"Aku akan berusaha melawan badai yang akan menerpaku kapanpun itu. Aku siap menerima serangan badai yang besar sekalipun. Aku tidak takut kepada besarnya badai, aku tidak gentar terhadap ganasnya badai. Aku juga tidak akan menyerah walau badai itu terus menggulungku. Aku akan berusaha berdiri di atas badai itu. Aku akan menghadapi badai itu. Aku akan melawan badai itu. Aku akan menari diatas badai itu pula. Hingga pada akhirnya, badai itu bisa menyatu dengan diriku. Aku adalah badai dan badai adalah aku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nnot Senssei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyerangan X: Kematian Kepala Tetua Aliansi Aliran Hitam
Menyadari bahwa sepasang mata pemuda misterius memandanginya, mereka semua mulai berkeringat dingin. Firasat buruk mulai melanda hati mereka masing-masing.
"Bagaimana ini, apa yang harus kita lakukan Tetua Fu?" tanya Chen Peng kepada Fu Wai yang berada didekatnya.
"Apa maksudmu Chen Peng?" Fu Wai kebingungan karena dia belum sadar bahwa sepasang mata yang terlihat bagaikan mata malaikat kematian sedang menatap ke arahnya.
"Astaga … lihatlah! Pemuda itu melihat ke arah kita dengan tatapan tajam. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Chen Peng. Jelas, dia sangat tidak nyaman dengan tatapan yang di berikan pemuda itu kepada mereka.
"Maaf pendekar muda, siapa Anda sebenarnya? Apa tujuan Anda ikut campur urusan kami?" Fu Wai langsung bertanya kepada pemuda itu. Meskipun hatinya bergetar saat tatapan matanya bertemu, tapi apa boleh buat. Mugkin sekarang hanya dia yang paling kuat diantara kepala tetua yang lainnya.
"Siapa aku itu tidak penting. Aku ikut campur karena memang sudah menjadi tugasku untuk membantu yang membutuhkan. Jika kalian masih penasaran, aku adalah Shin Shui, aku diberi gelar Pendekar Halilintar. Guruku adalah sang sang legenda, Pendekar Guntur," tatapan mata Shin Shui mendadak lebih menyeramkan daripada sebelumnya. Kepala Tetua dari aliansi aliran hitam merasa tubuhnya mendadak kaku, wajahnya pun pucat.
Rasa kaget terpancar di wajah mereka. Tak terkecuali Kepala Tetua aliran putih sekalipun.
"Aku mengincar nyawa kalian semua. Terutama para Tetua dari sekte Tengkorak Kegelapan." selesai berkata demikian. Gemuruh guntur disertai kilatan petir menggelegar menyambar bumi.
"Hmmm … kau pikir kami takut dengan kekuatanmu sebelumnya? Kami semua Pendekar Dewa tahap tiga dan aku sendiri tahap empat. Ketika kami bergabung, apakah kau masih yakin untuk mengalahkan kami?" Fu Wai tersenyum sinis. Meskipun hatinya bergetar ketakutan, tapi dia sangat yakin jika para tetua aliansi aliran hitam bersatu. Maka kemenangan akan berpihak padanya.
"Baik, mari kita coba sekarang."
"WUSHHH … DUARRR … DUARRR…."
Pusaran angin yang lebar mencapai diameter hampir 50 meter mulai terbentuk. Angin itu diselimuti halilintar yang berwarna biru, seolah angin itu siap menghancurkan apapun yang ada didepannya.
Kecepatan 'Tornado Halilintar' itu begerak dengan sangat cepat. Kepala Tetua tidak ada yang sempat menghindarinya. Satu persatu mereka tewas dengan tubhh gosong sekaligus tidak utuh. Yang selamat hanyalah Jin Shi dan Fu Wai.
Tak menunggu waktu lama, Shin Shui langsung berlari dengan cepat kepada Fu Wai dan Jin Shi untuk memberikan serangan. Setiap serangan yang dilakukan menghasilkan kilatan petir yang mengerikan.
Fu Wai dan Jin Shi bekerja sama untuk mengalahkan Shin Shui. Kombinasi pertarungan mereka terkadang membuat Shin Shui kewalahan. Fu Wai terus menyerang dengan Pedang Hitam, pedang itu kadang mengeluarkan hawa kegelapan yang cukup besar.
Jin Shi tak mau ketinggalan, dia segera melesat membantu Fu Wai untuk mengalahkan Shin Shui, Pedang Ilusi yang ia gunakan mampu memberikan efek yang lumayan merepotkan. Dimana setiap pedang itu di ayunkan kepada lawan, maka lawannya akan mendapatkan ilusi bahwa ia benar-benar telah dicabik-cabik oleh Pedang Iusi Jin Shi.
Walaupun Shin Shui kebal terhadap ilusi, tetap saja jika ilusi itu datang beruntun cukup merepotkan juga. Jin Shi terus menyerang dengan ganas, dia mengeluarkan ilusi yang lebih hebat lagi. Di belakangnya bayangan tiga tengkorak dengan di kelilingi api hitam mulai terlihat, tengkorak itu seolah akan memakan lawan dari tuannya.
"Merepotkan." gumam Shin Shui.
Lama-kelamaan dia juga terasa dipojokkan oleh lawan-lawannya itu. Pertarungan terus berlanjut, hingga pada akhirnya, Pedang Hitam milik Fu Wai berhasil merobek pundak Shin Shui.
"Ahhhh," dia memekik perlahan.
Darah mulai bercampur dengan peluhnya. Tenaga dalamnya saat ini hanya tersisa setengahnya saja. Sisanya dia gunakan sebelumnya untuk membunuh Fang Yun, jika tidak menggunakan kekuatan yang besar tentu saja Shin Shui bukan lawan Fang Yun. Fang Yun pun bisa dibunuh dengan mudah oleh Shin Shui bukan tanpa alasan, dia berhasil dibunuh karena memang tenaga dalam dan energi kehidupannya mulai habis dihisa Setan Ilusi.
Melihat lawannya terluka, keduanya langsung menyerang Shin Shui dengan lebih agresif, gerakannya semakin lincah dan sulit ditebak.
'Hemm … sepertinya aku harus mencoba jurus pedang yang diberikan oleh guru' batinnya sembari mengamati gerakan lawan.
"Baiklah … terima ini …" Shin Shui mengeluarkan jurus pedang yang diajarkan Lao Yi karena dia yakin, jika hanya mengandalkan gerakkan tak berarti dia tidak akan bisa menang. Apalagi lawannya sekarang tidak bisa dianggap enteng.
"HIYAAA …"
Gerakan Shin Shui mendadak secepat kilat, pedangnya mulai mengeluarkan kilatan listrik. Setiap pedangnya beradu dengan lawan, maka lawannya itu akan merasakan mati rasa seluruh tubuhnya. Hingga pada saat melihat celah ….
"SLASHH …"
'Ahhhh … ti-tidak mungkin." mati.
Fu Wai tewas ditangan Shin Shui, dia menusukkan pedangnya tepat di jantung lawan. Tubuh Fu Wai menjadi gosong karena efek dari Pedang Halilintar.
"Dasar bocah sialan. Rasakan ini …"
"HIYAA …."
Jumlah tengkorak yang tadinya hanya ada tiga sekarang mulai bertambah banyak, tengkorak itu mengelilingi Jin Shi secara teratur. Aura kegelapan yang dia ciptakan cukup untuk mengintimidasi lawan yang tidak kebal akan ilusi. Tapi kalau cara itu digunakan kepada Shin Shui, maka percuma saja.
Jin Shi dan Shin Shui terus beradu pedang. Yang satu memberikan efek ilusi menakutkan dan yang satu lagi memberikan efek tubuh terasa tersetrum dan mati rasa.
'Jika terus seperti ini, maka aku bisa kalah. Tenaga dalamku hampis habis, baiklah … kalau begitu' batin Shin Shui sambil berfikir untuk melakukan sesuatu.
"Angin Membelah Samudera … "
"WUSHH …"
Shin Shui mendadak hilang dari pandangan Jin Shi. Gerakannya sangat cepat, hingga tidak bisa dilihat mata biasa. Hingga pada tujuh gerakkan selanjutnya ....
"Ahhh … ka-kau." mati.
Jin Shi tewas dengan tusukan di jantungnya dan sebuah luka goresan yang dalam nampak terlukis di bagian perut.
Setelah Jin Shi tewas, Shin Shui mendadak terlihat kembali. Nafasnya terengah-engah. Tak lama dia mulai kehilangan kesadaran secara perlahan karena terlalu memaksakan diri. Ini pertarungan pertamanya sepanjang hidup, jadi mungkin hal wajar jika dia belum bisa mengontrol tenaga dalam dan jurus apa yang harus dikeluarkan ketika menghadapi lawan.
Sebenarnya dalam keadaan normal, akan sulit baginya membunuh semua Kepala Tetua dari aliran hitam tersebut. Tapi karena mereka kelelahan dan kehilangan banyak tenaga dalam, hal inilah yang membuat Shin Shui bisa membunuh mereka dengan cukup mudah menggunakan jurus-jurus tingkat tinggi.
semoga utk cerita2 lain penulis bisa insaf 🤣🤣🤣
kasian Thor membuat cerita seperti ini 🤣🤣🤣
katanya belajar dan mencontoh Kho Ping Ho,,,, jaaaaauuuuhhh thor