Kusuma Pawening, gadis remaja yang masih duduk di bangku SMA itu tiba-tiba harus menjadi seorang istri pria dewasa yang dingin dan arogan. Seno Ardiguna.
Semua itu terjadi lantaran harus menggantikan kakanya yang gagal menikah akibat sudah berbadan dua.
"Om, yakin tidak tertarik padaku?"
"Jangan coba-coba menggodaku, dasar bocah!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Aku tunggu di sini aja, kamu buruan gantinya" ujar Wening memberi ruang.
"Jangan di sini, ikut aja!" kata pria itu menarik tangan Wening hingga mengikutinya.
"Yud, ke mana?"
"Tunggu di kamar, nanti lo kabur."
"Astaga, nggak bakalan kabur, aku tunggu di sini aja," tolak Wening merasa tak nyaman. Baru juga mampir, sudah main ngamar aja, apa kata dunia.
"Heh, pikiran lo jangan aneh-aneh, gue cuma mau bikin lo aman," ujar pria itu aneh sekali.
Bukan Wening kalau nurut-nurut amat, tentu saja gadis itu menolak dan lebih memilih tetap menunggu di ruang tamu.
"Oke, lima menit, tunggu gue bentar ambil kunci mobil. Awas jangan kabur!" ancam pria itu serius.
Aneh banget tuh orang!
"Hmm ...." jawabnya sembari mengambil sikap duduk.
Wening tengah menanti dengan gelisah tetiba seorang pria dewasa mendatanginya sok akrab.
"Pacarnya Yuda? Aku nggak pernah lihat dia pulang bawa cewek, kamu yang pertama," ujar pria itu mengamati gadis yang tengah duduk di sofa ruang tamu.
"Hehe. Bukan Om, teman kelas," jawab Wening meralatnya.
"Ayo Ning!" Yuda datang langsung menariknya. Kedua pria itu terlihat tidak akur satu sama lain. Membuat Wening bertanya-tanya dalam hati.
"Cowok yang tadi siapa?" tanya Wening penasaran.
"Nggak usah kepo," jawab Yuda kesal. Mereka sudah berada di mobil hendak mengantar gadis itu.
"Ish ... malu bertanya sesat di jalan lah. Nggak efektif banget!" gerutu Wening tak setuju.
"Nggak bakalan tersesat, kan gue drivernya. Kenapa lo suka banget ngurusi hidup orang."
"Ye ... kepedean banget, kapan aku hidupnya ngurusin orang. Urusan sendiri aja udah ribet."
"Ya itu tadi, kepo-kepo sama urusan orang."
"Tanya wajar saja BAMBANG! Ngeselin ya!"
"Udah tahu gue ngeselin, kenapa masih mau dekat sama gue."
"Cukup sekali saja, besok nggak lagi deh. Kita beda server, tidak selevel!" kata gadis itu ikut kesal juga.
"Dia abang ipar gue, dan gue nggak suka sama dia," kata pria itu pada akhirnya.
"Owh ... gitu," jawab Wening hanya ber-oh panjang. Sebenarnya ia sangat penasaran dengan foto itu, tapi sepertinya Yuda sejenis pria yang tidak suka todong menodong.
"Musti main cantik kayaknya," gumam Wening sambil melirik ke arahnya.
"Rumah lo kawasan mana?"
"Perumahan Griya Indah, tapi nggak usah sampai masuk. Stop di depan sana aja," ujar Wening mengantisipasi adanya huru hara. Suaminya pasti akan marah-marah dan nantinya membuat kuping seorang Wening sumpek.
"Beneran? Masuknya masih jauh nggak? Gue anter sampai dalem sekalian ketemu sama orang rumah, udah pulang sesore ini."
"Jangan!" Wening menggeleng tak setuju.
"Om aku galak, tahu sendiri, 'kan?"
"Oke deh, makasih tadi udah bantuin, sampai ketemu besok di sekolah!"
Gadis itu turun di gang pintu masuk, tepat sekali mobil Seno hendak keluar dari area perumahan. Tentu saja untuk mencari istrinya yang bandelnya nggak ketulungan.
Gadis itu baru melambaikan tangan dengan senyuman. Selepas mobil Yuda menghilang, ia baru melanjutkan jalan beberapa meter saja untuk mencapai kediaman suaminya. Tetiba bunyi klakson menyapa di dekatnya dengan begitu lantang. Spontan gadis itu berhenti dari jalan santainya. Menengok, menemukan mobil maybach hitam berhenti di sampingnya.
Astaga! Mampus beneran ini!
Pria itu menyorotnya garang dari tempat kursi kemudi, menurunkan kaca mobilnya.
"Hehehe. Om, baru pulang juga?" sapa Wening mendadak lemes. Sepertinya pria itu terlihat marah.
"Masuk mobil!" titahnya dingin.
"Wening jalan aja Om, sekalian olah raga, udah deket juga, 'kan?"
"Masuk mobil!" bentak pria itu sampai turun dari jok singgasana.
"Iya iya Wening masuk, serem amad, astaga!" gumam gadis itu menempati jok sebelah kemudi.
Pria itu masuk ke dalam mobilnya lalu melajukan ke rumahnya. Sejenak menghubungi seseorang, yang sepertinya Om Wahyu untuk berhenti mencarinya. Tentu saja, orang yang dicari-cari sudah bersama dirinya dan parahnya pulang dengan pria lain.
"Tadi siapa?" tanya Seno penuh intimidasi.
Mereka masih di dalam mobil baru saja sampai halaman rumahnya. Seno sengaja menguncinya.
"Tadi yang mana? Wening ada ektra di sekolah jadi sedikit terlambat, buka Om Wening mau turun!"
"Bohong, semua kegiatan sekolahmu aku tahu. Semua jadwalmu aku tahu. Dari mana? Tadi siapa?"
Yeach tentu saja pria itu tahu. Sudah seperti bapak yang mendekte anaknya.
"Siapa!" bentak pria itu murka.
"Teman Om," jawab Wening sambil merem. Menghindari tatapan matanya yang berkilat marah.
"Udah berani ya sekarang?" tekan pria itu mengintimidasi.
"Maaf, tadi nggak sempat ngabarin, Wening tadi cuma main bentar di rumahnya, sumpah nggak aneh-aneh," jawab gadis itu merasa kelu. Tiba-tiba merasa takut luar biasa saat pria itu mengikis jarak sembari terus menatapnya tanpa jeda.
"Om mau apa?"
"Mau kamu!"