Maha Rani Larasati rela menikah dengan Daniel Nur Indra seorang duda ber anak satu tapi jauh dari kata bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trisubarti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
Papa Gunawan membawa Sherly kerumah sakit. Walaupun hasilnya tidak berbahaya, Gunawan melakukan visum untuk melaporkan tindak pidana, penganiaan ringan ke kantor polisi.
Keesokan harinya Papa Gunawan tidak main-main. Melaporkan Daniel kasus tindak pidana tersebut kepada kepolisian. Pihak kepolisian akan mengadakan penyelidikan. Mengenai luka memar yang di alami Sherly. Jika di anggap perlu untuk melakukan penyelidikan kepolisian akan minta keterangan dokter.
*****
Di Ruko, Rani sudah mengatur letak etalase, gerobak bakso dan mie Ayam. Di bantu Bu Kokom dan Pak Edi. Bu Kokom dan Pak Edi sudah datang ketika subuh tadi.
"Bu Kokom...Pak Edi... sebaiknya istirahat dulu, kan capek baru tadi pagi sampai disini" Tutur Rani.
"Nggak apa-apa neng, bibi sama mamang mah sudah biasa kerja keras." Jawab bibi.
"Neng panggil nya bibi sama mamang aja ya..." Kata bibi sambil mengelap kaca etalase.
"Baik bi."
"Terus rencana kita mau jual apa saja neng," Tanya mang Edi.
"Sekarang kita duduk dulu mang..bi..anggap saja kali ini kita sedang mengadakan rapat" Kata Rani lalu menggelar tikar. Mereka duduk bertiga dan musyawarah.
"Bibi bisa buat baso sendiri" Tanya Rani.
"Bisa neng."
"Nah sekarang gemana, kalau bibi sama mang Edi, bagian membuat dan menjual baso, mie ayam dan juga soto."
"Siap neng! tiga macam itu sudah menjadi keahlian saya" Jawab mamang dan bibi semangat.
"Tapi-- "bibi menjeda ucapannya.
"Gini neng, maksud bibi teh, kami nggak punya modal." Sambung mamang.
"Oh itu, jangan khawatir mang...bibi...modalnya dari saya kita sistemnya bagi hasil" "Gemana?" Tanya Rani membuat kesepakatan.
"Siap neng" Jawab bibi dan mamang.
"Nah sekarang saya akan menjual nasi rames, harga murah paling 10 ribu sampai 15 ribu"
"Saya akan susun di etalase"
"Di sini kan banyak orang projek bi, mudah mudahan lancar."
"Aamiin neng" Mamang dan bibi meraup wajahnya.
"Saya juga akan menjual paket, nasi box, masakan Sunda, betawi, dan gudeg komplit."
"Saya akan promosi online bi, untuk acara tasyakuran, arisan pokoknya apa sajalah"
"Sebenarnya untuk gudeg komplit saya sudah punya langganan bi, nanti saya akan kabari mereka."
Rani saat ini akan memulai usaha dan akan menghibur dirinya sendiri.
Mang Edi dan bi Kokom menurut Rani orang yang cocok untuk di jadikan rekan.
"Nah! tugas mamang, kalau pagi ke pasar" Untuk sementara naik angkutan dulu" "Saya masih ada sisa uang modal, besok saya akan mencari motor bekas."
"Sekarang kita akan mencari orang yang membantu kita bi, kita cari dua orang yang satu buat bibi dan yang satu lagi buat saya" "Nanti kita lihat kedepannya misalkan laris baru kita tambah orang lagi."
"Lalu menurut bibi, kita cari online atau orang terdekat bi?"
"Bibi terserah neng saja, bagaimana baiknya." Kata bibi. Bibi senang sekali ia pikir hanya di suruh kerja tapi ternyata bagi hasil.
"Kalau gitu orang yang dekat saja ya bi, kalau cari yang menginap tidak ada tempat juga! buat tidur."
"Iya neng."
"Sekarang kita keatas bi, lihat lantai dua" Rani mengajak bibi dan mamang kelantai atas.
"Bibi sama mamang tidur di luar pakai kasur, walaupun tempat ini kecil, cukup kok untuk dua orang." Tutur Rani mengatur letak. "Tapi kalau saya tidur di kamar sendiri, menurut bibi bagaimana?" Rani sebenarnya nggak enak, orang tua harus tidur di lantai.
"Atuh nggak apa-apa neng, biasa juga mamang kalau di kampung tidurnya di lantai" "Kamarnya buat anak - anak." Tutur Mamang
Rani sudah semangat memulai bisnis kuliner, catering bervariasi menu. Langkah ini sudah sejak lama terencana bahkan sudah sempat berjalan. Tetapi karena gonjang ganjing rumah tangganya sempat berhenti.
Segala sesuatu jika di kerjakan secara serius dan tidak asal asalan pasti akan membuahkan hasil yang menjanjikan.
Tentu semua harus pakai rencana dan dengan hitung hitungan yang matang. Tidak hanya asal bisnis, dan jangan sampai salah manajemen. Rani mulai dari konsep produk, target konsumen dan akan mulai mempromosikan kuliner nya.
Rani juga akan mulai membuat minuman yang unik agar kuliner nya tidak kalah saing dengan kompetitor dan akan menarik konsumen.
Makanya Rani akan membuat makanan yang murah, enak, porsi mengenyangkan.
Masakan indonesia yang banyak diminati. Dan untuk kalangan menengah ke bawah.
Di samping itu Rani juga minta Mamang membuat papan Nama.
...WARUNG MAKAN...
*LARASATI DUKRENGTENG*
Tuduhan pencurian yang di lakukan suaminya sendiri semakin menjadi cambuk, dan membuat Rani bangkit. Mempunyai greget agar menjadi wanita yang kuat dan mandiri.
*****
Malam hari selepas maghrib, Bambang baru pulang dari showroom bersama adiknya.
Dira langsung kekamar mandi, sedangkan Bambang duduk di kursi sambil memijit keningnya.
"Capek Bi?" Ibu Widi, tiba-tiba berdiri di sampingnya.
Bambang mendongak. "Hehehe..sedikit bu! sini, duduk bu" Bambang menepuk kursi di sebelahnya.
"Nggak mau ah! mandi dulu sana, bau kamu." Kata Ibu menutup hidungnya. Padahal tidak bau hanya ingin menggoda anaknya.
"Masa sih bu? Bambang mencium ketiaknya sendiri.
"Ah di bilangin! sana mandi!" titah Bu Widi cemberut.
"Bentar dech bu masih keringetan ini, kata Ibu kalau masih keringetan nggak boleh mandi." Bambang beralasan.
"Ah kamu ini, alasan saja." Ibu menjewer telinga Bambang.
"Ampum bu, ow sakit! iya..iya..Wibi mandi. Bambang nyengir, padahal gak sakit hanya pura-pura saja.
"Bagus bu! terus...terus...hihihi Dira cekikikan. Dira sudah selesai mandi tampak fresh.
"Rasain! bujangan malas mandi sih jadi, nggak laku - laku" ledek Dira.
"Apa kamu bilang? kata siapa abang nggak laku?" Bambang mendekati adiknya.
"Nih cium! wangi kan?! ahahaha..." Bambang menempelkan ketiak ke hidung Dira
"Kakaaaaaak nyebelin..." Bambang kemudian lari kekamar mandi.
"Hais jangan teriak teriak kaya di hutan aja kamu." Kata bu Widi seraya jalan kedapur membantu bibi menyiapkan makan malam.
Makan malam sudah siap tinggal menunggu Bambang.
Bu Widi, Dira dan Bambang makan malam bersama.
"Waah..ini sayur kesukaanku" Kata Bambang menyendok, sayur sop kimlo kesukaannya. Memang kebiasaan keluarga bu Widi makan sop kimlo selalu dalam mangkok terpisah.
"Bambang menyuap sop, dahinya berkerut.
Dira melirik tertawa di tahan. Tapi yang di lirik tidak sadar.
"Bu, kok tumben! masakan bibi asin ya." Protes Bambang.
"Nggak ada yang asin kok, biasa saja. Jawab Ibu.
"Benar bu cobain" Bambang menyodorkan mangkok miliknya kearah ibunya.
Ibu mencobanya. "Kok beda ya Bi sama punya ibu, ini mah asinya sampai pahit." Kata bu Widi.
Bambang akhirnya sadar kalau di kerjain adiknya tapi tetap melanjutkan makanya. "Awas bocah tunggu pembalasan aku" Bambang berbisik ke telinga Dira.
Bambang dan Dira memang selalu jahil tapi mereka saling menyayangi.
Memiliki kakak lak laki sangat seru bagi Dira. Karena Bambang mengajarkan bagaimana, memanfaatkan kompetitif bagi dirinya. Bambang juga memberikan wawasan dalam dunia yang dominan dan kompetisi antara laki-laki dan perempuan.
lumayan buat nambah penghasilan tambahan 🙏😭😭😭