Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13
Sepanjang waktu mata Leon terus tertuju pada pintu masuk ruang kerja, ia seperti menantikan kehadiran seseorang. Ruangan terasa senyap hanya ada suara detak jam dan suara hentakkan jari jemarinya dimeja. Tangan Leon memijat pelipisnya sambil terus menghela napas panjang, ia meraih pena yang tergeletak dimeja.
"Kenapa dia belum datang juga?" Leon bertanya-tanya sendiri, mencoba mengalihkan pikiran dengan menandatangani dokumen. Tapi, Leon merasa waktu sudah menuju Siang tidak mungkin Moira datang dalam waktu selama ini.
"Apa dia tidak akan datang?"
"Apa dia mengabaikan kebaikanku membuka lamaran kerja ini hanya untuk dia?"
"Ck, berani sekali dia jika benar mengabaikan kebaikanku yang jarang sekali aku lakukan." Leon terus bermonolog sendiri, akibatnya jadi sakit kepala sendiri memikirkan Moira yang tidak kunjung datang.
Bahkan dokumen saja tidak bisa ia baca dengan baik, matanya terus tertuju pada pintu masuk. Leon melempar pena di tangannya, ia ingin bangkit untuk melihat sendiri sebenarnya datang atau tidak istri rahasianya itu.
"Menyusahkan saja!" Leon membuka pintu dengan kekuatan penuh.
Bahkan David yang memang ingin masuk kedalam ruangannya terheran melihat Leon pergi begitu saja melewati dirinya. David melirik kearah Leon yang menatap kearah lift dengan tangan berkacak pinggang.
"Kau menunggu seseorang, Tuan?" Tanya David.
Sampai Leon terkejut karna ia tidak sadar sejak kapan David lewat. "Ah... tidak, aku tidak menunggu siapapun." Jawabnya cepat, Leon berjalan menuju David yang menatapnya penuh curiga. "Ehem, kau mau apa?"
David tentu saja tidak percaya dengan apa yang Leon katakan, dari gerak-gerik Leon sekarang saja sudah membuktikan jika sedang menunggu seseorang.
"Tuan menunggu Nona Moira?" Langsung saja David menanyakan hal inti, tidak mau basa-basi lagi.
"Aku? menunggu wanita bisu itu? hahaha..." Leon berkacak pinggang menghadap David yang menatapnya aneh. "Tidak, untuk apa aku menunggu wanita bisu itu. Buang-buang waktu, banyak hal penting yang harus aku lakukan." Jelasnya, tapi pandangan mata Leon masih terus tertuju pada pintu lift.
David melihat kearah Leon melihat, ia menggelengkan kepala saja dengan kebohongan sang Tuan. Leon memang sangat gengsi, tidak akan mungkin mudah mengakui semua yang David curigai.
"Iya, Tuan. Kau menunggu Nona Moira, jika tidak menunggu dia... untuk apa kau berdiri dengan tangan berkacak pinggang disini?"
Omongan David membuat Leon tersadar, langsung ia menurunkan kedua tangannya. Melirik tajam David yang tersenyum mengejek dirinya, mendengus kesal lalu melangkah pergi masuk kembali ke dalam ruangan. David mengikuti, ia merasa hal ini cukup menarik. Seorang Leon Dante terus menunggu seseorang dipintu masuk, apa lagi orang yang ditunggu itu adalah istrinya sendiri.
"Tuan, kau sudah memikirkan istrimu itu ternyata. Aku tidak menyangka soal itu," Ucap David disertai senyuman bahagianya.
Leon yang tengah menata dokumen ditangannya spontan melempar David dengan buku. Untung saja David menghindar seolah sudah tahu jika Leon akan menyerang dirinya.
"Buang pikiran burukmu itu!" Hardik Leon, ia tidak suka dengan pemikiran itu.
David menganggukkan kepala saja tapi sebenarnya ia ingin tertawa melihat Leon yang bahkan sekarang masih menunggu kedatangan seseorang.
"Tuan, sebenarnya kedatanganku untuk memberi tahu jika para kandidat sudah menunggu untuk uji kemampuan di ruang meeting." Ujar David, sebenarnya itulah tujuannya datang.
Sebenarnya Leon sudah tahu itu, ia sudah melihat kamera pengawas untuk melihat apakah Moira ada disana.
"Undurkan saja!" Perintah Leon.
"Kenapa, Tuan? Semua kandidat_"
"Aku hanya ingin Moira yang bekerja di sisiku, lalu kenapa kau benar-benar mencari kandidat sebanyak itu?"
"Ha?"
"Kau bodoh sekali! Cepat pergi, intinya lamaran pekerjaan ini hanya untuk Moira saja. Pandailah sedikit!"
David ingin pingsan saja sebenarnya karna Leon benar-benar aneh tidak sesuai dengan apa yang dikatakan kemarin.
"Baiklah, Tuan!" David menunduk hormat lalu melangkah pergi, meskipun masih sedikit aneh dengan apa yang membuat Leon marah tadi.
Menutup pintu dengan sedikit pelan sambil menyempatkan melihat kearah Leon yang masih menunggu kedatangan Moira.
"Kau ini apa? kau tinggal disinikah? kok aneh gitu?" David berkata selayaknya salah satu kartun yang memang lagi ramai di sosial media.
"Katakan saja kalau memang sangat ingin berdekatan dengan Nona Moira, tidak berkata aneh sampai membuat orang bingung." David jadi kesal sendiri, Leon memang benar manusia ter gengsi yang pernah ia temukan.
Membuka lowongan sekretaris pribadi yang mahir berbahasa isyarat, tentu saja Moira menguasai semua itu. Ternyata membuka lowongan tersebut khusus untuk memancing Moira agar mudah Leon kendalikan. Siapa sangka bahkan sampai sekarang Moira yang merupakan target utama tidak kunjung datang.
•
Moira menatap gedung yang tidak terlalu tinggi, disinilah ia akan mencari nafkah. Semoga hasilnya memuaskan dan sangat sesuai harapan, karna Moira tidak mau bekerja di Perusahaan Leon. Moira tidak mau terus berada di dalam tekanan seseorang yang menguasai hidupnya.
"Setidaknya jika aku mandiri maka aku akan bisa melindungi diri sendiri.." Itulah prinsip Moira yang membuatnya berani mengambil keputusan besar.
Disaat Moira ingin masuk malah melihat pria yang telah memberikan alamat gedung ini padanya. Tanpa berpikir dua kali Moira langsung menuju pria tersebut, jantungnya berdegup kencang karna ini pertama kalinya melamar kerja.
Hal pertama yang Moira lakukan adalah menepuk pundak Theo, agar pria itu menyadari kedatangannya.
Theo langsung berbalik badan untuk melihat siapa yang menepuk pundaknya. "Eh, Moira?" Theo tersenyum manis sekali karena tidak menyangka jika Moira benar-benar datang.
Moira mengangguk mantap, seperti biasa ia menggunakan tanganya untuk berbicara dengan Theo. "Aku yang kemarin, Pak. Ingin melamar kerja di perusahaan ini, kau mengatakan jika membutuhkan seorang penerjemah."
Senyuman diwajah tampan Theo semakin lebar saja. "Iya benar, aku memang menunggu kedatanganmu. Ayo, ikut ke ruanganku." Theo meraih tangan Moira untuk mengikuti langkahnya sampai Moira terkejut.
Tindakan spontan atau apa tetap saja sedikit aneh bagi Moira, apa lagi ia memang jarang seperti ini dengan seorang pria. Sekalipun sudah menikah Moira juga tidak pernah melakukan tindakan khusus bersama dengan Leon.
"Duduklah.." Leon menyuruh Moira untuk duduk, ia sangat senang karna Moira benar-benar datang untuk bekerja di Perusahaannya.