Tidak ada gadis yang mau menikah dengan lelaki beristri, apalagi dalam keterpaksaan ibu tiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Debat Alenta
"Ibu menelepon suruh saya datang ke rumah!" jawab Daniel, masih dengan kata baku yang membuat Sarla sedikit tak nyaman.
"Oh, jadi sekarang anda mau ke sana?" tanya Sarla menundukkan wajah, ia masih memperlihatkan rasa malunya.
"Ya, ada hal penting. Jadi kamu saya tinggal dulu malam ini!" jawab Daniel, membuat Sarla tersenyum lebar pada balik cadarnya.
"Baiklah," balas Saral, tetap menatap ke arah tanganya.
Daniel semakin aneh dengan Sarla, setiap diajak ngobrol selalu menundukkan wajah. Sampai ia bertanya?" kenapa setiap saya mengajak kamu berbicara, wajah kamu selalu menunduk?"
"Saya tidak biasa bertatapan dengan laki laki!" jawab Sarla, semakin membuat penasaran Daniel.
Namun malam ini ia tak bisa menemani Sarla, karena kebetulan Wulan mengamuk, ia harus menangani istri pertamanya dulu.
"Berarti kamu tidak pernah berpacaran?" tanya Daniel.
"Untuk apa anda bertanya hal itu, bukan sudah jelas dalam islam, apakah Islam menganjurkan umatnya untuk berpacaran? Sebagaimana diketahui, Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya 'Tidak boleh antara laki-laki dan wanita berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali ditemani oleh mahramnya. ' (HR. Muslim)."
Daniel yang memang awam dalam hal agama hanya bisa menganggukan kepala, setelah mendengar jawaban dari istri keduanya.
"Oke, kamu memang wanita aneh."
Sarla tak memperdulikan perkataan suaminya, ia tetap fokus pada jalan yang ia lalui.
Setelah sampai di hotel tempat tujuannya, Daniel mengantarkan sang istri ke kamar yang akan mereka tempati.
"Ini kamar kita."
Masuk ke dalam kamar, semua sudah disediakan. Pemandangan yang baru pertama kali dilihat Sarla, dimana banyak bunga bunga mawar tersusun menyambut kedatangan malam pengantin.
Daniel perlahan menutup pintu kamarnya, Sarla masih terlihat kaku," bagaimana kamu suka?"
Tidak ada wanita yang tak suka jika diberi sebuah pemandangan indah, apalagi hadiah.
"Sayangnya malam ini, saya tidak bisa menemani kamu untuk memulai malam pertama."
Deg ….
Mendengar perkataan itu, Sarla menghela napas beratnya, ia merasakan rasa tak biasa. Saat dimana Daniel tiba tiba, memeluk Sarla dari belakang.
Melepaskan pelukan itu dan kini Sarla terjatuh ke atas kasur.
"Waw, kamu kenapa terkejut. Apa sudah tak sabar ingin saya sentuh."
Sarla buru buru bangkit dari ranjang tempat tidur, ia duduk memposisikan diri agar tidak terlihat ketakutan.
"Maaf saya terkejut."
Daniel mulai menyentuh cadar Sarla, ia penasaran dengan wajah yang tertutup cadar itu, seperti apa?
Dret …. Ponsel kembali bergetar, Daniel mengurungkan niatnya yang begitu penasaran.
Menatap layar ponsel, Alenta menelepon kembali.
"Ibu?"
"Halo, bu."
"Kamu dimana sih, Daniel. kenapa lama, ibukan suruh kamu menangani dulu si Wulan. Biar malam pertama dengan Sarla kamu tunda dulu."
"Hah, ya. Bu, Daniel kesana sekarang."
Wajah dingin Daniel kini ia perlihatkan pada Sarla, dimana wanita itu sekilas menatap lelaki yang menjadi suaminya.
"Mm, saya pergi dulu. kamu cepat istirahat, besok saya akan datang ke sini."
"Baiklah."
Daniel kini berjalan cepat, menuju ke mobil, ia bergegas pulang ke rumah sang ibunda.
"Jujur saja aku penasaran dengan wanita bernama Sarla itu, dia begitu menjaga tubuhnya. Saat aku sentuhpun dia terkejut. Ada wanita model seperti itu di dunia ini." Tersenyum sembari menatap ke arah jalanan.
******
Wulan terlihat kelelahan, seharian ini dia tidak makan sama sekali, perut terasa begitu keroncongan, membuat pikirannya tak fokus.
Ia kini duduk di kursi depan rumah, menunggu sang mertua untuk segera membukakan pintu rumahnya.
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore, Alenta tetap membiarkan Wulan berada diluar. Ia tak mau menjadi bahan amukan menantunya.
"Gerah sekali, sialan. Semua gara gara Angga, aku menjadi menderita seperti ini. "Gerutu Wulan.
Ibu mertua terlihat penasaran dengan menantunya itu, ia mengintip dari jendela, terlihat wulan membuka syal yang ia pakai.
Tanda merah begitu terlihat jelas pada lehernya, Alenta merasa curiga dengan Wulan.
Suara kelakson mobil terdengar dari luar rumah, Wulan tengah mengibas ngibaskan syalnya kini terburu buru melilitkan kembali pada lehernya.
" Daniel, akhirnya dia pulang juga."
Wulan tak sabar ingin menanyakan prihal pernikahan yang diceritakan sopir pribadi suaminya itu.
"Daniel."
Keluar dari dalam mobil, Daniel melihat Wulan berlarian ke arahnya. " Daniel, aku rindu."
Memeluk erat tubuh sang suami, tercium bawa parfum wanita, " kenapa kamu baru pulang?"
"Daniel, aku bisa jelasin pada kamu. Aku tadinya berniat pulang menemui kamu. Tapi saat di dalam perjalanan pulang, mobil dan juga atm serta uangku di ambil oleh orang yang tak di kenal!"
"Terus ponsel kamu?"
"Ya, ponselku juga begitu. Kena jambet!"
" Besok biar aku selidiki orang yang sudah mengambil barang barang kamu."
Deg ....
Wulan menjadi ketakutan sendiri, ia berniat mencari alasan saja pada Daniel.
"Kenapa tas kamu masih ada bersama kamu?" tanya Daniel, membuat Wulan berusaha mencari alasan kembali.
"Itu, karena .... "
Alenta tiba tiba saja datang, menghampiri Daniel dan berkata." kamu pulang sayang. Ya sudah ayo kita masuk."
Alenta hanya mengajak Daniel saja masuk ke dalam rumah sedangkan Wulan merasa tak dianggap.
"Daniel, bu. "
Wulan mengikuti langkah mereka, masuk ke dalam rumah.
"Wulan kenapa kamu jadi orang bodoh seperti ini." Gumam hati Wulan, ia kini menghampiri sang suami. " Daniel aku ingin bertanya kepada kamu?"
Wanita tua itu tak mau melihat keributan, ia kini menimpal perkataan menantunya," Wulan, seharusnya kamu itu sambut suami dengan segelas air bukan malah memberikan pertanyaan."
"Bu, jangan mengalihkan pembicaraan ya, Wulan ingin bertanya pada Daniel tentang isu pernikahannya, " ucap Wulan sedikit bernada tinggi.
"Wulan, lembutkan suaramu pada ibuku," bentak Daniel. Membuat Wulan menundukkan wajah.
"Sudah Daniel, kita duduk di sofa, ibu buatkan kamu menimuman hangat, mau kan, " timpal Alenta, berusaha membuat Wulan tak bertanya kembali.
Namun Wulan ingin mendengar kepastian dari mulut suaminya." Daniel, aku bertanya kepada kamu, kenapa kamu tidak menjawab. Malah ibumu yang rese ini menimpal perkataanku dari tadi. "
"Wulan, bisa tidak kamu jangan membawa bawa ibu, " balas Daniel, murka dengan sang istri.
"Aku berkata sebenarnya Daniel, oh ya. Aku tahu kamu sekongkolkan dengan ibu," teriak Wulan.
Daniel menahan tangannya agar tidak menampar sang istri.
"Wulan, bukanya aku sudah mengerim pesan kepada kamu. Dari jauh hari sebelum kamu kecopetan," jelas Deniel pada sang istri.
"Pesan apa?" tanya Wulan yang memang tak tahu pesan terkirim dari Daniel, ia sengaja tak membaca pesan dari suaminya karena menikmati kesenangan dengan lelaki lain, yang akan menjanjikanya sebagai artis terkenal lewat bakat Wulan sendiri.
Namun pada kenyataanya lelaki itu kabur, membawa semua barang barang berharga Wulan, hingga seperti gelandangan di jalanan.