Perjalanan hidup seorang wanita bernama Ayesha yang ingin mendapatkan kebahagiaan dari keluarga sang suami yang penuh dengan toxic. Berbagai hinaan dan cacian dari keluarga suami sudah menjadi makanan sehari-hari. Meski begitu, tak sedikitpun suaminya mau membelanya karena takut dicap sebagai anak durhaka.
Dan demi sebuah kata bakti, sang suami tega mencampakkan anak istrinya. Bahkan dia berani bermain hati dengan wanita idaman lain.
Akankah Yesha, bertahan dalam keluarga toxic suaminya?
Atau menyerah, dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Ikuti terus cerita ini ya,
Dan jangan lupa dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Toko Perhiasan
Pagi ini setelah mengantar Aksa sekolah, Yesha mau mampir ke pasar untuk membeli beberapa bahan makanan. Karena ada beberapa yang sudah habis. Untuk sarapan Jihan sudah tersedia.. Tinggal nanti membuat makan siang sekaligus bekal makan siang Abhi. Yesha juga berencana membeli beberpa perhiasan, untuk investasi kalau lagi kepepet.
Yesha sudah selesai berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan motor matic nya. Kemudian dia menuju salah satu toko perhiasan yang ada di sekitar sana. Setelah memarkirkan motornya, Yesha segera masuk ke dalam toko dan tanpa sengaja matanya melihat sosok yang sangat dikenalnya. Sosok orang yang selalu merendahkannya selama ini. Tapi sosok itu belum mengetahui kalau Yesha ada di tempat yang sama dengannya.
Yesha segera merubah mimik wajah terkejutnya menjadi tersenyum saat berhadapan dengan penjaga toko.
"Ada yang bisa saya bantu mbak." Tanya penjaga toko itu seperti biasa ketika bertemu pembeli.
"Saya mau lihat kalung itu mbak. " kata Yesha sambil melihat-lihat model kalung dan menunjuk salah satunya.
Mendengar suara yang tidak asing di telinganya, bu Ayu yang juga berada di toko perhiasan itupun langsung menoleh ke asal suara.Dan dilihatnya mantan menantunya itu sedang melihat-lihat perhiasan yang ada di sana.
Dengan tidak tau malunya dia langsung menuju ke arah Yesha berada.
"Heh, wanita kampung. Ngapain kamu disini? mau beli perhiasan? memang kamu punya duit? " kata bu Ayu meremehkan.
Semua orang memandang ke arah bu Ayu yang sedang meremehkan mantan menantunya itu. Namun Yesha yang di rendahkan tidak memperdulikan nya. Dia masih bertanya kepada pegawai toko tentang harga kalung yang jadi incarannya itu.
"Harganya berapa ya mbak? " tanya Yesha tanpa mempedulikan ocehan mantan mertuanya itu.
"Itu sekitar delapan juta, mbak. " jawab pegawai toko itu.
Bu Ayu yang kesal karena tidak dihiraukan Yesha pun langsung menarik Yesha agar menghadap kearahnya.
"Heh, kalau orang tua ngomong itu di dengerin. " kata bu Ayu yang merasa kesal karena di abaikan.
"Emang ibu ngomong sama saya? saya nggak merasa lho, bu. Aku kira ibu tadi ngomong sama orang lain. ' ucapan Yesha semakin membuat darah bu Ayu mendidih. Dia tidak Terima jika di abaikan, apalagi sama mantan menantu miskinnya itu.
" Kamu jangan kurang ajar ya, Yesha. Bagaimana pun aku.... " ucapan Bu Ayu terpotong oleh ucapan Yesha.
"Mantan Ibu mertua. Karean saya sudah bercerai dengan anak ibu jadi saya tidak ada urusan lagi sama ibu atau keluarga ibu. Sampai di sini, PAHAM!. " Sebuah kalimat yang menyudutkan bu Ayu berhasil membungkamnya.
Yesha kembali ke pegawai tokonya.
"Aku mau beli, cincin dan gelang juga mbak, yang model ini dan ini. " kata Yesha kemudian sambil menunjukan perhiasan yang dia inginkan.
"Cih... wanita miskin sepertimu sok-sokan beli perhiasan. Emangnya kamu punya uang berapa? " Bu ayu lagi-lagi mengeluarkan nyinyirannya.
"Total berapa semua mbak? " kata Yesha yang masih mengabaikan ucapan bu Ayu.
Dia sudah merasa kebal dengan hinaan seperti itu apalagi dari mantan mertuanya. Setelah dihitung pegawai toko itu mengatakan harga perhiasan yang di beli Yesha.
"Ini semua, satu gelang, dua cincin dan satu kalung. Harganya dua puluh tiga juta mbak." kata pegawai itu ramah. Dia juga dari tadi menyimak perdebatan antara dua orang di hadapannya.
"Maaf mbak, saya tidak bawa uang tunai... " potongan Yesha langsung dipotong bu Ayu.
"Tuh kan, apa aku bilang. Dia mana ada uang segitu. Buat makan aja susah. " Bu Ayu lagi-lagi menyudutkan Yesha.
Semua orang di sanapun dari tadi memperhatikan perdebatan antara dua wanita itu. Ada yang mencibir perilaku bu Ayu, yang secara frontal langsung menghina mantan menantunya itu. Tanpa peduli itu tempat umum apa privat. Ada juga yang tidak peduli dan ada yang mencibir Yesha juga. Udah nggak punya uang sok-sokan mau beli perhiasan.
Tapi Yesha tak peduli, dia bicara lagi kepada pegawai tokonya.
"Mbak, maaf saya tidak bawa uang tunai.Apakah saya bisa melakukan transaksi antar bank, bersama pemik tokonya? " kata Yesha kemudian.
Dia tidak ingin membawa uang banyak ke pasar karena takut banyak copet juga di pasar.
"Bentar ya mbak saya tanyakan ke kokohnya dulu." kata pegawai tokkt yang tau maksud Yesha tidak membawa uang tunai.
"Cih.. " terus saja bu Ayu berdecih melihat sikap Nisa.
Tak lama, pemilik toko segera menemui Yesha.
"Ada yang bisa saya bantu, mbak. " katanya dengan ramah.
"Aku mau beli perhiasan ini, koh. Semuanya, tapi aku nggak bawa uang tunai. Tau sendiri kan kalau bawa uang banyak di pasar resikonya tinggi. Jadi, apakah boleh aku membayarnya melalui transfer bank? " Yesah menjelaskan keinganannya itu.
"Jangan percaya, koh. Dia itu orang miskin mana ada orang miskin beli perhiasan sebanya itu. " bu Ayu mengompori pemilik tokk agar dia tidak mempedulikan Yesha.
Namun pemilik toko tidak peduli dia lebih peduli dengan Customernya.
"Bisa kok mbak, tapi langkah awalnya saya ingin mengetahui berapa saldo anda. Agar kami bisa percaya dan untuk menghindari penipuan. " kata pemilik toko tadi.
Yesha mengerti, dia segera mengambil ponselnya dan segera mengoktak-atik ponselnya. Lalu dengan segera Yesha menunjukkan isi saldo di tabungannya. Mata pemilik toko terbelalak dan dengan susah menelan salivanya melihat nominal yang ada di ponsel Yesha.
"Baiklah, ini nomor rekening saya mbak. " Pemilik toko itupun langsung memberikan nomor rekeningnya.
Yesha kembali mengotak-atik ponselnya dan segera melakukan transaksi. Setelah selesai dia segera mengirim bukti transfernya.
"Terimakasih mbak, Senang melayani anda. " kata Pemilik toko sekaligus penjaga toko itu dengan ramah.
"Eh... Eh.. eh.... nggak salah itu. Dia pasti nipu koh. Dia itu miskin pasti nggak punya uang banyak. " teriak bu Ayu tak Terima melihat Yesha membawa beberapa perhiasan yang sudah di belinya tadi.
"Maaf mantan ibu mertua. ini buktinya kalau saya tidsk bohong? " Yesha menunjukkan bukti pembayarannya kepada bu Ayu.
Mata bu Ayu terbelalak melihat nominal yang tertera di sana.
"Saya kesini membeli perhiasan, bukan seperti anda yang kesini sudah pastiuntuk menjual perhiasan. Bukan?" kata Yesa dengan nada sinis dan menyindir. Dia langsung keluar dari toko perhiasan tanpa menoleh lagi ke belakang.
Tidak tau saja Yesha bagaimana wajah bu Ayu saat ini yang mendapat tatapan tajam dari semua orang yang ada di dalam toko perhiasan itu.
Malu dan tidak punya muka itulah yang dirasakan bu Ayu sekarang. Dia yang menghina Yesha habis-habisan, kini di pukul telak oleh Yesha hanya dengan satu kalimat.
Yesha sudah membalasnya dengan tunai, penghinaan yang diberikan bu Ayu hari ini.
*
Bu Ayu pulang dengan wajah di tekuk, dia masih tidak terima sudah di permalukan oleh Yesha di depan banyak orang. Maya yang melihat wajah masam ibu mertuanya itu pun penasaran, apa yang sebenarnya telah terjadi dengan ibu mertuanya, yang tadi berangkat dengan wajah bahagia. Tapi pulang-pulang dengan wajah di tekuk kayak setrikaan kusut.
"Kenapa bu? " tanya Maya yang penasaran dari tadi.
Sebelum bu Ayu menjawab Dila keluar dari kamarnya dengan menenteng tas kuliahnya.
"Bu, mana uang sakuku. " kata Dial dengan menengadahkan tangannya.
"Nggak ada. " jawab bu Ayu ketus.
"Lho, katanya tadi ibu ke toko mau jual cincin ibu. Pasti udah dapat uang kan?" Dila merasa kesal karena bu Ayu tidak memberinya uang.
"Nggak jadi. Ini semua gara-gara Yesha, wanita sialan itu. " ujar bu Ayu ketus.
"Lho, kenapa lagi dia. " Maya yang penasaran pun ikut bertanya.
Dila yang rencananya mau langsung berangkat kuliah tidak jadi berangkat karena ucapan ibunya itu. Dia juga penasara, memangnya kenapa Yesha.
"Tadi ibu bertemu, Yesha di toko perhiasan.... "
Bu Ayu kemudian menceritakan yang terjadi di toko perhiasan, Mulai dari Yesha yang membeli beberapa perhiasan dengan harga fantastis dan Yesha yang telah menghinanya secara tidak langsung.
"Oohh, jadi itu yang membuat wajah ibu ditekuk kayak gitu. " celetukan Maya membuat mata bu Ayu melotot.
"Mana mungkin sih bu, Yesha punya uang sebanyak itu. Kayaknya nggak mungkin deh. " ucap Dila yang masih tidak percaya.
"Ya sudah kalau nggak percaya. Tapi ibu melihat dengan mata kepala ibu sendiri tadi. Bahkan ponselnya aja, ponsel mahal. "
"Serius.. " Maya dan Dila berkata secara bersamaan.
Bu Ayu hanya mengangguk sebagai jawaban.
Hening, mereka semua terdiam dengan pikirannya masing-masing.
"Apa mas Dika memberikannya harta gono gini ya bu. " Celetukan Dila membuat bu Ayu juga akhirnya berpikiran sama.
"Coba aja telpon Dika, bu. " usul Maya yang di angguki Dila.
Namun sebelum bu Ayu menelpon Dila langsung melarangnya.
"Jangan bu , Telpon Mbak Vio aja, dia kan yang selama ini nemeni mas Dika ketika di persidangan. Jadi dia pasti tau, apa Yesha meminta harta gono gini apa enggak. Kalau langsung telpon mas Dika, takutnya mas Dika berbohong. " Dila mengemukakan pendapatnya kepada semua orang di sana.
"Bener juga " Maya membenarkan ucapan Dila.
Akhirnya bu Ayu pun menghubungi Violet.
Satu panggilan tak di jawab, dua panggilan tak di jawab.
Vioelet yang sedang berkerja pun merasa terganggu dengan panggilan telpon dari bu Ayu. dan Akhirnya di panggilan ke tiga Vio menjawab telponnya.
"Hallo ada apa bu? " tanya Vio dengan ketus.
"Vio, ibu mau tanya, waktu sidang perceraian Dika apakah Yesha meminta harta gono gini kepada Dika? atau meminta lainnya. "
Vio yang mendapat pertanyaan seperti itu pun langsung mengernyitkan alisnya. Merasa aneh dengan pertanyaan dari bu Ayu.
"Enggak bu, Yesha nggak minta apa-apa. Dia cuma minta hak asuh Aksa sepenuhnya jatuh ke tangannya. Itu saja. Karena itu, aku merasa bahagia. Karena Yesha tidak mendapatkan harta seperserpin dari mas Dika. " Ujar Vio pada Akhirnya.
Bu Ayu, Dila dan Maya saling berpandangan mendapat jawaban dari Vio.
"Ya sudah kalau begitu. makasih informasinya, dan maaf sudah mengganggumu.
Telpon kemudian di matikan, itu membuat Vio jadi sangat kesal dengan ulah keluarga Dika itu.
Sedangkan di rumah bu Ayu, ketiga orang wanita itu masih penasaran dari mana Yesha bisa mempunyai uang sebanyak itu???
tdk pake it's.
terimakasih
yg bener namanya siapa ..?