Choki Zakaria atau yang biasa dipanggil 'Jack', adalah ketua geng motor yang ditakuti di kotanya mendadak harus menikah dengan Annisa Meizani karena kesalahpahaman dari para warga.
Annisa, seorang gadis muslimah dengan niqob yang menutupi sebagian wajahnya ini harus ikhlas menerima sikap cuek Jack yang mengira wajahnya buruk rupa.
Sikap Jack berubah setelah tau wajah Annisa yang sebenarnya. Bahkan ketua Genk motor itu menjadi pria penurut dan manja di hadapan istrinya.
Akankah niat Jack untuk bertobat mulus tanpa hambatan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chibichibi@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab#25. Tidur Sekamar.
Annisa hanya menunduk, dan terdiam dengan kedua mata yang terpejam.
Choki mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Annisa.
"Aku ke depan dulu ya, cari makan untuk kita berdua," ucap Choki pamit.
"Annisa ikut."
Choki tersenyum. "Kamu di rumah aja istirahat. Lagian aku gakkan lama," ucapnya lagi.
Annisa merelakan Choki pergi keluar. Sembari menguasai dadanya yang masih saja berdentum.
Pelan-pelan Annisa membersihkan rumahnya. Memasukkan pakaian yang di jemur tadi sore. Karena dia memang tak terbiasa membiarkan pakaian tetap di luar kala malam.
Annisa tersenyum melihat pakaian yang tergantung. Ia teringat bagaimana keadaan Choki tadi ketika mencuci. Juga, momen yang membuat keduanya menjadi semakin dekat.
Tak lama Choki telah kembali dengan dua bungkus nasi goreng.
Keduanya pun menikmati makan malam tanpa suara.
Beberapa saat kemudian.
"Abang Zakaria mau kemana?" tanya Annisa yang melihat Choki sudah menenteng bantal dan meletakkannya di atas karpet.
Choki menoleh dengan kening berkerut.
"Seperti biasa, tidur di ruang tamu," jawab Choki santai. Karena memang beginilah kesehariannya beberapa waktu ini.
"Tidurlah di kamar," ajak Annisa.
Choki yang baru saja merebahkan bahunya Sambil memegang remot tivi sontak tersentak bangun dan duduk dengan tegak.
"Kamu bilang apa? Ti–tidur di kamar?" tanya Choki mengulang ucapan Annisa untuk memastikan apakah pendengarannya benar atau tidak.
"Iya. Suami dan istri harus tidur satu kamar," jelas Annisa menegaskan.
Betapa senangnya hati seorang Choki. Inilah hal yang ia tunggu-tunggu selama ini. Sudah beberapa hari ini punggungnya akan terasa sakit karena tidur di sofa maupun atas karpet.
Lagipula, semenjak mengetahui bahwa istrinya itu sangat cantik. Naluri kelelakian Choki pun terus meronta. Tak di pungkiri, pemuda normal sepertinya ingin menikmati apa yang telah Tuhan anugerahkan.
Entah apa amal perbuatannya yang diterima oleh Allah sehingga, menghadirkan bidadari dunia kedalam hidupnya.
Satupun, kebaikan tak ada yang Choki ingat. Setaunya selama ini dia adalah pemuda yang malas dan hanya menikmati hasil kekayaan kedua orang tuanya saja.
Kerjanya hanya nongkrong dan balapan motor gak jelas.
Terkadang juga berkelahi hanya demi memperebutkan sesuatu yang tak terlalu penting.
"Sungguhan boleh?" tanay Choki lagi yang belum percaya hari ini akan datang padanya.
"Sungguh Abang Zakaria. Annisa, tidak mau di laknat malaikat sampai pagi," jelas Annisa dengan memasang senyum termanis yang ia punya.
Choki merasa jika malam ini Allah telah menganugerahkan hal yang terlampau manis padanya. Dari kejadian di kamar mandi, perdana memimpin solat berjemaah hingga belajar mengaji dengan suasana yang sangat romantis.
Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan?
"Ah ya, baiklah." Choki pun gegas membawa kembali bantal dan juga selimutnya ke dalam kamar.
"Untuk apa guling itu di letakkan di tengah Bang Zakaria?" tanya Annisa dengan kening berkerut tanda heran.
"Pembatas. Jika kamu takut nanti aku akan melakukan hal yang di luar batas," jelas Choki.
Mendengar penjelasan dari suaminya, maka Annisa menundukkan kepalanya.
Gadis ini tak tau harus berkata apa untuk menimpali penjelasan Choki barusan.
"Maaf," cicit Annisa. Hanya kata itulah yang sanggup ia lontarkan.
"Hei, kamu gak salah. Kenapa meminta maaf terus?" Choki mendekati Annisa dan menyentuh bahunya lembut.
Hal kecil itu membuat Annisa mendongak.
"Tentu saja Annisa bersalah. Karena, masih belum bisa menyerahkan apa yang menjadi hak dari seorang suami," tutur Annisa dengan bibir bergetar.
"Ya Allah, Annisa. Jujur, aku memang menginginkannya. Bukankah tidak normal jika aku berkata aku tidak pernah memikirkan hal itu denganmu. Apalagi istriku ini begitu sempurna, bahkan aku ... masih tak percaya dengan keajaiban ini," ungkap Choki. Pemuda ini menghentikan ucapannya sejenak seraya memperhatikan raut wajah Annisa.
"Tetapi, bukan berarti aku akan menuntut itu padamu dalam waktu dekat. Tidak, Annisa. Aku mengerti, jika kamu tentu memiliki waktu lebih lama ketimbang diriku. Dan aku memaklumi itu smeua. Kamu, tenang aja dan jangan di jadikan beban pikiran. Aku gak mau liat kamu sakit kayak kemarin lagi," lanjut Choki.
Ia berbicara dengan senyum di wajahnya seraya mengusap lembut kedua bahu gadis cantik di hadapannya ini.
"Syukron, atas semua pengertian Abang pada Annisa," ucapnya tenang. Karena pemuda di hadapannya ini bukanlah ancaman yang akan membuat jantungnya tiba-tiba copot.
"Ya udah yuk kita tidur. Biasanya kan kamu bangun untuk solat tengah malam tuh."
"Bukan tengah malam, tapi dini hari," jelas Annisa.
"Apa namanya?" tanya Choki.
"Tahajjud."
Choki mengulangi ucapan Annisa.
"Bukannya kata kamu solat wajib ada lima waktu?" tanya Choki padahal mereka telah sama-sama naik ke atas tempat tidur.
"Iya, itu benar. Karena ini termasuk salah satu solat sunnah yang sangat di anjurkan dan sering di lakukan atau menjadi kebiasaan dari nabi kita Rosulullah, Muhammad solalallahu alaihi wasallam," jelas Annisa lagi.
Choki mengangguk pelan tanda mengerti. Karena dirinya sering mendengar tentang nabi Muhammad. Baik di sekolah maupun di sekitar tongkrongannya. Akan tetapi, entah kenapa dirinya pada saat itu sama sekali tidak ingin mencari tau tentang solat, kenapa harus solat dan untuk apa solat.
"Nanti bangunkan aku juga ya?" pinta Choki. Annisa pun mengangguk sambil menutup mulut dengan telapak tangannya, karena gadis itu menguap.
Annisa, tetap mengenakan pakaian rumahan yang panjang meskipun, kini tak lagi mengenakan khimarnya.
Benar saja, tepat jam setengah tiga pagi, Choki di bangunkan oleh Annisa.
Gadis itu karena sudah terbiasa bangun maka ia tak membutuhkan pengingat dari alarm.
Secara spontan maka Annisa akan terjaga.
"Ugh ..," lenguh Choki.
"Bang Zakaria, bangun solat tahajjud," panggil Annisa lembut seraya menggoyangkan bahu pemuda itu.
Lima menit sudah Annisa mencoba membangunkan Choki hingga aja lelah dan menyerah. Karena Choki begitu pulas tertidurnya.
"Annisa gak boleh menyerah dan harus mencari cara untuk membangunkannya. Apalagi, semalam abang Zakaria sudah memesankan pada Annisa agar membangunkannya. Tetapi, cara apa lagi yang harus Annisa lakukan?" gumamnya seorang diri.
Waktu semakin berjalan.
Annisa pun menyalakan musik dari ponselnya keras-keras, dan meletakkannya di bawah telinga Choki.
"YAA MAAN SHOLLAITA BIKULLIL ANBIYA!!"
Tetap, gak bangun juga.
Masih gak bangun juga. Harus bagaimana lagi?
Suara keras pun tak dapat membangunkan Choki yang tertidur macam orang pingsan.
Dengan ide jahilnya, Annisa menjulurkan jemarinya di bawah hidung Choki. Menutup, jalan pernapasan pemuda itu sementara. Akan tetapi, karena Annisa gemas, maka jadilah dia memencet hidung mancung tersebut.
"Empht ...!"
Karena tak bisa bernapas maka pada akhirnya Choki membuka kedua matanya.
"Kenapa sih, An? Kamu mau aku peluk sini!"
Plak!
Sebuah pukulan yang mendarat di bahu Choki membuat pria itu seketika benar-benar, terbangun.
"Sakit, An ...," keluh Choki dengan kedua mata yang hampir mengeluarkan air mata.
"Maaf, Annisa bukan mau memaksa Abang. Tetapi, hanya menjalankan pesan Abang Zakaria semalam," jelas Annisa kenapa dia memukul Choki agak keras.
Sebelum, pemuda itu marah dan mengiranya sebagai istri kurang ajar.
"Astagfirullah. Alhamdulillahilladzi Ahyana Ba'da ...," Choki cukup lama menjeda kalimat ucapannya.
"Ba'da maa amatana wailaihinnusyuur," sambung Annisa.
"Ah iya begitu."
Hoammm ...!
Choki menguap sambil merenggangkan kedua tangannya.
"Abang, kalau menguap itu alangkah baiknya jika mulut kita ditutup dengan punggung telapak tangan. Setelahnya kita mengucapkan taawudz," jelas Annisa.
Membuat Choki malu, karena banyak hal yang tidak ia tau.
Islam memang banyak peraturannya akan tetapi hal itu memang sengaja dipersiapkan demi kebaikan manusia itu sendiri.
_________
"Bagaimana cara anak kita membayar Rumah Sakit Gadis itu jika Papa memblokir semua kartu atm-nya!" protes Eliana yang kurang setuju dengan cara yang digunakan oleh suaminya ini.
Karena, bagaimanapun juga Eliana tidak mau Sang putra hidup di luar sana dengan keadaan serba kekurangan.
"Choki itu sudah terbiasa hidup enak Pa. Lalu nanti Bagaimana putra kita melanjutkan hidupnya tanpa uang?" tandas Eliana lagi, seraya menggoyangkan lengan suaminya itu.
"Justru itu, Eli. Karena, Putra kita sudah terbiasa hidup enak dengan fasilitas yang serba mudah. Maka, dia akan menderita di luar sana. Dan pada saat itu anak kita akan berpikir. Bahwa, dirinya sudah salah besar karena telah menentang kita. Sampai di sini apa kau paham, Eli?"
"Honey. Apa kau yakin jika Choki akan kembali dalam beberapa hari ini?"
"Kau tunggulah Eli. Putramu akan kembali kepada kita. Dia tidak akan memilih gadis itu dan tinggal dalam keadaan pas-pasan serta apa adanya," ucap Alberto penuh keyakinan.
...Bersambung...
nya blm sadar pikiran dan hati hanya dunia beserta materi ya hanya doa anak Soleh Solehah ygjelas juga karena Pencipta yg menentukan🙂↕️