NovelToon NovelToon
My Genius Twins Baby And CEO

My Genius Twins Baby And CEO

Status: tamat
Genre:Tamat / cintamanis / patahhati / Balas Dendam / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:39.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: Lunoxs

Haura, seorang gadis pengantar bunga yang harus kehilangan kesuciannya dalam sebuah pesta dansa bertopeng. Saat terbangun Haura tak menemukan siapapun selain dirinya sendiri, pria itu hanya meninggalkan sebuah kancing bertahtakan berlian, dengan aksen huruf A di dalam kancing itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MGTB And CEO BAB 4 - Anak Genius, Azzam

5 tahun kemudian.

Azzam berlari menyusuri pinggiran sawah dengan menggandeng Azzura di belakang tubuhnya. Dua kakak beradik yang terpaut usia 5 menit ini sedang mengejar seekor belalang yang akan menjadi santapan burung peliharaan mereka di rumah.

"Abang, pelan-pelan," keluh Azzura sambil terus berlari mencoba mengimbangi sang kakak.

Tak langsung menjawab, Azzam malah menghentikan langkahnya dan belalang itu hilang entah kemana.

Ini bukan yang pertama kalinya Azzura mengeluh, sedari tadi adik kecilnya ini selalu saja menggerutu dan mengeluh.

"Loh Bang, kok malah berhenti, tuh kan belalangnya hilang, nanti Buti makan apa?" gerutu Azzura lagi dan lagi, Buti adalah nama burung peliharaan mereka, Burung puTih.

"Ading tunggu disini saja, biar Abang yang kejar itu belalang," titah Azzam lalu hendak melepaskan genggaman keduanya.

Tapi Azzura malah mencebik dan tidak mau melepas genggaman tangan itu.

"Nggak mau, kata ibu kita mainnya harus sama-sama, Abang mau tinggalin Zura kan?" Selidik Azzura dengan tatapan tajam.

Azzam menghembuskan napasnya, ia memang tidak pernah bisa menang jika berdebat dengan sang adik.

"Ya sudah ayo, tapi larinya yang cepat," ucap Azzam dan senyum Azzura langsung terbit mengembang.

Keduanya kembali asik berburu belalang dengan tangan saling menggandeng.

Sementara sang ibu, Haura sedang buruh menanam padi. Sejak 2 tahun lalu, Aminah sudah tidak sanggup bekerja, jadilah Haura yang jadi tulang punggung keluarga mereka.

Saat matahari terbit, Haura mulai mengais rejeki. Jika ada pekerjaan di kebun atau sawah dia akan selalu ikut. Jika tidak sedang musim tanam dan panen, dia akan buruh cuci pakaian dan setrika, bahkan Haura pun menerima jika disuruh mengasuh anak.

Saat matahari tenggelam, Haura masih belum berhenti, malam ia jadi guru mengaji.

Semua ia kerjakan, untuk menabung guna masa depan kedua anaknya. Meski hidup miskin, namun Haura tetap menginginkan anaknya memiliki kehidupan yang layak, bahkan bisa memiliki pendidikan setinggi mungkin.

"Azzam, Azzura!" panggil Haura pada kedua anaknya, seketika dua bocah kecil itu berhenti berlari dan putar balik menghampiri sang ibu yang sudah menepi dari tengah-tengah sawah.

"Sudah dapat belum belalangnya?" tanya Haura, ia melihat Azzam membawa botol kecil penuh dengan belalang berwarna hijau.

"Sudah Bu," jawab Azzura antusias.

"Ya sudah, sekarang kalian pulang, kasih makan Buti dan temani nenek Inah, ya?" titah Haura dan kedua anaknya mengangguk.

Mereka kembali berpisah, Haura kembali berkutat dengan pekerjaannya sedangkan Azzam dan Azzura pulang ke rumah.

Disepanjang perjalanan pulang, Azzura terus menyanyi sedangkan Azzam menggeleng-gelengkan kepalanya, menikmati suara sang adik yang begitu merdu.

"Azzam!" teriak seseorang, dan Azzam langsung menoleh ke sumber suara.

"Bang Labih, Abang Nanjan," sapa Azzam saat kedua anak remaja itu menghampiri dirinya.

"Ada apa Bang?" tanya Azzam lagi memastikan, meski usianya baru menginjak umur 5 tahun, tapi Azzam begitu dewasa dan mandiri, dia juga berani dan selalu melindungi sang adik.

"Ayo bantu abang lagi, akhir-akhir ini abang punya banyak PR," jawab Labih, ia berjongkok untuk mensejajarkan diri dengan Azzam dan Azzura, dua anak kecil kampung ini yang begitu menggemaskan dan pintar.

Saking pintarnya, Azzam bisa mengerjakan soal matematika untuk anak SMA, sementara ia sendiri belum bersekolah. Namun membaca, mengingat dan memahami, Azzam begitu pandai.

"Tapi Azzam mau kasih makan Buti dulu Bang, nek Inah juga sendirian di rumah," terang Azzam apa adanya dan Azzura mengangguk setuju.

"Ya sudah, nanti malam saja ya, di masjid habis shalat magrib," jawab Nanjan yang menengahi kesepakatan mereka.

"Iya Bang," jawab Azzam setuju.

"Ini, belilah makanan untuk nek Inah dan jajan kalian." Labih memberikan uang dua puluh ribu rupiah pada Azzam.

Awalnya Azzam menolak, karena ia belum mengerjakan PR itu. Tapi Labih memaksa, lagipula ini bukan kesepakatan pertama mereka. Labih begitu tahu kepintaran Azzam. Ia yakin tugasnya akan selesai dengan benar.

"Terima kasih ya Bang," jawab Azzam ketika uang itu sudah berada di genggaman tangannya.

Labih dan Nanjan mengangguk, lalu mencubit pelan pipi Azzura yang terlihat gembul.

Dua kakak beradik ini lalu melanjutkan langkahnya untuk pulang ke rumah.

"Ading, ingat ya, jangan kasih tahu ibu dan nenek kalau Abang bantu kerjakan PR punya abang Labih dan abang Nanjan," Azzam kembali mengingatkan saat mereka berdua sudah sampai di teras rumah.

Azzam sudah membawa sekantong plastik berisi makanan, beli dengan uang dua puluh ribu tadi.

"Iya Bang, Zurra ngerti kok. Zurra kan Ading yang paling penurut," jawab Azzura dengan bangganya.

Tanpa si sadari oleh keduanya, Aminah mengintip kedua anak ini dan mendengar semua pembicaraan mereka.

Sudah sejak lama, Aminah menaruh curiga pada Azzam dan Azzura. Kedua anak kecil ini selalu saja pulang membawa makanan dan kadang juga uang.

Alasan Azzam, katanya ini dikasih Labih dan Nanjan karena merasa kasihan dengan Azzura. Di jalan tadi Azzura menangis. Selalu itu saja alasan yang Azzam berikan.

Tapi hal itu berlangsung terus menerus, hingga Aminah jadi menaruh curiga. Diam-diam, ia menyelidiki sendiri apa yang dilakukan kedua cucunya.

Aminah begitu terkejut, ketika mengetahui ternyata Azzam sepintar itu, tumbuh menjadi anak yang genius. Di usianya yang baru 5 tahun, Azzam sudah fasih membaca, bahkan mengerjakan tugas sekolah anak SMA, Labih dan Nanjan.

Dari mengerjakan soal-soal itulah, Azzam diberi upah berupa uang dua puluh ribu rupiah.

Aminah begitu bangga, Haura bisa memiliki anak sehebat Azzam. Namun hingga kini, Aminah pun masih merahasiakan perihal ini dari Haura.

Aminah masih ingin tahu banyak hal tentang Azzam dan Azzura. Kenapa kedua anak ini pun membohongi ibunya.

"Assalamualaikum, Nek," panggil Azzam, mendengar ketukan pintu dan salam itu pun Aminah berpura-pura tidak mendengar. Meski kini ia sedang berada di belakang pintu, namun ia tidak langsung membukanya, memberi waktu agar lebih lama.

"Asslamualaikum," ucap Azzura pula dan pintu itu langsung terbuka.

Mereka semua masuk dan Azzam langsung memberikan kantong plastik bawaannya pada Aminah.

"Abang Labih yang kasih Zam?" tanya Aminah pura-pura tidak tahu.

"Iya Nek," jawab Azzam dengan cengir kuda, lalu pamit dan menarik Azzura untuk memberi makan burung peliharaan mereka.

Buti, adalah pelarian Azzam untuk menghindari banyak pertanyaan.

1
🦋🦋 Lore Cia 🦋🦋
Luar biasa
🦋🦋 Lore Cia 🦋🦋
stress 🤣
🦋🦋 Lore Cia 🦋🦋
jus doang😭🤣🤣
Mommy El
pertemuan yang mengezutkan ( baca mengharukan). untung saja gak ke duluan si Monica.
Mareew
Luar biasa
Sri Lestari
Buruk
nurasyifah jennifer jelap
Luar biasa
nurasyifah jennifer jelap
Lumayan
Lastri82 Las3
Luar biasa
Wan Diu Diu
Kecewa
Wan Diu Diu
Buruk
Arik Retno
Lumayan
🦋🦋 Lore Cia 🦋🦋
duren sawit, makin berseri seri tuh muka ye🤣
🦋🦋 Lore Cia 🦋🦋
😭🤣🤣
🦋🦋 Lore Cia 🦋🦋
🤣
Miss Yeye
Luar biasa
Hera Ranhy
keren
Dede Fitri
Luar biasa
░▒▓█►─═HeSideMySelf ═─◄█▓▒░
Shakir kyknya bernasib " Sadman" deh/Facepalm//Facepalm/kayaknya bakal ketikung kris
Ratna Silondae
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!