GADIS CACAT SANG KAISAR

Seminggu ini, Kaisar sangat sibuk dengan urusan kantor yang tak berkesudahan. Sebagai orang nomor dua di perusahaan, tanggung jawabnya semakin menuntut waktunya hingga tak tersisa waktu untuk dirinya sendiri.

Kadang Kaisar rindu menggoda si bocil Sabia, tapi setiap ia pulang gadis itu selalu sudah tertidur. Setelah melihatnya di acara ulang tahun kantor, entah mengapa pikiran Kaisar mulai teracuni oleh kecantikannya. Bahkan Kaisar pangling melihat penampilan Sabia malam itu. Dia tak nampak seperti gadis berusia 19 tahun, bila bersanding dengan Patricia mungkin akan terlihat sama mempesonanya.

Tunggu, pikiran macam apa itu barusan? Sabia mempesona seperti Pat? Apa Kaisar sudah gila?? Patricia Christina si model profesional yang cantik gemulai dan seksi sepadan dengan Sabia? Ahh, yang benar saja!

"Kai, besok pagi gantikan Papa rapat dengan Mr. Tori. Besok sebelum subuh Papa dan Mama akan berangkat ke Singapore lagi."

Kaisar menoleh pada Papanya yang duduk di sebelah. "Oke, Pa. Apa pengobatan Mama belum ada hasil?"

"Dokter bilang meskipun kemungkinannya kecil tapi akan selalu ada harapan untuk sembuh."

Kaisar kembali menerawang. Setahun ini Mira divonis kanker darah stadium 2. Meskipun tidak terlahir dari rahimnya, namun Kaisar tetap bersimpati pada wanita itu. Karena itulah ia mulai mengurangi berbuat jahat padanya namun lebih sering mencari masalah dengan Hari.

Mobil sedan mahal berwarna hitam berhenti di teras. Kaisar dan Syailendra turun setelah supir membukakan pintu.

"Jangan membuat gaduh selama Papa tak ada, Boy!"

Kaisar tertawa. "Oke, Bos!" sahutnya seraya mengangkat telapak tangannya di pelipis membuat gerakan hormat.

Syailendra tersenyum dan menepuk pundak putra sulungnya dengan hangat. Ia pun berlalu dan naik ke lantas atas menuju kamarnya dan Mira.

Sambil menghembuskan napasnya lelah, Kaisar membuka pintu kamar. Ia mengangkat tangan kirinya untuk melihat arloji mahalnya. Jam 00.15. Sambil membuka suit hitamnya, Kaisar melirik ranjang untuk melihat Sabia.

"Baru pulang?"

Kaisar tersentak dan reflek menoleh ke kursi sofa di pojok ruangan. Sabia sedang duduk di sana dengan tangan terlipat di dada.

"Kok kamu belum tidur? Sudah malam loh ini!" sungut Kaisar masih belum bisa mengatur detak jantungnya yang menggaduh karena terkejut.

Bia tak menyahut, ia memang sudah menantikan kedatangan Kaisar sejak tadi.

Merasa ada yang aneh dengan sikap Sabia, akhirnya Kaisar mendekat ke sofa dan duduk tak jauh darinya.

"Ada apa? Tumben banget kamu duduk sendiri di sini kaya hantu gentayangan!" Kaisar melirik Sabia yang duduk tenang tanpa ekspresi, tapi tunggu, matanya sembab?

"Apa arti pernikahan ini untukmu, Kai? Apakah hanya untuk main-main?"

"Hah? A-apa?" tukas Kaisar bingung. Pertanyaan tentang perasaan yang tiba-tiba seperti ini membuat respon otaknya melambat.

"Apakah kamu menikah denganku hanya untuk main-main?"

Kaisar mengernyit heran. "Kamu kesambet setan apa sih?"

"Jawab, Kai!!"

"Aku lelah, Bia. Tidak bisakah kita membahas hal ini besok saja?"

"Aku mau jawaban sekarang! Aku nggak mau ditunda lagi!"

"Kamu kenapa sih tiba-tiba jadi begini? Pasti Hari sudah mempengaruhi kamu dan ngomong yang tidak-tidak tentangku!"

Sabia menghela napas dan menghembuskannya cepat. "Jangan bawa-bawa Hari. Dia nggak ada sangkut pautnya dengan masalah kita!"

"Masalah apa sih, Bia? Aku tidak merasa sedang bermasalah dengan kamu! Kamu sendiri yang cari-cari masalah!"

"Aku hanya butuh jawaban kamu. Apa susahnya sih?"

Kaisar menggeram marah, ia mengusap wajahnya dengan frustasi. "Kamu mau tahu yang sejujurnya aku rasakan, huh? Kamu sudah siap mendengarkan?"

"Katakan saja, Kai. Ungkapkan semua isi hati kamu malam ini."

"Oke! Aku akan katakan dengan jelas malam ini juga. Aku harap kamu tidak menyesal sudah memaksaku berkata jujur!"

"Katakan, Kai! Katakan!!" Sabia mulai menjerit frustasi, bahkan sebelum Kaisar mengatakan yang sejujurnya, hatinya sudah lebih dulu merasakan perih.

"Pernikahan ini bulshit! Menikahimu adalah bencana terbesar dalam hidupku, Bia!!" keluh Kaisar murka. "Aku tidak tahu kamu sudah mendengar hal ini atau belum. Tapi jauh sebelum menikah denganmu, aku sudah memiliki kekasih yang levelnya jauh berada di atasmu. Dia seorang artis, seorang supermodel, tapi ternyata takdir malah memilihkan gadis bocil sepertimu untuk menjadi istriku!!"

Air mata Sabia menetes lagi untuk kesekian kali di hari ini. Seolah ia memiliki stok sumur air mata yang tak pernah mengering, ia terus saja menetes deras setiap kali memikirkan Kaisar. Padahal sejak awal ia tahu, pernikahan mereka terjadi karena kesepakatan damai. Harusnya tidak perlu sesakit ini mengetahui Kaisar telah memiliki kekasih dan sangat mencintai wanita itu.

"Puas kamu sekarang, huh?! Puas kamu sudah membuat hariku semakin buruk dengan pertanyaan bodohmu ini!?"

"Kalo begitu mari kita bercerai. Tidak ada lagi yang perlu dipertahankan, Kai. Aku pun sudah lelah denganmu! Kita batalkan saja perjanjian itu."

Deg. Kaisar meraba dadanya yang seolah berhenti berdetak mendengar Sabia mengatakan kalimat barusan. Ia menatap lekat wajah Sabia yang basah oleh air mata, tatapan kosong itu memberi sedikit nyeri di dada Kaisar Mahaputra.

"Kita akan bercerai setelah kamu bisa melihat lagi! Setelah itu kita impas."

"Aku mau bercerai sekarang, Kai!"

"Terserah! Lakukan saja sesukamu." Kaisar bangkit dari sofa. "Kamu membuat hariku semakin buruk! Aku heran mengapa aku harus terjebak dengan gadis sepertimu, Bia!"

"Kamu pikir aku juga suka berinteraksi dengan laki-laki tua sepertimu, huh?!"

Kaisar menoleh pada Bia, ia menggeram dan mengepalkan tangannya penuh amarah. Bila bukan berhadapan dengan wanita, sudah pasti bogem mentah akan melayang di rahangnya. Namun Kaisar tidak sejahat itu, ia masih sanggup menahan diri untuk tidak terbawa emosi menghadapi bocil macam Sabia.

"Aku tidur di luar! Kamu tidurlah sendiri!" Kaisar berjalan ke pintu dengan langkah lebar.

"Pergi sana! Awas aja kalo kamu masuk ke dalam kamar ini lagi!!"

Brak!

**********************

Hmmm, mulai memasuki konflik utama nih, Bestie! Hayuklah, banyakin like dan jempolnya biar author semakin semangat mengkhayal buat kalian ❤️