Dinda, 24 tahun, baru saja mengalami patah hati karena gagal menikah. Kehadiran seorang murid yang bernama Chika, sedikit menguras pikirannya hingga dia bertemu dengan Papa Chika yang ternyata adalah seorang duda yang tidak percaya akan cinta, karena kepahitan kisah masa lalunya.
Akankah cinta hadir di antara dua hati yang pernah kecewa karena cinta? Mampukah Chika memberikan seorang pendamping untuk Papanya yang sangat dia sayangi itu?
Bila hujan tak mampu menghanyutkan cinta, bisakah derasnya menyampaikan rasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi tan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Pesta Itu
Siang itu selesai mengajar, Dinda cepat-cepat membereskan meja kerjanya.
Sore ini dia akan bersiap-siap datang ke pesta ulang tahun Alena, anak dari temannya, Fitri.
Sebenarnya Dinda enggan sekali untuk datang, apalagi dia datang seorang diri, dia takut akan bertemu lagi dengan Ken, secara Ken itu masih saudara dari suaminya Fitri.
Namun dia sudah terlanjur berjanji akan datang ke pesta ulang tahun itu. Lagi pula kadonya juga sudah dibelikan oleh Dio kemarin, jadi mau tidak mau, Dinda harus datang.
"Bu Dinda kok buru-buru? Tumben, mau ke mana nih?" tanya Bu Dita.
"Kebetulan nanti sore aku ada janji dengan teman, anaknya berulang tahun, Jadi aku mau cepat-cepat pulang untuk mempersiapkan diri!" jawab Dinda sambil mengambil tasnya kemudian beranjak akan segera keluar dari ruangan guru itu.
Sekolah sudah nampak sepi, murid-murid banyak yang sudah pulang ke tempatnya masing-masing.
Dinda berjalan menyusuri koridor sekolah, menuruni tangga dan berjalan ke arah lobby.
Motor Dinda masih ada di parkiran Mall, Dinda bermaksud untuk ke mall dengan naik angkutan umum, untuk mengambil motornya itu.
Drrrt ... Drrt ... Drrrt
tiba-tiba ponsel Dinda bergetar, Dinda langsung mengambil ponselnya itu dari saku bajunya. Dinda tanpa sengaja tersenyum, saat melihat siapa orang yang meneleponnya.
"Halo!"
"Halo, Selamat siang Bu Dinda! Nanti sore Bisakah kau ikut bersama aku dan Chika ke pesta ulang tahun anak temanku?" tanya Dio, yang menelepon Dinda itu.
"Pesta ulang tahun? Kebetulan sore ini saya juga akan ke pesta ulang tahun anak teman saya, Kok waktunya bisa sama ya?" sahut Dinda.
"Wah Kebetulan sekali! kalau begitu aku akan mengantarmu ke pesta ulang tahun anak temanmu, setelah itu baru kita pergi ke pesta ulang tahun anak teman aku, tidak apa-apa terlambat sedikit, karena aku sudah sangat dekat dengan temanku ini!" Kata Dio.
Dinda nampak berpikir sejenak, idenya Dio boleh juga, paling tidak dia tidak datang sendirian ke rumah Fitri, Kalaupun dia bertemu lagi dengan Ken, paling tidak akan ada Dio dan Chika yang menemaninya.
"Baiklah Pak, kalau begitu di mana kita akan janjian?" tanya Dinda.
"Kau tak perlu kemana-mana, nanti aku dan Chika yang akan menjemputmu ke tempat kosanmu!" jawab Dio.
"Jam berapa?" tanya Dinda.
"Jam 3 sore, cukup kan waktu nya?"
"Oke, saya tunggu Bapak di jam tersebut!" jawab Dinda sebelum menutup panggilan teleponnya.
Dinda menarik nafas lega karena sebenarnya dia tidak ingin pergi ke pesta itu bersama dengan Dio dan Chika.
Tapi karena di pesta itu sudah pasti akan ada Ken, Dinda terpaksa harus memenuhi permintaan Dio untuk datang ke pesta ulang tahun itu bersama-sama, persetan dengan gosip yang akan mereka terima nanti.
****
Sore itu Dinda sudah bersiap-siap menunggu kedatangan Dio, Dinda memakai gaun berwarna biru muda, dengan sedikit polesan di wajahnya, entah kenapa jantung Dinda terasa berdebar sedari tadi.
"Kau mau ke mana Dinda? Cantik sekali anak ibu!" tanya Bu Lilis.
"Ke pesta ulang tahun anak teman Bu!" jawab Dinda.
"Kau datang dengan siapa?" tanya Bu Lilis lagi.
Dinda diam saja tidak menjawab pertanyaan Ibunya itu.
"Pasti dengan laki-laki yang waktu itu ya?!" tebak Bu Lilis. Dinda menganggukan kepalanya.
"Boleh kan Bu?" Dinda menatap wajah ibunya.
"Tentu saja boleh Nak, Kelihatannya dia laki-laki yang baik dan sopan, tapi kau juga harus hati-hati, jangan pulang malam-malam!" kata Bu Lilis.
"Baik Bu, trimakasih!" ucap Dinda sambil memeluk Ibunya itu.
Tok ... Tok ... Tok
Pintu kamar Dinda di ketuk dari luar, Dinda langsung membukakan pintu kamarnya itu.
Dio sudah berdiri di depan kamar itu sambil menuntun Chika.
Dio memakai kemeja berwarna biru muda, dengan celana jeans warna biru tua, semakin menambah ketampanan wajahnya.
Dinda terkesiap, tidak menyangka warna pakaian mereka sama dan senada.
"Ciyeeee, Papa couple sama Bu Dinda nih yee!!" ledek Chika sambil bertepuk tangan.
Wajah Dinda memerah menahan malu.
Kalau tau begini, Dinda akan memakai gaun warna lain saja, sesalnya.
"Selamat sore Ibu, ini ada sedikit makanan untuk ibu, hanya kue-kue!" ucap Dio sambil menyodorkan satu kotak kue ke arah Bu Lilis.
"Eh terima kasih Nak, ini bukan sogokan kan? Pokoknya sebelum Jam 9 malam, kalian sudah harus sampai di rumah!" kata Bu Lilis memperingatkan.
"Hai Nenek! Jangan galak-galak ya sama Papa! Nanti Papa jadi takut deh deketin Bu Dinda!" celetuk Chika.
"Hush Chika!" sergah Dinda malu.
"Ibu jangan khawatir, aku akan mengantarkan anak ibu tepat di depan kamar ini, sebelum jam 9 malam nanti!" janji Dio.
"Bagus! Sekarang kalian boleh pergi, hati-hati ya!" kata Bu Lilis yang kemudian langsung menutup pintu kamar itu.
Mereka kemudian mulai berangkat ke tempat tujuan, lagi-lagi Chika ingin duduk di jok tengah, sehingga mau tidak mau Dinda kembali duduk di jok depan di samping Dio.
"Sekarang katakan di mana alamat anak temanmu yang berulang tahun itu?" tanya Dio.
"Di jalan raya merdeka nomor 1, rumah yang paling besar yang ada di jalan itu, yang letaknya tidak terlalu jauh dari gerbang utama!" jawab Dinda.
Dio terkejut dan langsung menghentikan laju kendaraannya itu.
"Rumah Dokter Dicky??" tanya Dio terkesiap.
"Iya, rumah Dokter Dicky, Dokter Dicky adalah Ayah dari anak yang akan berulang tahun ini!" jawab Dinda.
"Ya Tuhan! itu juga adalah tempat yang akan kami tuju! Kenapa kita memiliki tujuan yang sama? Apa ini yang dinamakan jodoh?" seru Dio takjub.
"Jadi, Pak Dio dan Chika juga diundang ke ulang tahun anaknya Dokter Dicky?" tanya Dinda.
"Iya, dokter Dicky itu adalah teman lamaku! Anakku juga langganan dengan dokter Dicky kalau sakit! Kalau sama Dokter lain dia tidak mau!" sahut Dio.
"Bu Dinda juga kenal dengan Om Dokter Dicky?" tanya Chika. Dinda menganggukan kepalanya.
"Bagaimana bisa kenal?" lanjut Dio.
"Dokter Dicky itu adalah sepupu dari Ken, laki-laki yang kemarin itu, yang sudah mempermalukan aku dengan membatalkan pernikahan kami!" ucap Dinda.
"Tidak disangka, Dokter Dicky yang begitu baik dan digandrungi banyak orang, memiliki sepupu yang bejat dan brengsek seperti itu!" gumam Dio.
Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai Dio sudah masuk di pelataran rumah mewah milik dokter Dicky, suasana pesta sudah terlihat dan alunan musik sudah terdengar ditelinga mereka.
Bersambung ...
****