Warning!!!!!!!!
ini adalah novel yang sangat menguras emosi bagi yang tahan silahkan di lanjut kalau yang tidak yah, di skip aja
kalo mental baja sih aku yakin dia baca!!
Tak bisa memberikan anak adalah sesuatu yang sangat menyakitkan bagi seorang wanita. Hal itu bisa meruntuhkan hubungan baik yang sudah tertata rapi dalam sebuah ikatan pernikahan. Dia adalah Rika, wanita yang berhayal setinggi langit namun yang di dapatkannya tak sesuai ekspektasi.
Dirinya mandul? entahlah, selama ini Rika merasa baik-baik saja. lalu kenapa sampai sekarang ini iya masih belum punya anak?
Mungkin ada yang salah.
Yukk!! ikuti kisahnya dalam menemukan kebenaran.
Kebenaran harus diketahui bukan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrena Rhafani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25
"Kenapa kamu liatin mama seperti itu? Kamu fikir, Mama yang nyembunyiin rika?"protes Bu Diana. Tatapan mengintimidasi iya rasakan betul dari anaknya.
"Bukan gitu Mah. Tadi pagi kan, Dion suruh mama jagain rika di rumah sakit. Sekarang rika gak ada, dan Mama juga gak tau dia dimana."
"Ahhh sudahlah!! kalau memang kamu nyalahin mama, lebih baik mama pergi dari sini."pungkas Bu Diana lalu masuk ke dalam kamarnya. Iya tak terima jika Dion menyalahkan dirinya.
****
Di rumah keluarga Huda, semuanya tampak sedang sarapan bersama. Sedatangnya semalam, Rika dan Reyhan memutuskan untuk menginap. Karena sudah larut, Bu Rossa dan tuan Huda tentu saja tak tega jika menyuruh Reyhan untuk pulang. Meskipun kurang pantas, tapi ini semua sebagai bentuk terimakasihnya karena Reyhan telah mengantar Rika ke rumah mereka.
Senyum bahagia menghiasi wajah Bu Rossa dan suaminya. Mengingat momen ini, sudah lama tak terjadi. Mereka tentu saja kangen akan hal itu. Meskipun bukan Dion yang duduk di samping Rika, namun itu tak apa. Mereka tetap bisa merasakan indahnya keluarga bahagia yang seutuhnya.
"Mah, bisakah rika tinggal beberapa hari lagi di sini." Selanya di tengah-tengah makan mereka.
Iya tampak tak mau pulang dan kembali ke rumahnya. Siapa juga yang betah jika punya suami semacam itu?
Bu Rossa memudarkan senyumnya.
Pandangannya kini mengarah ke pada putri yang sangat iya sayangi.
"Apa yang kau pikirkan, ini rumahmu. Kau yang akan memiliki ini suatu saat nanti."
Tuan Huda juga tampak memandangi anak semata wayangnya. Iya sangat senang melihat anaknya berada di sini sekarang. Ingin rasanya iya mengungkap isi hatinya.
Tapi, karena sandiwara yang belum juga iya sudahi, membuat iya menahannya.
"Iya mah, Rika paham." Cakapnya lalu melanjutkan suapan.
"Tuan Reyhan. Silahkan tamba lauknya. Maaf, ini tak seenak yang sering anda rasakan."ujar Bu Rossa.
Reyhan tersenyum lalu berkata.
"Ini lebih dari cukup Nyonya."
Tuan Huda sedikit membelalakkan matanya. Iya tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Baru kali ini iya melihat tuan Reyhan yang terkenal dingin dan angkuh itu menampakkan senyum di wajahnya.
"Tuan Huda juga sebaiknya makan. Ini semua demi kesembuhan anda." Kata Reyhan
menyadari bahwa sedari tadi iya diperhatikan oleh sang pemilik rumah.
"Itu benar, papa harus makan. Aku gak mau papa begini terus."tambah Rika dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Rasa tak tega menyelimuti hatinya. Iya sudah tidak sanggup melihat ayahnya yang terus duduk di kursi roda tersebut.
"Hufff!! Ternyata pria ini waspada juga." Batin tuan Huda lalu menerima suapan istrinya, Bu Rossa.
"Tukkkk!! Tukkk!! Tukkkk!!" Terdengar suara ketukan pintu dari luar rumah.
Mereka yang sedang menikmati enaknya sarapan pagi itu, langsung menghentikan makannya. Segera Bu Rossa bangkit kemudian berjalan ke arah pintu depan rumahnya.
"Siapa yang datang pagi-pagi begini?"batinya bertanya-tanya.
"Tukkkk!! Tuukkk!! Tuukkk!!" Seseorang itu kembali mengetuk pintu. Siapa sebenarnya yang berada di luar sana? Dari cara mengetuknya, seperti orang yang tak sabaran.
Bu Rossa, memutar kenop pintu dan melihat siapa yang datang.
"Dionnnn!!"kejutnya. Menantunya kini berdiri tepat di hadapannya bersama besannya, Bu Diana.
Melihat pemilik rumah berdiri tepat di hadapannya, Dion langsung melontarkan perkataan tak mengenakkan padanya.
"Aku yakin, mama kan yang menculik Rika dan membawanya ke sini."tuduh Dion. Iya yakin bahwa, istri yang dicarinya itu berada di dalam rumah ibu mertuanya.
"Siapa Mah?"tanya Rika yang tiba-tiba menyusul. Iya juga kini sudah berdiri tepat di depan suaminya.
"Mas Dion!! Apa yang kau lakukan di sini?"
Dion tersenyum dengan sinisnya.
"Benar kan Mah, Mama yang sudah menculik istriku. Beruntunglah, karena aku tak melapor ke polisi."
Bu Rossa dan Rika tertegun mendengar perkataan Dion barusan. Apa dia tak salah dengan ucapannya?
"Omong kosong apa yang Mas katakan?" Hardik Rika. Iya tentu saja tak terima dengan tuduhan itu.
"Saya tidak pernah menculik Rika!"jelas Bu Rossa. Mana mungkin iya menculik anaknya sendiri.
Dengan sigap, Dion menarik tangan Rika dan mencengkramnya kuat. Iya akan membawa istrinya itu pulang secara paksa.
"Ahhh!! Sakit Mas! Sakit!"
"Tanganku sakit Mas!! Kau menyakitiku!!" Jerit Rika. Iya terus meronta-ronta agar Dion melepaskan dirinya.
"Dion!! Apa yang kau lakukan? Istrimu kesakitan." Henti Bu Rossa. Iya tak tega melihat anaknya diperlukan seperti itu.
"Lepaskan Rika, Dion!! Kau terlalu kasar padanya."tambahnya.
"Cukup Mah!! dia itu istriku!! Mama gak punya hak untuk ngelarang aku!"sentak Dion.
Iya menatap tajam ke arah ibu mertuanya.
Dengan sekuat tenaga, Rika melepas genggaman kasar suaminya.
Suara lantangnya pun keluar. Iya bersikap seolah siap melawan Dion yang sudah membara seperti api.
"Kamu yang cukup, Mas!!"
"Kasar sekali cara bicaramu. Dia itu mamaku!"
"Iya!! dia memang Mamamu, ibu yang melahirkanmu. Rika!! ingat yah, Dion adalah suamimu. Dia punyak hak penuh untuk melakukan apa saja terhadapmu!!"sela Bu Diana melawan perkataan menantunya.
Iya membuka mulut tentu saja untuk membela putra tersayangnya.
"Mama sebaiknya diam!!!" Bentak balik Rika pada ibu mertuanya.
" Apa mama gak capek, setiap ada perdebatan antara aku dan Mas Dion, mulut mama pasti ikut nyosor seakan paling tau apa permasalahannya."
Bu Diana diam tak bergeming mendengar penuturan menantunya. Rika memang tidak berkata salah. Selama ini ibu mertuanya memang selalu ikut campur apapun itu.
Dion menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya dengan kasar.
Iya kembali meraih tangan istrinya untuk segera membawanya pulang.
"Rik, ayo pulang. Setelahnya, kita akan pergi berbelanja."
"Lepas, Mas!! Aku gak mau pulang."tepisnya. Untuk sementara Rika tidak bakalan mau ikut bersama suaminya.
Amarah Dion kembali meluap. Iya sudah minta baik-baik namun istrinya itu tetap menolaknya.
"Rika!! Kamu jangan besar kepala yah!! Kamu fikir, pria mana yang mau mempertahankan wanita Mandul seperti kamu."
"Plakkkkk!!!" Tamparan ganas dilayangkan Rika ke arah wajah sang suami. Sesuatu yang menyakitkan Kembali di lontarkan Dion untuk Rika. Ini sangat perih dan sangat pedih. Air mata saja tak cukup untuk menggambarkannya.
Bu Diana terkejut melihat kemurkaan menantunya. Amarah wanita yang masih muda itu bagaikan semburan api yang bergelora.
"Mas!!!!!"
"Aku gak MANDULLL!! Apa kau dengar!! Kamu yang Mandul!!! bukan aku!!!"
"Plakkkkk!!!"tamparan garang juga dilemparkan Dion ke arah istrinya.
Sayangnya, pukulan itu berhasil dicegah oleh Bu Rossa.
Iya mengorbankan wajahnya untuk putrinya.
Bu Rossa terkapar di lantai akibat pukulan yang diterimanya. Keningnya sempat membentur pintu hingga sedikit mengeluarkan tinta merah. Oh astaga, kapan tenaga perempuan lebih kuat dari laki-laki. Semua wanita menginginkan hal itu. Agar para pria tak lagi semena-mena terhadap kau wanita yang lemah dan tak berdaya.
"Mamah!!!"teriak Rika panik. Segera iya menolong wanita yang melahirkannya itu.
Dion panik melihat hasil perbuatannya. Sekarang iya bingung harus apa. Sesuatu yang besar baru saja iya lakukan.
............. like and vote.........
skip lah.. bosan