Sekuat apa pun aku bertahan, nyatanya aku tidak bisa sekuat itu," ucap Vira.
Dunia Vira seakan runtuh saat tahu jika suami yang sangat ia cintai sudah menikah siri secara diam-diam dengan sahabatnya sendiri. Faktor belum dikaruniai keturunan yang membuat Yusuf tega mengkhianati cinta Vira.
Akankah Vira bertahan dengan pernikahannya atau kah memilih menyerah dan melanjutkan hidup sesuai takdir yang sudah dituliskan oleh Allah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31 Rahasia Syafik
Vira membuka lemari bajunya, Vira membawa baju seksi yang awalnya dia beli pada saat masih menikah dengan Yusuf namun belum sempat dipakai ternyata pernikahan mereka harus selesai. “Ya Allah, haruskah aku memakai baju ini untuk menggoda suamiku sendiri,” batin Vira dengan wajah yang memerah.
Vira pun masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti bajunya. Baju tidur warna merah dengan panjang di atas paha dan tanpa lengan itu, sangat cocok dipakai Vira. Kulit yang putih bersih dan mulus itu terpampang nyata.
“Kok, aku geli sendiri pakai baju ini. Tapi aku ingin tahu bagaimana reaksi Mas Syafik, apa dia akan tergoda atau masih fokus dengan kerjaannya,” batin Vira sembari terkekeh.
Perlahan Vira keluar dari dalam kamar mandi, lalu berjalan santai di hadapan Syafik. Syafik melirik dan betapa terkejutnya dia saat melihat penampilan Vira seperti itu bahkan pulpen yang dia pegang pun sampai terjatuh. Vira pura-pura merapikan tempat tidur dengan posisi yang seakan-akan menggoda Syafik.
“Astagfirullah.” Syafik mengusap wajahnya dan seketika pikirannya buyar.
Syafik pun segera menyelesaikan pekerjaannya dan dengan cepat menghampiri Vira dan memeluk Vira dari belakang. “Loh, bukanya kerja? Ngapain ikutan tidur?” Vira pura-pura bertanya kepada Syafik.
“Ini juga mau kerja,” sahut Syafik.
“Kerja apaan?”
“Kerja membuat anak.”
“Ih, apaan sih Mas.”
“Siapa suruh kamu menggoda Mas dengan menggunakan pakaian seperti ini, jadi sekarang kamu harus tanggung akibatnya,” seru Syafik dengan terus mencumbu Vira.
“Masnya aja yang imannya tipis, baru digoda seperti ini saja sudah tergoda.”
Syafik mematikan lampu dan akhirnya mereka berdua pun benar-benar bekerja keras malam ini. Syafik benar-benar tidak memberi ampun kepada Vira, dia terus memberikan serangan sampai-sampai Vira terkulai lemas. Syafik menutupi tubuh Vira, lalu Syafik memperhatikan wajah Vira yang sudah tertidur itu.
“Dasar wanita nakal, berani sekali menggodaku dan sekarang tidur duluan karena kelelahan.” Syafik menyunggingkan senyumannya, lalu dia pun ikut memejamkan mata di samping Vira.
***
Keesokan harinya, Vira sudah berada di dapur untuk ikut memasak menyiapkan sarapan untuk suaminya. “Bi Nani sudah lama bekerja di rumah ini?” tanya Vira di sela-sela kegiatan masaknya.
“Sudah Bu, semenjak orang tua Mas Syafik masih ada. Kedua orang tua Mas Syafik menitipkan Mas Syafik kepada saya, jadi saya pun tidak tega untuk meninggalkan Mas Syafik. Tapi saya senang, akhirnya Mas Syafik sekarang sudah menikah jadi setidaknya ada yang bantuin bibi untuk menjaga Mas Syafik,” sahut Bi Nani.
“Kasihan Mas Syafik, pasti sangat kesepian selama ini,” seru Vira.
“Mas Syafik itu tidak pernah keluar rumah untuk bermain dengan teman-temannya, dia hanya menghabiskan waktu di rumah dengan bekerja. Maka dari itu, bibi sangat bahagia saat mendengar Mas Syafik akan menikah dan ternyata istri Mas Syafik sangat cantik,” puji Bi Nani.
Vira tersenyum, tidak lama kemudian terdengar suara derap langkah menuruni anak tangga. “Loh, Mas mau ke mana? Kok, sudah rapi begitu?” tanya Vira heran.
“Ini semua gara-gara kamu,” sahut Syafik.
“Hah, kok gara-gara aku.” Vira mengerutkan keningnya merasa bingung dengan ucapan Syafik.
Syafik mendekati Vira. “Kamu ingat, tadi malam kamu sudah menggoda Mas? Akibatnya pekerjaan Mas tidak selesai dan sekarang Mas terpaksa harus ke kantor karena ada meeting mendadak,” bisik Syafik.
Vira mencubit perut Syafik karena merasa malu dengan kelakuannya tadi malam. “Aw, sakit sayang,” keluh Syafik.
“Makanya, Mas jangan suka menggodaku,” kesal Vira.
Bi Nani tersenyum bahagia melihat kebahagiaan Syafik dan Vira. Setelah sarapan, Syafik pun berangkat ke kantor dan Vira harus diam di rumah. Vira kembali masuk ke dalam kamarnya dan melihat-lihat koleksi buku Syafik yang tersusun rapi di rak buku.
“Koleksi buku Mas Syafik banyak juga,” gumam Vira.
Vira pun terus melihat-lihat buku yang berjejer rapi di rak buku itu, hingga pandangan Vira terhenti ke sebuah buku yang terselip diantara buku-buku yang lainnya. Buku itu menarik perhatian Vira karena terlihat berbeda dari buku-buku lainnya. Vira akhirnya mengambil buku itu, dan Vira bisa menebak kalau itu sebuah buku harian.
“Ku pilih jalur langit.” Vira membaca tulisan yang terpampang di sampul buku harian itu.
Vira duduk di kursi yang berada di dekat jendela, jantungnya tiba-tiba berdetak tak karuan. “Ini buku harian Mas Syafik, apa Mas Syafik akan marah jika aku melihatnya?” gumam Vira bermonolog pada dirinya sendiri.
Vira ingin sekali melihat isi buku harian itu, namun dia takut Syafik marah. Tapi, jika Vira tidak melihatnya dia merasa penasaran sekali. Vira pun bangkit dari duduknya dan mondar-mandir sembari memegang buku harian itu.
“Aku penasaran sekali dengan isinya, sudahlah aku lihat saja daripada aku gak bisa tidur karena penasaran,” gumam Vira.
Vira pun kembali duduk di kursi dan secara perlahan mulai membuka buku harian milik Syafik. Vira membaca lembar demi lembar buku harian itu dan seketika Vira membelalakkan matanya, jantungnya berdetak tak karuan. Vira ingin berhenti membaca karena tiba-tiba dadanya terasa sesak tapi hati Vira masih merasa penasaran.
“Ya Allah, cobaan apa lagi ini?” batin Vira dengan meneteskan air matanya.
Hingga setelah cukup lama membacanya, Vira dibuat syok dengan kata-kata terakhir di dalam buku harian itu. “Jika aku tidak bisa memilikimu, maka biarlah jalur langit yang akan menjawab semuanya.”
Dada Vira benar-benar sesak, apalagi Vira menemukan sebuah foto di sana. Foto seorang wanita cantik yang bernama Salma yang sedang membaca Al-Qur'an dan sepertinya itu acara pengajian. Vira tidak tahu wanita itu mantan pacarnya atau pun bukan, tapi yang jelas kalau wanita itu bukan wanita yang spesial buat Syafik, tidak mungkin sampai saat ini Syafik menyimpannya.
“Ya Allah, siapa Salma? Sampai-sampai Mas Syafik sangat mengagumi wanita ini.” Air mata Vira terus saja mengalir, dia takut kalau Syafik juga sama seperti Yusuf mengkhianatinya.
Vira pun kembali menyimpan buku harian itu di tempat semula, hati Vira benar-benar sakit dan hancur. “Ya Allah, apa mungkin Mas Syafik sama seperti Mas Yusuf? Kalau itu mantan Mas Syafik, kenapa dia masih menyimpan fotonya?” batin Vira dengan deraian air mata.
Setelah puas menangis dan hatinya sedikit tenang, Vira pun turun ke bawah untuk menemui Nani. “Bi, Bi Nani!”
“Iya Bu, ada yang bisa saya bantu?” seru Bi Nani.
“Bi, aku ingin bertanya sesuatu sama bibi.”
“Ibu mau tanya apa?”
“Bibi kenal dengan wanita yang bernama Salma tidak?” tanya Vira penasaran.
Nani sedikit terkejut dengan pertanyaan Vira, namun Nani langsung menyunggingkan senyumannya. “Salma itu wanita masa lalu Mas Syafik, Bu. Memangnya kenapa ibu menanyakan Salma?” tanya Bi Nani.
“Tidak, aku hanya ingin tahu saja. Berarti Salma itu mantan Mas Syafik ya, Bi?”
“Kalau itu bibi kurang tahu Bu, yang bibi tahu, Salma itu teman pesantrennya Mas Syafik dan Salma juga sempat beberapa kali datang ke rumah ini,” sahut Bi Nani.
“Terima kasih bi, kalau begitu bibi kembali bekerja saja aku mau istirahat dulu.” Vira pun dengan cepat kembali ke kamarnya membuat Nani sedikit bingung dengan sikap majikannya itu.
kamu sama kayak AQ Vira, bisanya cuma nangis
.salma sm kalila satu emak kyk nya sm sifat nya suka ngerebut😡😡