Devan kaget saat tiba-tiba seseorang masuk seenaknya ke dalam mobilnya, bahkan dengan berani duduk di pangkuannya. Ia bertekad untuk mengusir gadis itu, tapi... gadis itu tampak tidak normal. Lebih parah lagi, ciuman pertamanya malah di ambil oleh gadis aneh itu.
"Aku akan menikahi Gauri."
~ Devan Valtor
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ciuman tiba-tiba
Devan kaget bukan main saat seseorang tiba-tiba menerobos masuk ke dalam mobil hitam mewahnya. Bahkan langsung duduk disebelahnya tanpa rasa malu sama sekali. Sungguh, ia sangat membenci yang namanya spesies wanita mendekatinya duluan.
Iya benar, yang sekarang tengah duduk disebelahnya ini adalah seorang gadis tulen yang lebih muda darinya dan tentu saja sangat tidak sopan. Lihat saja, gadis itu sekarang malah menyentuh dan menelusuri seluruh lekuk wajah tampan Devan dengan tidak tahu malunya.
Devan menghempas tangan gadis itu dengan kasar, namun gadis asing itu malah naik ke badannya dan duduk di atas paha pemilik wajah tampan dan arogan tersebut. Mata lelaki itu membelalak kaget. Berani sekali gadis ini.
Apakah gadis ini adalah seorang penguntit yang selalu menguntitnya ke mana-mana, yang ketika ada kesempatan langsung menyerangnya?
Devan ingin memakinya habis-habisan tapi ia sadar tindakan pertama yang harus ia lakukan adalah melepaskan gadis itu dari atasnya dulu. Pria itu merasa kesusahan karena tangan gadis itu terus-terusan bermain-main dengan wajahnya sambil tertawa-tawa.
Mana Gino tidak ada lagi. Ia kewalahan menghadapi gadis ini sendirian.
Devan tidak tahan lagi. Tangan kekarnya meraih kedua tangan gadis itu dan memeganginya kuat-kuat agar tidak lepas. Ia menatap gadis itu emosi tapi yang ditatap malah tertawa. Matanya bergerak liar. Devan mengerutkan kening, gadis di depannya ini tampaknya tidak begitu normal.
"Kau siapa?" meski merasa gadis di pangkuannya ini sedikit aneh, ia tetap bertanya.
"Siapa ya?" balas gadis bermuka imut itu sambil berpikir-pikir.
"Ah, aku ... Aku ... Ah ya, aku siapa ya?" Devan melongo. Gadis sinting! Tak lama kemudian Gino sepupunya muncul.
"Devan maaf aku,"
Gino masuk dan duduk di kursi pengemudi. Ia menatap kebelakang bicara pada Devan, namun belum sempat menyelesaikan kata-katanya, ia malah tercengang melihat Devan dan seorang gadis yang tengah duduk di atas pria itu. Posisi mereka tampak seperti mau melakukan sesuatu yang berbau-bau dewasa.
Kalau orang yang tidak kenal Devan sosok lelaki yang seperti apa, mungkin akan langsung berpikir yang tidak-tidak. Sayangnya Gino tahu Devan itu tidak pernah mau berhubungan dengan perempuan semenjak memergoki mamanya selingkuh dan tidur dengan pria lain didepan matanya sendiri. Sejak saat itu, Devan selalu jijik kalau ada wanita yang mendekatinya. Apalagi seintim ini.
"Ini bukan seperti yang kau pikirkan. Gadis ini tiba-tiba menerobos masuk dan mengganggu ..." ucapan Devan langsung terhenti karena gadis itu tiba-tiba mengecup bibirnya lalu menggigitnya seperti bibirnya adalah permen yang manis sekali. Oh astaga, Devan mau gila rasanya. Gino pun sampai kaget dengan aksi brutal gadis muda itu.
"A ... Apa yang kau lakukan, sialan!" makinya emosi. Itu ciuman pertamanya. Pria itu belum pernah berpacaran seumur hidupnya atau sekedar dekat dengan perempuan manapun. Orang-orang bahkan berpikir dia adalah seorang gay. Bukan karena tidak mau pacaran, Devan merasa belum mendapatkan yang cocok saja, dan menganggap hampir rata-rata perempuan itu tipe yang murahan seperti mamanya.
Devan menatap pemilik mata indah itu dengan tatapan tajam nan menusuk. Apa dia harus menyebut tindakan gadis ini sebagai sebuah pelecehan?
Tidak, tidak. Dia pasti akan ditertawakan dan diledek banyak orang kalau bersikeras menuntut perempuan yang mencium bibirnya ini.
Lihat sekarang, gadis di depannya ini malah tertawa setelah melakukan hal yang tidak sopan padanya. Rasanya Devan ingin melemparnya jauh-jauh dari hadapannya sekarang juga.
"Gino, tolong bantu aku." kata Devan merasa kewalahan. Gino lalu keluar dari kursi depan dan membuka pintu belakang. Ia mencoba meraih pinggang gadis yang menempel di tubuh Devan itu namun gadis itu cepat-cepat memeluk Devan kuat-kuat, hingga Gino juga kewalahan dan Devan makin dongkol.
"Nona, tolong turun. Kau tidak tahu siapa yang sedang kau usik sekarang. Sebaiknya kau turun sebelum pria ini menuntutmu." ucap Gino tapi gadis itu malah menggeleng-geleng.
"Nggak!" tolaknya kuat. Ia menyandarkan kepalanya di dada kekar Devan dengan tangan yang melingkar pada pinggang pria itu.
Kemarahan Devan sudah hampir mencapai ubun-ubun.
"Singkirkan tubuh sialanmu itu dari tubuhku jalang!" teriak Devan dengan amarah yang membuncah. Ia tidak tahu gadis itu sengaja mau mendekatinya atau tidak, tapi ia betul-betul marah dan menganggap gadis yang masih di atasnya ini tak lebih dari seorang wanita murahan. Mana ada kan wanita baik-baik yang akan berlaku seperti itu pada pria yang baru dia temui pertama kali.
Devan masih ingin berteriak namun tangisan keras gadis itu menghentikan niatnya. Ya Tuhan, apalagi sekarang. Dia benar-benar dikacaukan oleh gadis aneh itu hari ini.
Sedang Gino yang menyadari ada kesempatan, buru-buru mengangkat tubuh gadis mungil itu dari atas Devan lalu mengeluarkannya dari dalam mobil.
Devan baru bisa bernafas lega setelah merasa bebas. Ia menatap tajam Gino yang terlihat menertawai dirinya.
"Bibirmu bengkak." kata Gino masih dengan sisa-sisa tawanya.
"Sekali lagi kau tertawa, aku pastikan wajah mulusmu itu dipenuhi luka-luka!" ancam Devan kesal.
Sayangnya ancamannya itu sama sekali tidak ada pengaruhnya pada Gino. Ia sudah kebal dengan ancaman seperti itu. Gino kembali masuk ke kursi sopir. Ia melirik gadis yang masih berdiri sambil menangis kuat didekat mobil itu sebentar.
"Bagaimana dengan bocah itu?" tanyanya menatap Devan dari balik spion dalam mobil. Jalanan cukup sepi dan Gino merasa tidak tega meninggalkan gadis itu sendirian, walaupun sekarang masih siang hari. Bagaimanapun dia seorang perempuan dan kelihatan masih muda sekali.
Devan ikut melirik gadis itu. Ia tersenyum miring. Mungkin saja gadis itu sedang berpura-pura untuk mendapatkan simpati darinya. Huh! Jangan harap ia akan termakan akting gadis itu. Apalagi mengingat ciuman pertamanya sudah dirampas dengan cara yang brutal.
Devan menutup matanya dalam-dalam.
Sialan, ia merasa sangat jengkel mengingat kejadian bibirnya menyatu dengan bibir gadis itu tadi. Ia mengelap bibirnya dengan kasar seolah bekas ciuman itu adalah sesuatu yang sangat membuatnya jijik.
"Tinggalkan saja." ucapnya kemudian.
Gino menatap pria itu lama. Devan betul-betul tidak punya hati. Masa mau tinggalin anak gadis sendirian dengan keadaan seperti itu.
"Tapi,"
"Kubilang tinggalkan saja dia." ulang Devan tak merasa simpati sedikitpun.
"Bagaimana kalau terjadi sesuatu? Lihat keadaannya dan jalanan sepi ini. Setidaknya kita bisa membawanya ke tempat yang lebih ramai." balas Gino.
Kasihan gadis itu. Gino bukanlah pria seperti Devan yang tidak punya hati dan suka berbuat seenaknya pada perempuan.
"Kau ingin aku saja yang tinggal dan kau bawa gadis itu pergi dari sini?" suara Devan penuh tekanan. Tatapan tajamnya seolah menyiratkan bahwa perintahnya tidak boleh di lawan oleh siapapun.
Gino menghela nafas. Ia menatap gadis itu lagi lalu keluar sebentar, mengambil sesuatu dari sakunya untuk diberikan ke gadis itu. Sebuah permen yang selalu ia beli buat keponakan kecilnya.
"Ambillah," gumamnya. Gadis itu masih terus menangis namun tangannya terulur mengambil permen dari Gino.
Gino tersenyum tipis mengacak rambut gadis itu kemudian masuk ke mobil lagi. Sesaat kemudian, mobil yang di kendarainya berlalu meninggalkan jalanan sepi itu.
semoga imbron nya kuat ...😜🤭