"Kau yang memulai kan Xander? Maka jangan salahkan aku jika aku lebih gila darimu!" tekad seorang wanita bernama Arabelle Weister.
Bagaimana tidak karena sang suami tercinta ternyata sudah berselingkuh di belakangnya. Diapun menyewa seorang pria untuk membalaskan dendamnya, tetapi siapa sangka ternyata pria itu membawanya pada sebuah kebenaran dan cinta yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25
"Apa kabarmu?" tanya Sean yang memang beberapa hari ini sangat sibuk dengan pekerjaannya. Pria itu tidak sempat mampir ke unit Arabelle karena dia berangkat pagi-pagi sekali dan pulang larut malam.
"Aku baik-baik saja. Bagaimana, apa semuanya sudah beres?"
"Calon mantan suamimu itu selalu mempersulitku."
"Kalau begitu kita pilih opsi terakhir."
"Opsi terakhir, apa itu?"
Arabelle menyeringai, "Tunggulah sampai besok!"
Sebenarnya Sean penasaran tetapi dia memilih untuk tidak banyak bicara. Namun keesokan harinya, Sean dibuat terkejut dengan ulah Arabelle. Ternyata wanita itu membagikan cerita skandal suaminya di sosial media. Berikut dengan bukti-bukti foto dan lainnya yang mana membuat para fansnya terdahulu dan juga para pengguna sosmed lain berbondong-bondong memberi simpati kepadanya.
Kekuatan digital memang tidak perlu diragukan lagi, semuanya tersebar dengan cepat, bahkan beberapa halaman gosip mulai memuat berita menggemparkan tersebut.
Jessica yang baru saja mengecek ponsel dibuat tercengang karena wajahnya terpampang dengan nyata disana. Dia bergegas membangunkan Xander karena beberapa malam ini pria itu tidur di apartemennya.
"Lihatlah, bagaimana bisa Arabelle mempunyai banyak bukti sedetail ini?" paniknya.
"Keparat!!" kesal Xander, baru saja dia terbangun dari mimpi indahnya tapi sekarang langsung ditampar oleh kenyataan.
Tidak membutuhkan waktu lama, perusahaan keluarga Weister langsung mengalami penurunan saham secara drastis. Kuasa hukum Weight Weister bergerak cepat saat mendapatkan berita tersebut, mereka langsung menghubungi Xander untuk mendengarkan kebenarannya karena semua ini menyangkut amanat seseorang.
Xander benar-benar dibuat pusing tujuh keliling. Ditambah lagi ibunda tercintanya yang terus-terusan menghubunginya.
Tak sampai disitu Ibu tirinya juga mulai menghubunginya karena mendengar kabar perusahaan yang terkena imbas karena ulah dirinya.
Xander marah dan bingung secara bersamaan, "Jessie, mau kemana kau?"
Jessica yang berlari ke dalam kamarnya tanpa memperdulikan Xander sama sekali.
"Jessie, apa yang kau lakukan?" panik Xander saat melihat wanitanya mulai berkemas.
"Aku tidak ingin jatuh miskin lagi!"
"Apa yang kau bicarakan?"
"Sudah cukup. Aku tidak ingin terlibat lagi. Aku harus pergi!"
"Tidak Jessie, kau tidak bisa seperti ini. Kau sudah berjanji untuk menungguku." tahan Xander dengan nada memohon.
"Apalagi yang harus ku tunggu? Tidak ada! Sebentar lagi kau akan menjadi seorang Xander yang tidak berdaya, jadi jangan menghalangi jalanku!"
"Bukankah kau mencintaiku Jessie? Kenapa kau mempermasalahkan ini? Kita adalah pasangan yang saling mencintai."
"Tidak Xander, berpikirlah realistis. Semuanya tidak mungkin cukup hanya dengan cinta!"
Xander termenung sesaat, "Baiklah dengarkan aku, aku ini seorang Weister. Mau bagaimanapun darah Weister itu mengalir kental di dalam tubuhku. Aku pasti akan mendapatkan hakku dengan atau tidaknya aku bersama Arabelle." Xander berusaha meyakinkan meski sebenarnya dia sendiri juga merasa tidak yakin.
"Sayangnya, aku sudah tidak tertarik lagi. Jadi menyingkirlah, karena Fander sudah menungguku!"
"Fander?" nama yang begitu familiar di telinga Xander.
"Jangan bilang kau masih berhubungan dengannya, Jessie!!?"
Jessica tertawa meremehkan, "Jika iya, kenapa? Apa masalah untukmu?"
"Jadi selama ini kau sudah mengkhianatiku?" nada bicara pria itu mulai meninggi tidak selembut sebelumnya.
"Aku tidak berminat untuk meladenimu. Sekarang terimakan saja nasibmu, sebentar lagi kau akan dibuat jatuh miskin oleh saudara-saudaramu sendiri!" Jessica berjalan menuju pintu keluar dengan menyeret kopernya tanpa menoleh sedikitpun. Memang sudah seharusnya dia meninggalkan Xander.
"Jessica sialan!" murkanya.
Xander marah besar, saat dirinya dikuasai emosi tangannya tiba-tiba mengambil sebuah vas bunga di atas meja dan melemparkannya ke arah Jessica, yang lebih parahnya lagi benda itu mendarat tepat di kepalanya dan pecah seketika.
"Apa yang kau lakukan Xan..!"
Jessica jatuh tidak sadarkan diri dengan kepala yang berlumuran darah.
"A-aku tidak bermaksud, aku tidak sengaja. Arrghhh.." Xander meninju tembok dan berlari keluar tanpa memperdulikan penampilannya yang berantakan dan juga Jessica yang tergeletak tidak berdaya.
Xander melarikan diri.