Married Via Audition

MENGANTAR DOKUMEN

Jillian baru saja selesai bersiap, dia harus pergi ke sebuah arisan, uang berapa yang sudah dia keluarkan? Sudah tak ternilai. Sambil berkaca, Jillian tersenyum lebar melihat bayangannya sendiri. “Kau masih terlihat awet muda Jillian!!! Para pria bisa saja terpincut olehmu...” serunya penuh percaya diri.

Setelah merebut rumah peninggalan Irie yang sepatutnya menjadi hak Irie. Tanpa merasa bersalah, Jillian menikmati harta rampasan itu. Bahkan dia sudah tak peduli dengan keadaan Irie di luar sana. “Mungkin dia sudah menjadi gelandangan?!” gumamnya sekali lagi sambil menyeringai licik.

.

.

.

Wanita cantik yang baru saja keluar dari kamar mandi, menatap penuh kebingungan ketika dia tidak melihat sosok pria di sana.

“Apa aku terlalu lama mandi?” tanyanya semakin melantur. Apa dia tak sadar bahwa ucapannya menunjukkan kalau dia masih ingin bertemu suaminya?

Beberapa detik berdiam diri, akhirnya Irie bergerak dan bersiap. Bukan Arky yang Irie cari pertama kali saat wanita itu keluar kamar. Melainkan nampan yang tergeletak di luar kamar Alina. Melihat nampan bertutup kain putih, Irie merasa gagal lagi.

“Dia tidak memakannya?” hatinya merasa sedih dan kurang nyaman. Sudah seharian Irie berusaha meluluhkan Alina, namun usahanya selalu gagal.

Ketika Irie mulai meraih nampan tersebut, dia sedikit kaget mengetahui keringanan dari benda itu. Segeralah ia membuka penutup kainnya dan senyuman lebar pun terukir di bibir peach nya. Untuk pertama kalinya Irie merasa usahanya berhasil.

Wanita itu tak sesekali menatap ke pintu putih di depannya. Tok! Tok! Ketuknya pelan.

“Jika kau mau makan, jangan sungkan mengatakannya padaku! Aku akan membawakannya untukmu!” ujar Irie berharap Alina mendengarnya.

Setelah mengatakannya, Irie pergi tanpa berhenti tersenyum. Baginya, mendapat penerimaan Alina saja sudah membuatnya bagaikan seorang ibu sungguhan.

“Nyonya Irie! Tuan Arky menitipkan ini untukmu.” Irie menerima kertas tersebut meski tanda tanya dalam benaknya. Tak cuma itu saja yang membuat Irie bertanya-tanya— keberadaan para pelayan di sana juga tidak terlihat seperti biasanya.

Hanya ada Puput saja sebagai pelayan.

“Kemana perginya para pelayan?” tanya wanita cantik berambut panjang lurus sedikit berponi.

Puput terdiam sesaat sambil menundukkan pandangannya. “Anda bisa membacanya sendiri dan bertanya langsung kepada Tuan Arky.” Ucap Puput lalu pamit pergi sambil membawa nampan dari tangan Irie. Hendak bertanya, Irie mengurungkan niatnya kembali setelah melihat kepergian Puput yang tergesa-gesa.

Dengan cepat wanita itu membuka kertas terlipat tadi, membacanya dengan teliti sambil berjalan menuju ke kamar.

NOTE : WAKTU HABIS. TENTUKAN PILIHANMU ATAU... CALL ME xxxx (no. Phon)

Benar juga, kini saatnya dia memilih. Irie menjadi teringat kembali soal itu, apakah dia harus pergi atau menetap dan menerima hukumannya? Alina masih belum menerimanya, tapi gadis itu sudah mau menerima hidangannya.

Wanita itu bergegas masuk ke kamar untuk mengambil ponselnya, namun dia malah melihat sebuah berkas di atas sofa singel. “Tepat sekali.” Ucapnya membuang napas panjang.

...***...

Sementara di kantor. Arky mencari dokumennya yang sudah dia siapkan semalaman penuh. Meja kerjanya menjadi berantakan, wajahnya berubah menjadi kesal.

Dari arah pintu, ketukan pintu terdengar dua kali, seorang pria muncul dari balik pintu tersebut. “Tuan, para klien sudah datang dan menunggu di ruang meeting!” ucap asisten nya.

“Aku akan datang 5 menit lagi. Dokumenku ketinggalan, tolong urus mereka.” Ujar pria berkemeja putih dengan dasi birunya kepada sang asisten yang mengangguk faham.

Setelah kepergian asisten tadi. Arky langsung menelepon Puput, namun sayangnya wanita itu sibuk mencuci piring sambil bernyanyi-nyanyi meninggalkan ponselnya di atas meja makan.

“Shit!” geram Arky mulai lepas kendali dan kini dia mencoba menenangkan dirinya yang hampir lepas kendali.

Kemegahan perusahaan Vernandez benar-benar memikat mata Irie yang hanya seorang wanita biasa. Dia tak pernah sekalipun masuk ke sebuah perusahaan walaupun itu perusahaan kecil, tapi ini....

Karena terlalu sibuk mengamati perusahaan berlapis kaca itu, tanpa sengaja Irie bertabrakan dengan seorang wanita berambut pendek dengan makeup ala wanita cantik dan seksi.

“Ma-maafkan aku... Aku— ”

“Jangan menyentuhku.” Sentak wanita berambut pendek itu menepis tangan Irie yang hendak menyentuh lengannya.

Irie terdiam dan hanya menatapnya dengan panik serta terus meminta maaf. Berbeda dengan si wanita berambut pendek yang kini menatapnya sinis. “Dimana mata mu hah? Di mana? Di mana letaknya?” Irie kebingungan ketika wanita itu mencoba mencari keberadaan mata Irie.

“Ah, iya. Di sini! Kau memiliki dua mata seperti ku, apa kau tidak menggunakannya dengan baik?” tegas wanita itu yang merupakan salah satu dari karyawan Arky yang terpincut dan tergila-gila dengan bosnya. Bahkan sebagian karyawan di sana mulai menatap ke arah mereka.

“Aku sudah minta maaf! Maafkan aku.”

“You fucking bitch.” Balas wanita tadi memicingkan matanya sinis sambil berjalan pergi. Irie sama sekali tak menggubris perkataan nya dan hanya mengerucutkan bibirnya saja dengan mimik wajah tak suka.

“Permisi Nyonya! Anda mencari sesuatu?” tanya wanita yang kini lebih lembut kepada Irie.

“Ah— i, iya aku mau bertemu dengan Tuan Arky.”

Seketika para pegawai yang tak sengaja mendengar suara Irie langsung berhenti menatapnya. “Dengan siapa?” tanya wanita lembut itu lagi.

“Irie— Irie Bliss!” wanita itu tak mungkin mengatakan marga Vernandez di namanya, karena Arky sendiri masih belum menunjukkan tanda-tanda bahwa dia menerimanya menjadi istrinya.

Setelah dibantu oleh wanita tadi, tak lama kemudian Irie diperbolehkan menemui Arky. Wanita itu berhenti di sebuah ruangan yang cukup menegangkan seperti rumah hantu.

“Tuan Arky sudah menunggu!” ucap pria yang menjaga pintu ruangan Arky.

Irie tersenyum tipis, mengetuk pintu tersebut lalu masuk setelahnya. Jantungnya kembali berdegup kencang melihat Arky sudah berdiri di sisi meja kerjanya seolah menunggu kedatangannya.

“Kenapa kau datang ke sini?” suaranya yang dingin membuat Irie gelagapan.

“Aku... Membawakan dokumen mu. Kau mengerjakan semalaman jadi tidak mungkin jika ini tidak penting.” Jelas Irie menyerahkan dokumen tersebut.

Arky menatap ke dokumen lalu ke Irie berulang kali. Tak ada percakapan lainnya, bahkan Irie pun lupa jika dia ingin menanyakan soal pilihannya.

“Tunggulah di sini sampai aku kembali. Kita harus bicara.” Pinta pria berahang tegas itu sembari memakai jasnya dan bergegas pergi.

Tidak bisa menolaknya, Irie pun pasrah ditinggal sendirian di ruangan yang luas, bersih dan wangi. Sama seperti kamar Arky.

Wanita itu tersenyum lebar ketika dia bisa melihat pemasangan perkotaan indah dari ruangan tersebut. “Wahhh... Jika seperti ini, aku akan betah bekerja!” gumamnya penuh semangat. Dia tak pernah menyangka ada ruangan seperti milik Arky.

Saat asik menikmati kesendirian di ruangan Inah itu, tiba-tiba seorang pria masuk dengan menwa laporan kerjanya. “Permisi bos— ” suaranya terhenti ketika dia tak melihat keberadaan pemilik perusahaan dan malah menemukan seorang wanita yang sangat dia kenal.

Penjaga di luar ruangan entah pergi ke mana? Yang pasti saat ini, Irie maupun Ken saling menatap. Wanita itu sangat muak melihat wajah serta senyuman licik yang pria itu berikan.

“Wah! Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu?” ucap Ken dengan nada mengejek.

Irie sama sekali tak peduli dan mencoba berpaling. “Jangan bilang kau ingin melamar kerja di perusahaan besar ini Irie!” ejek Ken seakan tak percaya jika mantan kekasihnya itu akan melamar di perusahaan. Dia tidak tahu bahwa yang di ajak bicara adalah istri dari bosnya.

...°°°...

Hai guys!!!!! Saya update 2 karena 24-25 nanggung 😅

So, jangan lupa tinggalkan jejak semangatnya supaya author semakin semangat update untuk kalian!!!!!😁

Thanks and See Ya ^•^