Menikah adalah cita-cita setiap wanita. Apalagi, ketika menikah dengan laki-laki yang begitu didamba dan dicintai.
Namun apa jadinya, ketika dihari pernikahan itu di gelar, justru mendapat kabar dari pihak mempelai laki-laki. Tentang pembatalan pernikahan?
Hal itulah yang tengah dialami oleh Tsamara Asyifa. Gadis yang berusia 25 tahun, dan sudah ingin sekali menikah.
Apakah alasan yang membuat pihak laki-laki memutuskan pernikahan tersebut?
Lalu, apakah yang Syifa lakukan ketika mendengar kabar buruk itu?
Akankah ia mengemis cinta pada laki-laki yang sangat ia cintai itu? Atau justru menerima takdirnya dengan lapang dada.
Hari pernikahan adalah hari yang begitu istimewa.
Tapi apa jadinya, jika di hari itu justru pihak laki-laki membatalkan pernikahan? Tanpa diketahui apa sebabnya.
Hal itulah yang di alami oleh Tsamara Asyifa.
Akankah ia akan mengemis cinta pada laki-laki yang sangat ia cintai itu, untuk tidak membatalkan pernikahannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Terima gaji
Setelah sampai rumah, Soffin dan Tsamara segera merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya masing-masing.
Tak lupa Tsamara membuka akun media sosialnya. Matanya membulat melihat nominal angka yang cukup fantastis di akun menulisnya.
"Aku punya pendapatan?" gumamnya tak percaya.
Lalu ia segera mengecek untuk memastikan benar atau tidaknya. Senyum tipis tersungging di wajahnya, setelah mengetahui hal itu benar adanya.
Ia pun segera melengkapi data-datanya. Agar pendapatan nya bisa ditarik. Setelahnya, ia melanjutkan menulisnya dengan penuh semangat.
Deru mobil papanya membuat ia tersadar, jika waktu telah berganti sore. Bergegas ia membukakan pintu untuk papanya.
"Sore, pa." sapa Tsamara sambil membukakan pintu.
"Sore, sayang." balas papanya, keduanya saling melemparkan senyuman.
"Kemana adik-adik mu?"
"Soffin masih tidur, sedangkan Farah belum pulang di rumah temannya. Katanya ada tugas kelompok."
"Papa, mau direbus kan air untuk mandi?" tawar Tsamara, ia melihat papanya yang terduduk lesu di sofa.
"Boleh, sayang."
Tsamara segera ke dapur untuk merebus air. Setiap badannya capek, atau kurang fit, pasti keluarga mereka akan menggunakan air hangat untuk mandi.
Setelah menyiapkan air hangat untuk papanya mandi, ia ke kamar Soffin, untuk membangunnya. Ia benar-benar melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dengan baik. Walaupun sama sekali belum menikah.
**
Seminggu kemudian.
Seperti biasa Tsamara menemani adiknya les. Ia duduk di kursi yang terletak di bawah pohon sambil menulis. Tiba-tiba matanya membulat melihat notifikasi pesan.
"Hah! A-aku serius bisa mendapatkan uang. A... senang sekali." pekiknya kegirangan.
Saking senangnya, ia sampai mencium handphonenya berulang kali. Wajahnya terlihat sangat bahagia. Ia tak menyadari jika Thoriq tengah menatap dirinya dari kejauhan. Karena penasaran, laki-laki itu pun menghampirinya.
"Duh, yang lagi senang. Seperti dapat durian runtuh." cicit Thoriq saat berada di dekat Tsamara. Ia melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum.
"Iya, aku sangat senang sekali." balasnya dengan riang gembira.
Bahkan karena terlalu gembiranya, dengan spontan ia mengangkat tubuh Thoriq, dan memutar badannya.
Laki-laki itu tampak sangat terkejut, hingga membulatkan matanya. Karena tak percaya apa yang sedang dilakukan Tsamara padanya.
"Tsamara, turunkan aku." ucap Thoriq sambil menepuk-nepuk bahu gadis itu, sehingga membuatnya tersadar. Lalu menurunkan laki-laki itu dari gendongannya.
Thoriq memperbaiki penampilannya, dengan menepuk bagian bajunya bagian depan.
Tsamara tampak speechless melihat yang ada dihadapannya adalah laki-laki berparas tampan, yang selalu membantunya.
Seketika ia menutup bibirnya dengan kedua tangannya. Yang terlihat hanya kedua bola matanya yang berkedip-kedip indah sekali.
"Ma-maafkan aku." ucapnya dengan suara terbata.
"Tidak apa-apa." balas Thoriq sambil menatap manik mata Tsamara yang begitu indah.
"A-aku kira tadi yang mendekat adikku. Tidak tahunya kamu."
"Pasti ada satu hal yang membuatmu sebahagia ini.. Sehingga tidak bisa membedakan mana aku dan mana adikmu." Thoriq tersenyum tipis, yang membuat semua wanita kelepek-kelepek.
"Hanya hal receh. Lupakan saja."
"Kita harus bersyukur lho. Walaupun hanya hal receh, tapi bisa membuat bahagia."
"Iya, aku sangat mensyukurinya." Tsamara menundukkan kepalanya. Malu karena Thoriq masih menatapnya.
"Kamu tidak ingin berbagi kebahagiaan dengan ku?" tanya Thoriq sambil menaikkan satu alisnya.
"Kamu mau apa? Kalau sesuatu yang murah, aku bisa beli. Kalau mahal, aku belum tahu uang gaji ku cukup atau tidak."
"Oh, aku pikir tadi baru dapat undian berhadiah. Ternyata baru terima gaji ya." Thoriq manggut-manggut sambil melebarkan senyumnya. Sedangkan Tsamara menutup mulutnya karena kelepasan bicara.
'Ya ampun. Ini mulut kenapa ngga bisa dikondisikan banget sih. Bisa-bisanya selalu lepas kendali kalau di depan dia. Kan jadi malu.' gerutu Tsamara dalam hati.
"Aku bukan cowok matre yang minta dibelikan ini itu oleh seorang wanita. Tapi aku ikut senang ketika kamu bisa mendapatkan penghasilan. Selamat ya." Tsamara mengangguk sambil tersenyum tipis.
"Kakak." suara Soffin mengejutkan keduanya. Terlihat bocah itu tengah berlari kecil menuju ke arah keduanya berdiri.
"Kak, aku haus. Kita beli es yuk." Soffin mengurut lehernya.
"Boleh, ayo. Kak, kalau begitu kita pamit dulu ya." pamit Tsamara, sambil meninggalkan Thoriq.
Tsamara segera mengayuh sepedanya menuju ke penjual es kelapa muda yang tak jauh dari tempat les.
Sambil menunggu pesanannya datang, gadis itu kembali membuka aplikasi m-bangking nya. Deretan sepuluh digit angka, notif yang diterimanya tadi memang benar-benar membuatnya speechless.
"Kak. Kenapa sih, senyum-senyum sendiri?" Soffin heran dengan kakaknya yang sejak tadi senyum-senyum sendiri.
"Oh, tidak apa-apa kok, dek."
"Bohong. Pasti kakak ada sesuatu yang disembunyikan deh. Tapi ngga mau ngaku." Soffin menunjuk wajah kakaknya dengan jari telunjuknya.
Tak lama kemudian, pesanan keduanya pun datang. Mereka segera menyeruput es itu. Dan merasakan sensasi kesegaran nya, ketika melewati kerongkongan.
"Kakak dapat gaji." ucap Tsamara yang membuat Soffin tersedak.
yg jelas dong halunya jgn malu maluin gini
dasar Anwar tdk beretika
tapi bebanmu masih ada Thor eh Thoriq maksutku
yaitu mengajari Tsa ilmu agama
coba bayangin kalo seprenya berubah jadi angsa... telanjang dong kasurnya😀😀