibra yang tinggi, dia sedikit kesulitan karena kakinya sakit. Tapi setelah beberapa kali percobaan, akhirnya dia berhasil duduk dijok belakang motor sport warna hitam tersebut.
Motor sport yang bagian belakangnya lebih tinggi, membuat Ayleen kurang nyaman. Rasanya terlalu menungging, dan saat Ibra mengerem nanti, dia tak yakin bisa mempertahankan posisi tegaknya. Ayleen cepat-cepat menggeleng, mengenyahkan bayangan dia akan memeluk Ibra nanti.
"Kalau gak mau pegangan pinggang aku, pegang jaket aku aja, takut kamu jatuh," ujar Ibra sebelum menstater motornya.
Dengan ragu-ragu, Ayleen memengan sisi kiri dan kanan jaket Ibra. "Jangan kenceng-kenceng, aku takut berkendara dengan kecepatan tinggi." Ibra adalah anak geng motor, dia yakin pria itu penganut kebut kebutan. Belum apa-apa dia udah takut duluan.
"Sesuai permintaan kamu." Ibra mulai menjalankan motornya dengan kecepatan sedang. Ini sungguh bukan style nya, berkendara pelan seperti ini. Tangannya gatal ingin menarik gas lebih dalam. Tapi demi permintaan Ayleen dan agar bisa berlama-lama membonceng cewek itu, Ibra rela menahan egonya untuk tidak menambah kecepatan.
Sepanjang jalan, tak ada obrolan diantara keduanya, baik Ayleen maupun Ibra, sibuk mengatur detak jantung yang berdentum bak genderang perang. Untuk pertama kalinya, mereka berada dijarak sedekat ini.
Citt
Benar dugaan Ayleen, tubuhnya meringsek kedepan saat Ibra mengerem terlalu mendadak. Takut jatuh, dia reflek memeluk pinggang Ibra. Dan seketika, senyum Ibra mengembang, meski beberapa detik kemudian, Ayleen menarik tangan dan badannya hingga kembali ke posisi semula.
Sesampainya di basecamp Joker, Ayleen kembali ragu untuk masuk. Pemandangan pertama yang tampak dimatanya, yaitu deretan motor sport berwarna hitam dan merah yang ada dihalaman. Terdengar juga suara gelak tawa anak Joker yang seluruh anggotanya laki-laki. Dan saat ini, tatapan Ayleen terkunci pada pintu bercat coklat yang tampak horor. Pintu tersebut terbuka setengah, tapi tak bisa memperlihatkan aktifitas didalamnya.
"Gak usah takut, ayo masuk," ajak Ibra yang baru saja melepas helm.
"Benerankan, aku gak diapa-apain didalam?"
"Ya diapa-apain lah."
What, mata Ayleen langsung melotot. Membalikkan badan hendak kabur tapi Ibra lebih dulu menghadang jalannya.
"Diobatin maksud aku," terang Ibra sambil terkekeh geli. Heran pada Ayleen yang setakut ini mau masuk basecamp Joker. Padahal Putri sudah ratusan kali keluar masuk juga gak ada yang ngapa-ngapain. Mungkin karena Ayleen mainnya kurang jauh, jadi terlalu parnoan. "Ayo masuk." Ibra hendak menggandeng tangan Ayleen, tapi mendadak menarik tangannya kembali. Tak mau dianggap lancang karena pegang-pegang.
Ayleen menatap tangan Ibra yang kembali ditarik. Padahal kalau saja, tadi tangan itu berhasil memegang tangannya, dia juga tidak akan menolak. Karena saat ini, dia butuh pegangan untuk mengurangi kecemasannya. Dan hanya Ibralah orang yang bisa melakukan itu.
Ibra jalan lebih dulu, sedangkan Ayleen mengintil dibelakangnya. Ini lebih menegangkan daripada mau masuk ke wahana rumah hantu.
Begitu Ibra masuk, teman-temannya langsung kicep. Bukan takut, tapi melongo karena ini untuk pertama kalinya, si ketua membawa cewek kesini, tentunya selain Putri. Sedangkan Ayleen, mendapat tatapan dari teman-teman Ibra, reflek menyembunyikan diri dibalik punggung lebar Ibra sambil memegang jaketnya. Mirip seperti anak kecil yang sedang ketakutan dan minta perlindungan ayahnya.
"Hai."
Mendengar suara cewek, Ayleen melongokkan kepalanya. Dia melihat seorang gadis cantik duduk disalah satu bangku dan sedang melihatnya.
"Tuh, ada temen cewek," ujar Ibra sembari menunjuk dagu kearah Lidia, pacar Fikri. Lebih tepatnya pacar baru yang baru sekitar beberapa bulan terakhir ini sering diajak Fikri ke basecamp.
Lidia menghampiri Ayleen, mengulurkan tangan untuk mengajaknya duduk disalah satu sofa panjang. "Gak usah takut, mereka gak makan orang kok," ujar Lidia sambil terkikik geli.
Ternyata didalam sana tak semengerikan bayangan Ayleen. Ada sekitar 6 cowok termasuk Ibra disana. 2 orang tampak sedang asik main PS. Dan lainnya ada yang main kartu, ada pula yang sibuk dengan ponsel. Tak ada minuman keras seperti bayangannya. Hanya rokok, softdrink, dan beberapa cemilan.
"Ajak dia ngobrol dulu," titah Ibra pada Lidia. Sementara dia masuk kedalam untuk mengambil obat.
"Motor kamu masih dibawa Fikri. Katanya mau dicariin sparepart yang ori," ujar Lidia. "Oh iya sampai lupa, aku Lidia." Lidia mengulurkan tangannya kearah Ayleen.
Ayleen menyambut uluran tangan itu sambil menyebutkan nama.
"Kamu pacarnya Ibra ya?" tanya Lidia.
"Bu, bukan," sahut Ayleen sambil menggeleng cepat.
"Kirain ceweknya. Habis, Ibra kayak care banget gitu ke kamu. Ibra gak pernah ngajak cewek main kesini, kamu yang pertama. Eh, kecuali Putri sih."
Putri? Lagi-lagi nama itu disebut. Sebenarnya, siapa sih Putri ini? Ayleen jadi penasaran.