Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - Apartemen 1
"Karyawan baru? Wow ganteng sekali." Mauren hingga tidak bisa mengenali Eliza di saat melakukan penyamarannya.
Eliza mengerutkan keningnya kala tatapan Mauren begitu terpesona padanya, "Syukurlah dia tidak mengenaliku," batin Eliza mengangguk tersenyum manis menatap Mauren.
"Nona mending Anda sekarang keluar saja. Kami sedang sibuk bekerja mempersiapkan peluncuran produk baru yang akan kami luncurkan bulan ini," ajak Kenan meminta Mauren keluar ruangan.
"Ck, sebentar saja. Alex sayang, minum dulu ini!" Mauren masih menyodorkan minuman ke hadapan Alex.
Alex yang kesal mengambil minuman itu tanpa menyentuh kulit Mauren Alex langsung meminumnya tanda jika dia ingin segera meminta Mauren keluar.
"Bagus, habiskan minuman itu agar nanti saat pulang meminta jatah kepadaku," gumam Mauren dalam hati begitu girang dan tersenyum manis semanis gula agar Alex terpesona.
"Sudah kan? Sekarang kamu keluar dari ruangan saya. Kenan kamu juga keluar!"
"Baik Bos, siap laksanakan." Kenan menundukkan kepalanya lalu meminta Mauren keluar, "Ayo ke luar dan jangan ganggu Bos Alex dulu!"
"Iya, iya, saya akan keluar tanpa di usir begini." Mauren mengumpat kesal pada Kenan.
"Dia istrimu?" tanya Eliza setelah Mauren tidak ada di ruangan kerja Alex.
"Ya," jawab Alex dingin sambil matanya kembali fokus ke pekerjaan yang harus ia selesaikan hari ini juga.
"Makanan yang ada di atas meja bawa kemari!" titahnya lagi tanpa melihat Eliza.
"Baik, Bos." Demi melancarkan pekerjaan yang sedang ia lakoni, Eliza tentunya bersedia mengambilkan makanan itu.
"Ini makanan nya, Bos." Eliza menyimpan makanannya di hadapan Alex.
"Suapi saya. Saya sudah lapar ingin makan tapi terhalang gara-gara kamu menangis dan malah tidak ada sopan-sopan nya memeluk saya, sialnya malah mencium saya. Ck, tidak tahu malu," ujarnya mengumpat kesal menyembunyikan jantung yang bertalu lebih cepat dari sebelumnya.
"Maafkan saya, Bos. Saya tadi hanya repleks saja saking senangnya bisa mendapatkan pekerjaan ini. Saya jadi bisa terima gaji dan bisa mengumpulkan uang buat membayar kontrakan saya," balas Eliza seraya memberikan satu sendok makanan yang ia ambil dari piring dan menyodorkannya ke hadapan Alex.
Alex melirik wajah Eliza terlihat murung dan menerima suapan tersebut. "Tapi tidak harus memeluk juga. Saya jijik dengan kulit yang menyentuhmu," sahut Alex kembali menunduk memperhatikan sederet angka di dokumen pemasaran.
Bukan jijik, tapi merasa heran dan begitu tidak menyangka dirinya tidak menolaknya. Aneh bukan?
"Ya saya tahu jika saya ini hanyalah seorang wanita miskin dan janda pula. Jadi saya bisa memaklumi jika Anda jijik terhadap wanita miskin seperti saya. Saya kan jauh dari level Anda. Kita berbeda kasta dan istri Andalah yang jauh lebih cantik segalanya. Makanya Anda mau menikah dengannya berati wanita itu begitu spesial," ujar Eliza berbicara kemana saja tanpa di rem.
Alex mengerutkan keningnya, "Kenapa kamu jadi membahas wanita itu? Sudahlah, saya malas mendengar ocehan mulut bawel mu itu." Alex berdiri dan merapikan kembali pekerjaannya.
"Bos makanannya belum habis?" Eliza memperlihatkan makanan yang ia pegang.
"Saya sudah tidak berselera makan."
"Ish, ya sudah kalau tidak mau, biar saya yang habiskan." Tanpa aba-aba Eliza memakannya tanpa rasa jijik jika sendok itu bekas Alex.
Alex diam memperhatikan Eliza dan batinnya berkata, "Kamu jauh lebih cantik dari Mauren."
"Kalau sudah kita berangkat sekarang!"
"Kemana?" tanya Eliza mendongak sambil mengunyah makanan dengan mulut mengembung bagaikan ikan kembung.
"Ke apartemen saya, menyiapkan keperluan saya buat besok pergi ke luar kota. Saya mau istirahat dan kamu yang menyiapkan segalanya." Pengaruh di minuman yang Alex Mimin mulai menunjukan reaksinya. Pria itu tiba-tiba merasa sedikit panas dan gelisah ingin istirahat. Alex pikir dia kecapean jadi ingin segera ke apartemen.
"Kenapa ke apartemen, Bos? Bukannya Bos punya rumah, jadi kenapa tidak minta istrimu saja."
"Kamu mau bekerja atau tidak?"
"Maulah, Bos." kawan Eliza berdiri setelah menghabiskan makanan itu.
"Makanya ikuti perkataan saya, buruan!" Alex sudah berada di ambang pintu bersiap membuka pintu. Eliza mengangguk dan mengikutinya dari belakang.
Mereka berjalan beriringan dengan langkah Alex yang begitu lebar membuat Eliza harus mempercepat langkahnya.
"Jalannya bisa pelan-pelan tidak, Bos? Kaki saya pendek jadi tidak bisa mengikuti langkah Bos ini."
"Kamu saja yang pendek jadi tidak bisa mengimbangi langkah saya," balas Alex menoleh ke arah Eliza yang manyun.
"Bos kamu mau kemana?" tanya Kenan sudah berada di dekat mereka saja.
"Saya mau istirahat dan mempersiapkan pakai buat besok kita ke luar kota, kamu urus saja dulu kerjaan di sini sampai selesai."
"Baik, Bos." Kenan tidak membantah ataupun mengomentari kenapa dia tidak ikut mempersiapkan segala keperluan Alex. Karena kini ada Eliza yang akan melakukannya.
*******
Tiba lah Alex di apartemen. Tanpa aba-aba pria itu melepaskan jasnya dan melemparkan ke sembarang tempat, dia juga melepaskan dasi dan melepaskan kemejanya tanpa memperdulikan Eliza yang ada di sana.
"Kamu pilih beberapa pakaian di dalam lemari itu dan masukkan ke dalam koper. Saya gerah sekali." Alex langsung masuk ke kamar mandi setelah mengambil handuk.
"Dasar tukang nyuruh, berkata tapi tidak melihat orangnya. Ok Eliza, kamu harus semangat membuat dia berpaling dari Mauren."
"Berhubung ini bukan di kantor, lebih baik membuka jas ini, gerah sekali," ucapnya sambil melepaskan wig hingga rambutnya tergerai indah. Lalu melepaskan jas dan kemeja hingga menyisakan kaos putih ketat di tubuhnya.
Eliza menggulung rambutnya agar tidak menggangu aktifitas yang ia kerjakan. Dia berpikir tidak mungkin Alex marah karena ini di dalam apartemen. Setelahnya Eliza menyiapkan baju yang ingin Alex bawa, tapi dia bingung mau pilih yang mana.
Ceklek ...
Hingga Alex telah selesai mandi pun Eliza masih bergeming di hadapan lemari. Mata Alex tertuju pada tubuh Eliza yang membelakangi nya. Dia juga melihat bayangan bra hitam di balik kaos putih yang Eliza kenakan. Seketika tubuhnya menegang dan hawa panas yang ia rasakan semakin menjadi.
"Sialan, Mauren begitu licik membuatku begini," gumam Alex pelan. Dia tidak bodoh dengan apa yang sedang ia rasakan karena sebelumnya pernah merasakan. Namun, kali ini begitu kuat seakan ingin sekali segera di obati.
"Kamu sedang ada diam di situ?"
"Hah, saya lagi cari baju mana yang cocok buat Anda," ujar Eliza menoleh kebelakang lalu memperhatikan lagi bajunya.
Perlahan Alex mendekati lemari itu dan tangannya terulur memegangi tumpukkan baju. Alex berdiri di belakang Eliza dan tubuhnya semakin bereaksi.
Eliza terkejut, ia membalikkan badannya. Namun, Alex mendorong tubuh Eliza menggunakan badannya hingga wanita itu mentok di lemari.
"Ka-kamu mau apa?" Jujur dia begitu takut melihat tatapan tak biasa dari Alex.
Namun, apa yang dilakukan pria itu? Dia menarik pinggang Eliza merapatkan dengan tubuhnya dan tangan kanannya menarik tengkuk Eliza lalu melumat bibir dia.
"Apa yang kamu lakukan?"
Deg ....