Orang tua yang bercerai, keluarga yang berantakan, cinta yang menyakitkan di masa lalu sampai meninggalkan trauma yang mendalam, membuatnya tumbuh menjadi gadis yang nakal, suka membangkang, sering mabuk-mabukan, dan mengikuti balap liar. Sering kali dia ingin menyerah atas hidupnya, tetapi dia tidak senekat itu untuk mengakhiri nyawanya sendiri.
Marsya hanya sering menyakiti dirinya sendiri seperti menyayat lengannya, hanya untuk menyamarkan rasa sakit di hatinya.
Setelah lelah hidup di lingkungan yang menurutnya berantakan, ia memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, menempati rumah mendiang neneknya,
akankah setelah merantau kehidupan Marsya akan membaik dan bisa melupakan traumanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bantuan tak terduga
Tap tap tap tap
Marsya berlari sekuat tenaga, dia ingin meminta bantuan tetapi daerah itu sangat sepi, dia mengambil ponselnya, mencari kontak yang bisa ia hubungi sambil terus berlari.
tuuuttt tuuttt tuuttt nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.
"shitt, kenapa gak aktif sih Rayhan, kebiasaan banget tiap keadaan darurat malah gak bisa di andelin, sialan, salah gua juga malah ngarepin orang lain" Marsya bermonolog sambil terus berlari, dari kejauhan ia melihat sebuah warung yang memiliki kursi serta meja untuk bersantai, ada beberapa pemuda disana.
"hah hah hah" Marsya terengah-engah ketika ia sampai di depan warung tersebut, ia menatap ke arah belakang, untungnya Yosi tidak mengejarnya, para pemuda itu saling menatap satu sama lain melihat penampilan Marsya yang berantakan, dengan wajahnya yang babak belur, dan di penuhi darah.
"punten a, permisi, boleh numpang istirahat" ucap Marsya.
"boleh neng, silahkan" salah satu pemuda mempersilahkan, mereka masih saling pandang satu sama lain. Marsya melangkah masuk, ia membeli satu botol air mineral, dan juga plester, lalu ia mendudukkan diri di salah satu kursi paling ujung sedikit menjaga jarak dari para pemuda itu, ia akan coba mengobati lukanya sendiri.
"maaf neng kalo saya gak sopan, tapi saya mau tanya, neng kenapa ya? Kok bisa wajahnya babak belur trus banyak darahnya?" ucap salah satu pemuda, Marsya perkirakan umurnya tak jauh darinya, tetapi pemuda itu sangat sopan.
"saya abis berantem a sama seseorang" ucap Marsya, ia mencuci tangannya yang terdapat noda darah, entah darah Yosi atau darahnya karena buku tangannya pun terluka, lalu setelahnya ia mencuci luka di wajahnya.
Srettt
"shhhh" Marsya meringis ketika ia mengusap luka di pelipisnya, sepertinya ada serpihan kaca yang menancap di pelipisnya.
"ini" ucap satu pemuda yang lain memberikan sapu tangannya kepada Marsya.
"maaf boleh minta tolong?" ucap Marsya kepada pemuda yang memberikannya saputangan.
"Ya?" ucapnya singkat lalu menghampiri Marsya dan berdiri di hadapannya.
"b-boleh tolong lihatin luka di pelipis aku? Kayaknya
serpihan kaca" ucap Marsya menunjuk ke arah pelipisnya.
"boleh" pemuda itu berlalu memasuki warung, lalu kembali lagi dengan membawa pinset.
"bro bantu gua senterin" ucapnya kepada salah satu temannya, dan temannya pun menurutinya.
"ini ada serpihan kacanya, aku coba cabut" ucapnya lalu berusaha mencabut serpihan kaca pada pelipis Marsya.
"nngggg" Marsya menggigit bibir bawahnya menahan rasa perih pada lukanya.
"jangan gigit bibir" ucapnya dengan sebelah tangannya menarik dagu Marsya agar Marsya melepaskan gigitannya pada bibir bawahnya "gigit ini" ucapnya lagi menunjuk sapu tangan di genggaman Marsya, ia pun menuruti ucapan pemuda itu.
"apa gak sebaiknya di bawa ke dokter atau klinik?" ucap pemuda yang menyorotkan senter pada luka Marsya.
"masalahnya, aku gak tau daerah sini, aku tersesat" ucap Marsya
"kita ke dokter, aku antar" ucap pemuda yang memberikannya saputangan, ia mengambil kunci motor yang tersimpan di atas meja dan berpamitan kepada teman-temannya.
Marsya ragu-ragu untuk mengikuti pemuda itu, ia takut hal yang sama akan terjadi kepadanya, tetapi diam di warung itu juga bukan satu hal yang baik, ia takut Yosi akan menemukannya.
"ayok" ucap pemuda itu sudah memakai helm dan duduk diatas motornya.
"apa gapapa? Kamu gak akan apa-apain aku kan?" ucap Marsya, dia masih ragu.
Pemuda itu melepaskan helm nya,
"foto" ucapnya singkat.
"hah?" Marsya tak mengerti apa maksud pemuda itu.
"foto wajah aku, plat nomor motor aku, dan ini foto KTP aku, buat bukti kalau aku apa-apain kamu" ucapnya membuka dompet, dan memberikan KTP nya pada Marsya.
Marsya menuruti kata-kata pria itu, ia memfoto wajahnya, plat nomor motornya, lalu memfoto KTP nya.
"sudah?" ucapnya meminta kembali KTP nya, Marsya menganggukan kepalanya.
"naiklah" ucapnya lalu membantu Marsya untuk menaiki motor sportnya.
Sepanjang perjalanan Marsya berdo'a di dalam hati agar ia benar-benar di tolong oleh pria itu, dan tidak di jahati olehnya.
*****
Setelah sampai di klinik 24 jam, pria itu mendaftarkan Marsya, dan dokter langsung mengambil tindakan, selama berada di ruang perawatan pria itu terus menemani Marsya.
"gimana kamu bisa dapat luka ini?" ucap seorang dokter Wanita.
"di pukul pake botol kaca dokter" ucap Marsya.
"hahhh ckckck, berkelahi?" ucapnya lagi, dan Marsya menganggukan kepalanya, sang dokter tidak bertanya lagi, dia menyelesaikan pekerjaannya, untungnya luka Marsya tidak ada yang fatal, dan tidak ada yang perlu di jahit, hanya ada beberapa serpihan kaca saja yang menancap di pelipisnya, luka di buku jarinya pun sudah di obati ulang oleh dokter.
"sudah selesai, silahkan ambil obatnya di depan ya" ucapnya, Marsya dan pria itu melangkah keluar untuk mengambil obat, setelah mengambil obat mereka pun meninggalkan klinik.
"hei, kenapa berhenti?" Marsya menepuk pelan bahu pria yang menolongnya ketika ia menepikan motornya di depan gerobak penjual nasi goreng
"turun, makan dulu, aku lapar" ucapnya, Marsya pun menuruni motor pria itu dan mendudukkan dirinya pada kursi di dekat gerobak, setelah memesan, pria itu mendudukkan diri di kursi samping Marsya.
"Elios" ucapnya mengulurkan tangannya ke arah Marsya.
"ahhh, dewa Matahari? Nama aku Marsya" ucap Marsya menjabat tangan Pria bernama Elios itu.
"hmmm hujan? Nama kita gak cocok" ucapnya menyunggingkan senyumnya.
"bukannya ada hujan panas?" ucap Marsya membuat Elios tertawa.
"ngomong-ngomong, siapa yang bikin luka-luka ini?" ucapnya kembali serius dengan menampilkan raut wajah datarnya.
"entahlah, baru kenal" ucap Marsya mengangkat kedua bahunya.
"baru kenal lalu bertengkar? Siapa namanya?" ucapnya lagi, Marsya menganggukkan kepalanya.
"Yosi" ucap Marsya singkat.
"ah si cowok gila itu rupanya" ucap Elios dengan tangannya yang terkepal.
"kamu kenal?" ucap Marsya.
"permisi ini pesanannya a, minumnya ambil aja disitu ya di meja" ucap penjual nasi goreng memberikan dua porsi nasi goreng.
"makan" ucapnya memberikan satu porsi nasi goreng kepada Marsya.
"mmm" gumam Marsya, mereka pun memakan makanannya.
"rumah kamu dimana?" ucap Elios setelah menyelesaikan makannya.
"rumah aku di daerah atass" ucap Marsya, ia pun menyelesaikan makannya.
"aku antar ya, bahaya, udah lewat tengah malam"
"makasih ya El udah mau nolong aku, kamu baik" ucap Marsya.
"aku gak sebaik itu" ucapnya.
"orang baik gak akan ngaku dirinya baik El" ucap Marsya.
"ekhmmm baiklah baiklah, boleh aku minta kontak kamu?" ucapnya menyerahkan ponsel, Marsya pun menuliskan nomor ponselnya di ponsel Elios.
"ah tapi, kayaknya aku nanti mau ganti nomor" ucap Marsya, ia ingat tadi sudah memberikan nomor ponselnya juga pada Yosi, ia takut Yosi akan menghubunginya, jadi ia akan mengganti nomor ponselnya.
"gak papa, jangan lupa kabarin aku kalau ganti nomor" ucapnya, Marsya menganggukan kepalanya, Elios pun menaiki motornya, dan membantu Marsya menaiki motornya juga, lalu ia mengantarkan Marsya pulang menuju rumahnya.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊