Bagaimana jadinya jika seorang siswi dijodohkan dengan gurunya sendiri.
Faradilla Angelica, siswi kelas 12 yang terkenal dengan prestasinya keluar masuk ke ruang BK, bukan karena dia sering bolos atau yang lainnya, melainkan karena dia sering kepergok berpacaran di area sekolah dengan Arsyad.
Orang tuanya merasa geram, hingga mereka menjodohkan Fara dengan Aslan, guru baru di sekolahnya.
Fara jelas tidak terima dengan perjodohan itu. Dia sampai rela kabur dengan Arsyad demi menolak perjodohan itu.
Lalu bagaimana jika akhirnya Fara dan Aslan dinikahkan? Apakah akhirnya Fara bisa mencintai Aslan, sosok guru yang sangat galak itu?
"Dasar Pak Singa!" begitulah Fara menyebutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 25
"Gimana? Udah enakan?" tanya Bu Lani. Karena setelah dipijat, Fara tidur nyenyak hingga sore hari.
"Iya, Ma." jawab Fara. Dia kini duduk di meja makan karena perutnya terasa sangat lapar.
"Makan yang banyak ya, biar tenaganya pulih kembali," kata Bu Lani sambil tersenyum. Tentu saja pemikirannya tak jauh-jauh dari aksi ranjang. "Pengen banget cepat punya cucu."
Fara hanya tersenyum kaku. Kalau soal cucu, Fara jelas tidak bisa memenuhi keinginan Bu Lani.
"Sebentar ya, Mama mau ambil ponsel dulu. Papa jadi jemput Mama atau gak ini?"
"Mama mau pulang?" tanya Fara, karena sebenarnya dia sangat senang saat berada di dekat mertuanya itu. Dia bisa merasakan kasih sayang dari seorang Mama lagi.
"Lihat nanti, kalau Papa minta pulang, ya nanti kita pulang." Kemudian Bu Lani berdiri dan naik ke lantai atas untuk mengambil ponselnya.
Fara mulai menyantap makanannya dengan lahap. Hanya dua menit, piring itu telah kosong, tak ada sisa.
Setelah minum air putih, ponsel Fara berbunyi cukup keras.
"Arsyad?" dia sampai lupa seharian tidak chat Arsyad lagi setelah mengabarinya kalau sedang sakit.
Dia menoleh ke lantai atas, memastikan mertuanya belum keluar dari kamar. Lalu dia segera mengangkat panggilan dari Arsyad.
"Iya, hallo. Kamu udah pulang?"
"Iya, sudah. Gimana keadaan kamu? Udah baikan?"
"Udah. Ini udah enakan."
"Far, aku mau tanya satu hal sama kamu." suara Arsyad terdengar sangat serius.
"Iya, apa?" tanya Fara.
"Apa kamu udah menikah sama Pak Aslan?"
Fara mengerutkan dahinya. Jantungnya berdebar mendengar pertanyaan Arsyad. Darimana dia tahu soal itu?
"Nggak. Emang kenapa?" tanya Fara was-was.
"Benar, kamu gak bohong?"
"Iya, aku gak bohong."
"Terus kenapa ada cincin nikah di jari Pak Aslan."
Jantung Fara semakin berdetak tak karuan. "Hmm, ya aku gak tahu. Tapi beneran aku belum nikah sama Pak Aslan."
"Bilang apa Fara?"
Suara itu membuat Fara sangat terkejut. Seketika dia mematikan panggilan Arsyad. Bu Lani sudah berdiri di dekatnya. Pasti dia mendengar obrolannya dengan Arsyad dari ponselnya itu.
"Bukan, apa-apa, Ma. Teman sekolah yang telepon." kata Fara. Dia takut mertuanya itu akan curiga.
Bu Lani kini duduk sambil menatap Fara.
"Hem, kan Fara nyembunyiin pernikahan ini dari teman-teman."
"Beneran? Kamu gak cuma pura-pura kan menikah sama Aslan. Baju-baju kalian di kamar juga terpisah. Jangan-jangan selama ini kalian pisah ranjang."
"Itu, hmm..." Fara tak tahu harus menjawab apa.
"Mama, ini kepo." Aslan tiba-tiba datang dan langsung duduk di sebelah Fara. "Cuma baju aja beda lemari emang gak boleh. Biar gak bingung kalau ambil. Fara juga kalau lagi belajar harus sendiri biar konsen." Aslan mendekatkan kursinya dengan Fara. "Tapi kalau malam kan tetap sekamar." Tangan Aslan kini merengkuh pinggang Fara. "Iya kan?" Aslan memandang wajah Fara yang sedang menunduk itu.
"I-iya." jawab Fara dengan terbata.
"Beneran gak bohong? Aslan, awas kalau kamu sampai bohongi Mama!" kata Bu Lani sambil menatap tajam Aslan. Dia telah menyiapkan ancaman untuk putranya.
"Iya, Ma."
"Kalau begitu, beberapa hari ini Mama akan menginap di sini untuk memastikan kalian berdua."
Fara hanya menggigit bibir bawahnya. Mau tidak mau nanti malam dia harus tidur bersama Aslan.
"Ya, gak papa Ma. Kita justru senang kalau Mama tidur di sini. Iya kan sayang?" tanya Aslan pada Fara.
"I-iya." Fara sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Dia harus antisipasi, jangan sampai Aslan memanfaatkan keadaan ini.
...***...
Sedari tadi Fara terus mendumel. Dia kini menyiapkan buku-bukunya untuk ke sekolah besok sambil mengomel pada Aslan.
"Pak Aslan, kalau ke sekolah itu cincinnya dilepas dong. Biar gak ada yang tahu kalau Pak Aslan udah nikah."
Aslan yang saat ini sedang duduk bersandar di headboard dengan santainya menjawab, "Kan mereka gak tahu kalau aku nikahnya sama kamu. Santai aja kali."
"Ya, yang lain emang gak ngira. Tapi Arsyad kan tahu kalau saya dijodohkan sama Bapak." Fara kini menoleh Aslan yang masih saja santai menanggapinya.
"Ya udah biarin, kan kamu udah jawab kalau belum nikah."
Fara berdengus kesal. "Pak Aslan sekarang yang tidur di bawah!"
"Tidur di atas sini. Aku gak akan ngapa-ngapain kamu."
Fara masih saja menatap tajam Aslan. Di kamar itu memang ada sebuah sofa tapi kecil, tidak mungkin bisa dibuat tidur.
Tiba-tiba di depan pintu terdengar suara bisik-bisik.
Aslan dan Fara seketika menoleh menatap pintu yang tertutup rapat itu.
"Sepertinya Mama dan Papa ada dibalik pintu," kata Aslan pelan. Kemudian dia beranjak dari ranjang dan berjalan perlahan menuju pintu lalu menempelkan telinganya di daun pintu.
Hal itu juga diikuti oleh Fara.
"Mama, ayo tidur. Ngapain berdiri di depan kamar mereka."
"Pa, Mama cuma mau mastiin. Mereka itu beneran nikah atau cuma pura-pura. Mama curiga soalnya barang-barang mereka terpisah."
"Kan, cuma barang-barang aja, Ma. Buktinya mereka sekarang tidur bareng. Jangan berburuk sangka terus sama Aslan."
"Makanya ini, Mama mau mastiin. Mereka cuma tidur bareng aja atau pakai ritual malam."
"Mama, keponya kambuh."
"Papa ngapain telinganya ikut ditempelin."
Fara semakin menatap tajam Aslan.
Aslan justru tersenyum penuh arti. "Yuk, ritual malam dulu." bisik Aslan.
Fara sudah bersiap lari. Ingin dia berteriak tapi dia tahan. Takut jika orang tua Aslan semakin salah paham.
Fara berlari ke atas ranjang saat Aslan mengejarnya.
"Pak Aslan, saya gak mau."
Mereka berdua kini berdiri di atas ranjang.
"Mau Mama dan Papa percaya kan. Biar mereka cepat pulang ke rumah, ikuti arahan aku." Aslan akan menyentuh lengan Fara tapi dia tepis.
"Gak boleh sentuh." kata Fara. Dia masih memelankan suaranya.
"Oke." tapi Aslan justru menarik Fara hingga jatuh ke ranjang.
"Aww, pelan-pelan ih." pekik Fara. Karena dia terkejut dengan tarikan Aslan yang tiba-tiba itu.
Dan skenario mereka berdua dimulai Aslan.
"Iya, ini aku pelan-pelan sayang. Kamu nikmati ya..."
Fara menatap tajam Aslan.
Aslan semakin mendekat dan memberi kode pada Fara.
"Aku gak mau akting kayak gitu." bisik Fara.
"Ahh, enak sayang." Aslan justru men de sah dengan ero tis di dekat telinga Fara.
Hal itu jelas membuat tubuh Fara merinding.
"Ahh, ehmm.." Suara Aslan lagi yang semakin dia keraskan.
Fara masih saja terdiam.
"Kamu ikuti. Kamu mau Mama sama Papa cepat pulang kan? Kalau gak mau ikuti, aku lakuin beneran."
Fara mendorong kepala Aslan yang kian mendekat. Oke, dia ikuti permainan Aslan meski dia tidak tahu cara men de sah yang enak itu bagaimana.
"Ahh, ahhh." Fara akhirnya men de sah mengikuti Aslan.
Ada satu gejolak aneh yang melingkupi diri aslan saat mendengar suara sexy Fara. "Iya, seperti itu. Agak keras dikit. Ikuti aku." Aslan semakin mendekatkan dirinya di telinga Fara. ''Ah, yeah, aku cepetin ya."
Suara de sah mereka saling bersahutan semakin keras, seolah adegan itu memang benar terjadi. Setelah durasi yang pas, Aslan menyudahi drama itu.
"Sayang aku mau keluar." Aslan mengerang seolah dia benar-benar sampai di puncak kenikmatannya.
Setelah itu Fara memunggungi Aslan.
Aslan hanya menatap punggung Fara.
Sial baru simulasi suara saja rasanya udah panas banget gini. Gerutu Aslan dalam hatinya.
💞💞💞
.
Like dan komen ya... 😂😂
sayang ama papa aslan