Baru sebulan terikat oleh tali kasih pertunangan dengan pria yang selalu Ayasha panggil Om Rafael, pupus seketika di saat tunangannya berbagi peluh dengan wanita lain. Hancur berkeping-keping hati Ayasha, kecewa dengan pria yang masih saudaranya, ternyata Om Rafael sudah menjalin hubungan spesial dengan sekretarisnya, Delia.
"Aku cinta dan benci dirimu, Om Rafael. I will FORGETTING YOU forever!" teriak Ayasha menahan gejolak emosinya.
"Begitu susahnya aku untuk meminta maaf padamu, Ayasha!" gumam Rafael menatap kepergian Ayasha.
Melupakan segalanya termasuk melupakan Om Rafael menjadi pilihan akhir Ayasha yang baru saja lulus SMU, disaat hatinya hancur gadis itu memilih pindah ke luar kota, dan menyelesaikan pendidikannya ke jenjang S1.
5 tahun Ayasha melupakan mantan tunangannya. Mungkinkah Allah mempertemukan mereka kembali? Jika di pertemukan kembali apa yang di rasakan oleh Om Rafael? Masihkah ada rasa di hati Ayasha untuk Om Rafael atau sudah ada pengganti Om Rafael?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Haruskah bertemu setiap hari?
Hotel Inna Garuda
Malam ini, malam yang panjang buat Rafael ... ditemani secangkir kopi yang baru dibuatnya sendiri, pria itu mendudukkan dirinya di sofa, kemudian membuka galeri foto yang ada di ponselnya, ditatapnya foto dia dengan Ayasha saat acara tunangan mereka berdua, dan tak lama pria itu memejamkan matanya sejenak, pikirannya kembali menerawang saat pertemuan terakhir kalinya dengan Ayasha, lima tahun yang lalu.
Hanya hatimu yang tahu apa yang ada dibenakmu, begitu juga dengan hatiku sendiri. Jalan hidup kita sudah berpisah jauh entah ke mana selama 5 tahun.
Kamu selalu ada dalam kenangan ku bahkan setelah kamu pergi jauh dariku, aku tak mengerti kenapa susah untuk melupakanmu ... Ayasha.
Benarkah kamu telah melupakan semua kenangan kita.
Semua kebahagiaan hidupku berlalu perlahan-lahan ketika aku mengakhiri hubungan kita, kupikir aku akan bahagia dengan pilihanku, namun yang ku dapat hanya kesedihan hati yang tidak mau pergi dariku, Ayasha.
Selama ini aku berusaha untuk tertawa terlihat bahagia semenjak kamu pergi, tapi hati ini justru tak tenang.
Tak terasa ujung ekor Rafael meneteskan buliran bening satu persatu.
Apakah ini air mata atau bara api. Tidak! Rasanya ini seperti percikan api yang mengalir dari mataku ...
Kita bertemu kembali, namun seperti ada jarak di antara kita ...
Rafael mengusap pipi, dan menekan perasaannya yang semakin tak tenang, kemudian menghela napas panjang. Wajah Ayasha masih melekat di ingatnya.
Bodoh dirimu Rafael! ... rutuk batin Rafael sendiri.
...----------------...
Esok Hari ...
Rumah Ayasha
Ayasha sengaja bangun pagi-pagi karena gantian tugasnya masak buat sarapan, tapi ternyata Amelia juga turut bangun pagi.
“Gue ingetin ya Aya, mending lo jangan terlalu sering berinteraksi sama om Rafael, walau gue tau dia pemilik hotelnya. Dan lo masih ingat kan pernah dibilang pelakor sama Delia!” celetuk Amel yang tiba-tiba saja masuk ke dapur.
Ayasha yang sedang menumis bumbu nasi goreng, tiba-tiba tangan yang memegang spatula berhenti mengaduk, pikirannya tiba-tiba menerawang ke masa lalu, sungguh sangat menyakitkan hatinya!
“Lo masih ingat kan?”
“Iya, gue ingat Mel,” jawab Ayasha pelan, kembali melanjutkan masak nasi goreng nya.
Benar saja kepingan masa lalu yang sudah Ayasha lupakan, kini runtun kembali hadir di isi kepalanya. Percuma saja dia sudah berjuang menghapus luka lamanya. Sebenarnya dia juga tidak ingin bertemu kembali dengan Rafael, mungkin suatu saat gadis itu akan mengambil keputusan kembali.
“Gue juga berharap gak sering ketemu sama om Rafael, lagi pula biasanya owner hotel itu gak akan stay di hotel. Kayak owner sebelumnya, paling datang setahun dua kali, selebihnya ya koordinasi jarak jauh.”
“Ya semoga aja begitu,” celetuk Amelia, gadis itu kembali ke kamar.
Di sela-sela Ayasha menyelesaikan masak buat sarapan, Amel kembali ke dapur dengan membawa ponsel miliknya.
“Aya, mama lo telepon nih,” ujar Amel, sembari menyodorkan ponselnya. Kemudian Amel melanjutkan masak gadis itu, di saat Ayasha menjawab telepon.
“Halo, assalamualaikum Mam,” sapa Ayasha.
“Waalaikumsalam, apakabar nak? Dari kemarin siang mama hubungi kamu kok gak bisa?”
“Handphone Aya mati kena air, baru hari ini mau di service. Mama apakabarnya, sehatkan?”
“Alhamdulillah sehat, selamat ulang tahun ya nak. Mama sama papa belum sempat menjenguk kamu di sana.”
“Iya gak pa-pa Mam, yang penting doa dari mama sama papa saja, itu sudah lebih dari cukup buat Aya.”
“Bagaimana dengan pekerjaanmu, lancarkan?” tanya Mama Nia.
Sesaat Ayasha terdiam. “Alhamdulillah lancar, Mam,” jawab Ayasha agar meragukan.
Mama Nia menghela napas panjang, ada sedikit rasa cemas mendengar jawaban putrinya. “Semoga pekerjaan kamu dimudahkan dan di lancarkan ya nak, kalau begitu lanjutkan pekerjaanmu, mama mau mengurus adikmu dulu,” ucap Mama Nia.
“Iya Mam, sehat-sehat di sana ya Mam, nanti kalau ada waktu senggang ... Aya akan ke Jakarta.”
“Iya Nak.”
Mama Nia mengakhiri sambungan teleponnya, kemudian terduduk di salah satu kursi yang ada di dapur.
“Ya Allah, kenapa mereka dipertemukan kembali. Jangan buat hati anakku terluka kembali. Cukup luka yang dulu tergores di hati anakku.” Gumam Mama Nia sendiri.
Beberapa hari yang lalu, mama Rara tiba-tiba datang berkunjung ke rumah Ayasha, setelah sekian lama hubungan kedua keluarga telah renggang karena ulah Rafael. Mama Rara menyampaikan jika Rafael dan Ayasha telah bertemu kembali, serta menceritakan keadaan yang nama Rara ketahui. Kedua mama ini hanya ingin yang terbaik buat Ayasha bukan buat Rafael.
...----------------...
Hotel Inna Garuda
Para karyawan yang bertugas di pagi hari, sangat luar biasa sibuknya padahal baru jam 6 pagi tapi sang pemilik sudah memberi perintah agar menyiapkan satu ruangan untuk pria itu bekerja, jadi tidak akan menumpang kerja di ruang General Manager. Pria itu memilih ruangan yang cukup besar di lantai 2, bersebelahan di ruang divisi sales dan marketing.
Keputusan Rafael cukup mencengangkan tadi malam buat Satya, bahwasanya Bosnya akan berkantor di Yogyakarta untuk sementara waktu, dan juga meminta Satya mencari rumah mewah untuk ditempatinya, karena tidak mungkin mereka berdua tinggal di hotel dalam jangka waktu lama.
Padahal kedatangan mereka hanya untuk dua hari, sekedar bersinergi dengan pihak manajemen hotel, kemudian kembali ke Jakarta, karena perusahaan utama Rafael adanya di Jakarta.
Mau tidak mau ini menjadi pekerjaan besar buat Satya, yang mengatur jadwal kerja Bosnya.
...----------------...
Jam 08.00 wib
Ayasha yang baru saja ingin masuk ke ruang sales & marketing terlihat terhalang oleh beberapa pekerja yang keluar masuk di ruang sebelah.
“Tumben ini kok masih pagi udah terlihat sibuk?” tanya Ayasha kepada salah satu staff yang dikenalnya.
“Memangnya Mbak Ayasha gak tahu kalau ruangan ini akan jadi ruangan Pak Rafael,” balas Supri.
“HAH ... jadi ruang kerja pemilik hotel?” sumpah demi apa! Ayasha sangat terkejut!
Bukankah perusahaan Om Rafael ada di Jakarta? lagi pula kalau pekerjaan di sini bisa koordinasi dari Jakarta, seperti owner sebelumnya ... tidak harus stay di sini!
Dada Ayasha mulai kempas kempis memikirkan hal yang baru saja dia ketahui. Gadis itu memilih bergegas masuk ke dalam ruangan, dan tak ingin banyak bertanya kembali.
Ayasha yang baru masuk ke ruangan, disusullah oleh Lena yang baru saja tiba. “Wow Ayasha, ada gosip baru dengar-dengar Pak Rafael mau ngantor di sini, dan ruangannya pas banget di sebelah ruangan kita!” seru Lena, sambil mengerlingkan kedua matanya.
Baru saja Ayasha mendaratkan bokongnya di kursi kerjanya, hanya bisa mendesah kecewa. Hal itu membuat Lena menatap heran.
“Aya, kok kayaknya gak senang dengar berita tersebut?”
Ayasha memutar malas bola matanya, sembari memencet tombol CPU komputernya. “Bukannya gak senang, aku lagi pusing aja kok ... Kurang tidur semalam, gak ada sangkut pautnya dengan berita itu,” balas Ayasha terdengar malas.
“OOO ...” membulat bibir Lena, lalu duduk di kursi kerjanya sendiri.
Sementara itu, Satya asisten pribadi Rafael tiba-tiba masuk ke dalam ruang sales dan marketing.
“Permisi Mbak Ayasha diminta untuk menghadap Pak Rafael, sekarang juga,” pinta Satya.
Ayasha dan Lena sama-sama mendongak agar bisa melihat siapa yang berbicara. Ayasha sangat mengenal Satya asisten Rafael, gadis itu hanya menatap datar. “Maksud Pak Satya, saya di panggil?” tanya Ayasha sambil menunjuk dirinya sendiri.
“Iya, Pak Rafael sudah menunggu.”
Ada apa lagi ini, apakah harus setiap hari aku bertemu dengannya!
“Baik nanti saya akan segera akan menemuinya, sekarang Pak Rafael ada di mana?”
“Akan saya antar sekarang, Mbak Ayasha,” jawab Satya, tanpa memberitahukan keberadaan Rafael.
Dengan terpaksa serta tatapan curiga Lena, Ayasha yang baru saja duduk, beranjak berdiri kembali dan mengikuti langkah kaki Satya.
Ketika Ayasha dan Satya jalan beriringan, ada banyak pertanyaan dan komentar yang ingin di ucapkan oleh Ayasha, namun rasanya enggan setelah melihat aura wajah Ayasha yang begitu dingin namun sangat cantik dan anggun.
Satya dalam hatinya merutuki Bosnya yang lebih memutuskan pertunangannya dengan Ayasha, dan lebih memilih Delia yang tak seberapa kelebihannya itu, hanya pandai memikat hati Bosnya.
Sedangkan Ayasha juga ada pertanyaan untuk Satya menyangkut Rafael, tapi kayaknya itu sudah tidak perlu dipertanyakan, sama saja dia ingin tahu tentang Rafael.
Pantas saja Satya tidak mau memberitahukan keberadaan Rafael, ternyata sekarang mereka berdua sudah sampai di kamar yang di tempati oleh Rafael.
Satya memencet bel kamar.
Klek!
Pintu kamar sudah terbuka. “Silakan masuk Ayasha!” pinta Satya, sembari menahan daun pintu.
“Pak Satya duluan yang masuk, nanti saya akan ikut masuk,” balas Ayasha, agak enggan untuk masuk ke dalam kamar.
“Tapi Pak Rafael hanya ingin bertemu dengan kamu, bukan dengan saya,” mengelak Satya.
Ayasha menatap Satya dengan tatapan datarnya. “Pak Satya, tidak etis rasanya saya masuk ke kamar seorang pria, hanya berduaan. Apalagi pria itu sudah menikah, jadi sebaiknya Pak Satya turut masuk agar tidak timbul fitnah,” pinta Ayasha.
Menikah! Jadi Ayasha menyangka Si Bos sudah menikah? Wah pantas saja ...
“Baiklah ...” Satya turut masuk ke dalam kamar, baru Ayasha ikut masuk juga.
Pria yang sudah menunggu Ayasha memandang aneh ke Satya, kenapa asistennya ikutan masuk ke kamar!
“Maaf Pak Rafael, Ayasha tidak mau masuk ke dalam kalau saya tidak turut masuk ke dalam kamar,” kata Satya menjelaskan.
Tatapan Rafael langsung beralih ke Ayasha. “Satya silakan tinggalkan kami berdua!” perintah Rafael.
“Baik Pak,” jawab patuh Satya, di saat Satya berbalik badan, Ayasha pun turut berbalik badan mengikuti Satya.
bersambung ...
Kakak Readers jangan lupa tinggalkan jejaknya ya, like, komen, kembang, kopi .... plus VOTE di hari senin nya. Terima kasih sebelumnya.
ayat yg lebih sesuai.