Akila Citra Kirana seorang Guru cantik Sekolah Dasar terpaksa harus menikah dengan seorang Pengusaha muda yang tampan namun sangat angkuh dan kejam.
Raffael Abraham seorang Pengusaha muda yang mempunyai prinsip tidak ingin menikah setelah calon istrinya meninggal akibat kecelakaan.
Akankah kehidupan Akila bahagia ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan
📚
📚
📚
📚
📚
Raffa terus saja melihat ponselnya menunggu telpon dari Rey mengenai keberadaan Aqila. Tiba-tiba ponsel Raffa berbunyi membuat Raffa terkejut dan langsung mengangkatnya.
"Hallo Rey, bagaimana?" tanya Raffa.
"Maaf Tuan, sepertinya Nyonya Aqila memang sudah pergi soalnya rumahnya sudah kosong dan menurut tetangganya, Nyonya Aqila sudah pergi membawa koper besar tapi tidak tahu kemana," jelas Rey.
Tubuh Raffa luruh dilantai rumah sakit, tubuhnya sangat lemas mendengar berita mengejutkan itu.
"Kerahkan semua anak buahku, untuk mencari keberadaan Aqila," seru Raffa dan langsung menutup telponnya.
Raffa terduduk dilantai tempat dimana Eyang dirawat, tatapannya kosong, tiba-tiba airmatanya kembali menetes. Betapa menyesalnya Raffa saat ini, melihat Eyang terbaring koma sedangkan wanita yang dia cintai sudah pergi meninggalkannya.
Penyesalan tinggallah penyesalan, seperti pepatah penyesalan selalu datang diakhir cerita. Raffa baru menyadari kalau dia benar-benar sudah mencintai Aqila.
***
Suasana di dalam pesawat begitu hening, setelah meluapkan kesedihannya, Aqila kembali tenang menjalani sisa perjalanan mereka menuju Teluk Wondama di daerah Papua Barat, tak ada satu pertanyaan pun yang keluar dari bibir Fathir.
Perjalanan berawal dari Jakarta menuju Manokwari dan butuh waktu empat jam tiga puluh menit untuk sampai di Manokwari. Baru dari Manokwari terbang lagi menuju Bandara Wasior menggunakan Pesawat Twin-otter yang hanya berkapasitas penumpang 14 orang dengan waktu tempuh lima puluh menit.
Aqila, Fathir, dan yang lainnya langsung menuju balai kota dan harus menjelaskan tentang kedatangan mereka kepada pengurus daerah setempat.
Panita yang merupakan orang-orang dari Pemerintahan mengamanatkan kepada semua pengurus daerah yang ada, agar mereka mengawasi dan menjaga semua guru-guru muda itu dengan baik selama mereka berada disana.
Selama berada di Teluk Wondama, Aqila dan yang lainnya akan tinggal di perumahan milik Pemerintah setempat. Fasilitas yang ada disana tidak semewah fasilitas yang ada di daerah pusat tapi tidak buruk juga karena yang terpenting bukan fasilitas mewah yang Aqila butuhkan tapi yang dibutuhkan Aqila adalah ketenangan untuk menata hatinya kembali yang sudah tercabik-cabik.
"Qila, kamu istirahat dulu sana kalau kamu butuh bantuan aku ada di rumah yang sebelah," seru Fathir.
"Iya Thir, terima kasih."
Pemerintah setempat menyediakan dua rumah untuk dihuni oleh mereka karena wanita dan pria tidak boleh tinggal serumah.
"Kak Qila, Kakak tidurnya sekamar dengan aku enggak apa-apa kan?" tanya wanita muda yang bernama Indah itu.
"Ya Enggak apa-apalah Ndah, justru aku senang jadi ada teman tidur disini," sahut Aqila dengan ramahnya.
"Indah istirahat duluan ya Kak, capek banget soalnya kan besok kita sudah mulai mengajar jadi harus siapkan tenaga buat besok."
"Iya tidur sana."
"Kakak juga harus istirahat jangan malah bengong."
"Iya."
Indah pun merebahkan tubuhnya diatas single bed yang disediakan disana, tidak lama kemudian terdengar suara dengkuran halus dari gadis manis itu dan itu pertanda kalau Indah sudah berada dalam alam mimpinya.
Aqila menekuk kakinya dan memeluk kedua lututnya, airmatanya tiba-tiba mengalir di pipi mulusnya itu. Masih terbayang di otak Aqila saat Raffa mengejar mobil Fathir memanggil-manggil nama dirinya dengan deraian airmata.
"Apakah itu semua benar isi hatimu Mas, apa hanya emosi sesaat saja? aku tidak mau tertipu olehmu untuk kedua kalinya, awalnya kamu bersikap baik sama aku membuat aku melayang sampai keatas tapi keesokan harinya kamu menjatuhkan aku sedalam-dalamnya," batin Aqila dengan deraian airmatanya.
Cukup lama Aqila dalan posisi seperti itu tapi lama-kelamaan matanya sudah mulai berat, sepertinya Aqila sudah sangat lelah fisik dan pikiran, Aqila mulai merebahkan tubuhnya dan benar saja Aqila langsung terlelap menuju alam mimpinya.
***
Sementara itu di kediaman Abraham, Clarissa tampak bahagia dia bersikap seolah-olah dialah Nyonya di dalam rumah itu sehingga membuat semua pelayan merasa muak dengan tingkah lakunya.
Malam ini Clarissa sedang duduk di ruangan keluarga sembari menonton film kesukaannya, dihadapannya sudah banyak sekali cemilan makanan dan minuman yang dia minta kepada semua para pelayan. Bahkan saat ini dengan santai dia selonjoran dan seorang pelayan memijat kakinya.
"Bi Ria, saya tidak suka dengan Nenek Lampir itu," seru salah satu pelayan.
"Hus jangan bicara seperti itu, kalau sampai kedengeran olehnya kamu bisa-bisa dipecat dari sini," sahut Bi Ria.
"Soalnya dia nyebelin banget Bi, padahal kan Eyang sama Nyonya Aqila pun dulu tidak pernah menyuruh kita ini dan itu, lah ini baru dinikahi siri saja sudah sok bekuasa seperti itu apalagi kalau menjadi istri sahnya Tuan Raffa, bisa-bisa semua pelayan disini pada kabur semuanya Bi."
"Sudahlah lebih baik kamu kembali bekerja sana, jangan mikirin kehidupan orang kaya soalnya kehidupan mereka itu sangat rumit dan susah ditebak," sahut Bi Ria.
"Ya Tuhan, enak benar menjadi orang kaya semua keinginan kita langsung ada, apalagi sekarang Tua bangka itu sudah pergi dari sini mudah-mudahan saja nyawanya tidak tertolong supaya tidak ada lagi yang akan menghalangi aku dan Mas Raffa. Begitu pun dengan wanita bodoh itu, sekarang sudah minta cerai dari Mas Raffa, akhirmya kesempatanku untuk menjadi Nyonya di rumah ini akan segera terkabulkan," batin Clarissa dengan senyumannya.
Lain halnya di belahan dunia lainnya, saat ini Raffa sedang berada di dalam ruangan Dokter yang menangani penyakit Eyang.
"Dokter, apa Eyang saya masih koma?" tanya Raffa dengan menggunakan bahasa Inggris.
"Iya Tuan, masih belum ada perkembangan."
"Bagaimana ini, soalnya pekerjaan saya di Indonesia sangat banyak, bisakah saya meminta tolong kepada anda Dokter?" tanya Raffa.
"Boleh Tuan, Tuan mau minta tolong apa?"
"Tolong jaga Eyang saya karena saya terpaksa harus kembali ke Indonesia, saya janji kalau ada waktu luang saya akan kesini lagi."
"Tentu Tuan, saya akan menjaga Eyang anda dengan sangat baik."
"Terima kasih Dokter, kalau begitu saya pergi dulu kalau ada perkembangan apapun mengenai Eyang, tolong segera hubungi saya."
"Siap, iya baik Tuan."
Raffa dan Dokter pun saling menjabat tangan, setelah keluar dari dalam ruangan Dokter, Raffa menuju ruangan dimana Eyangnya dirawat. Raffa duduk disamping Eyang, sigenggamnya tangan Eyang dan diciumnya berulang-ulang.
"Eyang, maaf Raffa sudah membuat Eyang seperti ini, Raffa sangat menyesal Eyang ternyata wanita pilihan Eyang sangat luar biasa, mengapa disaat Raffa mulai sadar dengan kehadiran Aqila, dia malah pergi Eyang, apa ini suatu hukuman buat Raffa karena Raffa sudah menyia-nyiakan wanita cantik yang tulus seperti Aqila," gumam Raffa dengan kembalu meneteskan airmatanya.
Raffa tidak tahu kenapa, semenjak kehilangan Aqila, Raffa menjadi sosok yang cengeng.
"Eyang, Raffa harus kembali dulu ke Indonesia karena pekerjaan tanpa kehadiran Raffa tidak akan berjalan dengan lancar, sekalian Raffa juga ingin mencari keberadaan Aqila. Eyang sadarlah dan cepat-cepat sembuh karena Raffa akan membawakan menantu kesayangan Eyang itu kehadapan Eyang."
Raffa mulai beranjak dari duduknya dan mencium kening Eyang. Setelah itu Raffa pergi meninggalkan Eyang untuk kembali ke Indonesia dengan menggunakan jet pribadi miliknya.
Setelah beberapa waktu, akhirnya jet pribadi milik Raffa sudah mendarat dengan selamat diatas atap Kantornya. Waktu sudah menunjukan larut malam dan Rey dengan setianya menunggu kedatangan Raffa.
"Kita mau kemana Bos?" tanya Rey.
"Langsung pulang saja, aku sudah sangat lelah."
"Baik Bos."
Jalanan malam itu sungguh sangat lengang sehingga tidak membutuhkan waktu lama, Raffa sudah sampai di rumahnya. Raffa langsung turun dari mobilnya dan masuk ke dalam rumah tanpa ngomong separah katapun kepada Rey.
"Untung Bos, kalau bukan sudah aku hajar tuh wajah, sudah pulang dengan mendadak, sampai tengah malam seperti ini juga, bukannya menawarkan aku menginap disini malah ninggalin aku begitu saja, nasib..nasib..jadi bawahan selalu saja tertindas," gerutu Rey.
Keesokan harinya....
Beberapa dokumen harus Aqila dan yang lainnya tanda tangani sebagai arsip kepentingan kepengurusan daerah itu dan juga sebagai bukti eksistensi keberadaan mereka agar tidak menimbulkan kegegeran pada penduduk disana. Hal itu juga akan mempermudah Aqila dan kawan-kawannya menjalankan program yang dicanangkan oleh Pemerintah.
Butuh waktu yang tidak sebentar dan Aqila tidak seorang diri menjalani misi ini, ada tim yang akan membantunya mengajar.
Aqila dan yang lainnya mulai mengajar di sekolah dasar yang ada disana, sungguh Aqila merasa terkejut dengan keadaan sekolah disana, tidak ada meja dan kursi untuk para murid duduk melainkan mereka duduk di atas matras dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
"Ya Alloh, kondisinya miris banget Thir," bisik Aqila.
"Iya Qila, aku tidak menyangka kalau keadaan mereka seperti ini," sahut Fathir.
Aqila menghampiri seorang anak perempuan yang tampak ketakutan melihat kedatangan Aqila dan Fathir, Aqila berjongkok dihadapannya.
"Hallo, nama kamu siapa Sayang?" tanya Aqila dengan lembut.
Anak perempuan itu hanya memandang Aqila.
"Hai jangan takut nama Ibu, Aqila kamu bisa panggil Ibu Aqila, nama kamu siapa?"
Aqila mengulurkan tangannya, perlahan anak itu menerima uluran tangan Aqila dan tersenyum.
"Nama aku Maruna Ibu guru cantik," ucapnya pelan.
"Nama yang cantik seperti orangnya," puji Aqila dengan ramahnya membuat Maruna tersipu malu.
Fathir yang melihat Aqila merasa terpesona, Aqila memang wanita baik yang lemah lembut. Aqila dan Fathir mulai mengajar dengan senangnya.
Setelah selesai mengajar, Aqila memilih mengurung diri di kamar. Dia menunda rencananya untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitar perumahan yang ia tempati saat ini, badannya masih terasa lelah.
Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar, pikirannya menerawang jauh secara beruntun ingatannya memutar kejadian-kejadian yang dialaminya baru-baru ini. Wajah Ayahnya, Ibunya, Eyang, dan Raffa silih berganti berputar dalam ingatannya.
Aqila merasa sangat tersiksa, kepalanya berdenyut hebat dan lagi-lagi matanya berair. Isakkan kecilnya terdengar di dalam kamar itu, Aqila tidur meringkuk memeluk kakinya. Sesekali bibirnya menggumamkan nama Raffa, entah mengapa Aqila mencintai Raffa meskipun sudah jelas-jelas Raffa tidak pernah menganggapnya dan selalu menorehkan luka di hatinya.
***
Sementara itu...
Raffa seperti menemukan kebuntuan, dia sudah mencoba mencari Aqila kemana-mana dan ke beberapa tempat yang biasa Aqila kunjungi tapi hasilnya sia-sia.
Raffa juga pergi ke sekolah tempat Aqila mengajar, belum saja masuk, Zahra dan Ranti yang menyadari kedatangan Raffa tampak menatapnya tajam dan tersirat kebencian di mata kedua sahabat Aqila itu.
Hari sudah mulai gelap, Raffa tak mendapat sedikitpun informasi mengenai keberadaan Aqila. Tubuhnya mulai lelah, bahkan Raffa sudah melewati sarapan dan makan siang karena saking fokusnya mencari Aqila.
"Bos, sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Rey di sela-sela perjalanannya.
"Kita pulang saja Rey, aku sangat lelah," sahut Raffa sembari menyandarkan tubuhnya dan sedikit memijat keningnya.
"Apa tidak sebaiknya Bos makan dulu? hari ini Bos sudah melewatkan sarapan dan makan siang, takutnya nanti Bos malah sakit," seru Rey.
"Tidak usah Rey, pulang saja aku tidak lapar."
Rey tidak bisa bicara lagi selain menuruti semua perintah Raffa. Sesampainya di rumah, Raffa berjalan gontai dan berpapasan dengan Bi Ria yang baru saja kembali dari dapur.
"Tuan Raffa."
"Bi, bisa minta air putih," seru Raffa dan duduk di meja makan.
"Baik Tuan tunggu sebentar."
Bi Ria dengan cepat mengambilkan air putih untuk Raffa dan Raffa meminumnya dengan sekali tegukkan.
"Apa Tuan sudah makan?" tanya Bi Ria.
Raffa menggelengkan kepalanya pelan.
"Kalau begitu sebentar ya Bibi ambilkan makanan buat Tuan Raffa."
Dengan cepat Bi Ria mengambilkan nasi lengkap dengan lauk pauknya.
"Ini, Tuan Raffa makan dulu ya."
"Saya tidak lapar Bi."
"Tuan jangan seperti ini, Bibi tidak mau sampai Tuan Raffa sakit, bagaimana mau menemukan Nyonya Aqila kalau Tuan Raffa sakit," seru Bi Ria yang seakan tahu isi otak Raffa.
Bi Ria duduk di samping Raffa...
"Apa mau Bibi suapin? dulu waktu Tuan masih kecil, Tuan selalu ingin di suapi sama Bibi kalau tidak di suapi, Tuan tidak mau makan," seru Bi Ria mengenang masa lalu.
"Maafkan Raffa sudah membuat Bibi susah."
"Tidak, Bibi tidak merasa susah justru Bibi sangat bahagia karena Bibi sudah menganggap Tuan seperti anak Bibi sendiri."
Tanpa Raffa sadari, Bi Ria sudah menyuapi Raffa dan Raffa pun tidak menolak dengan suapan Bi Ria.
"Aku lelah Bi."
"Bibi tahu, hanya Nyonya Aqila yang bisa menyembuhkan lelah Tuan."
"Aqila sudah pergi Bi, Aqila sudah meninggalkan aku Bi dan aku tidak tahu Aqila berada dimana," sahut Raffa dengan menundukkan kepalanya.
"Sejak awal Bibi tahu kalau Tuan juga mencintai Nyonya Aqila, tapi ego Tuan terlalu tinggi sehingga Tuan akhirnya malah menyia-nyiakan Nyonya Aqila yang dengan tulus menyayangi Eyang dan Tuan."
"Memangnya Bibi tahu kalau Aqila juga mencintai aku?"
"Sejak awal Nyonya Aqila menginjakan kakinya di rumah ini, Bibi sudah bisa melihat tatapan Nyonya Aqila terhadap Tuan kalau di mata Nyonya Aqila ada cinta untuk Tuan. Nyonya Aqila sampai menanyakan apa makanan kesukaan Tuan, bahkan Nyonya Aqila juga sempat menanyakan soal Non Claudia," jelas Bi Ria.
"Apa? sampai sejauh itukah?" tanya Raffa.
"Iya, Nyonya Aqila adalah wanita baik dan tulus dan Bibi punya firasat kalau suatu saat nanti Nyonya Aqila akan kembali dan yakinlah Tuan kalau memang kalian berjodoh, kalian pasti akan dipertemukan kembali. Anggaplah kepergian Nyonya sebagai hukuman untuk Tuan karena sudah menyia-nyiakannya, bersabarlah Nyonya Aqila pasti kembali," seru Bi Ria menepuk pundak Raffa dan melangkah meninggalkan Raffa.
Raffa begitu tertegun dengan ucapan Bi Ria...
"Jadi kamu mau mengujiku Aqila, ok aku akan menunggumu berapapun lamanya," gumam Raffa.
📚
📚
📚
📚
📚
Hallo semuanya, selamat menunaikan ibadah puasa🤗🤗
Maaf ya untuk bulan ramdhan ini Author tidak janji bisa up setiap hari soalnya kesibukan Author bertambah jadi mohon di mengerti ya🙏🙏
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU😘😘😘
sabar Aqila...ada saatnya nannti ketika semua terbongkar maka Rafa yg akan berbalim mengejarmu ....😭😭😭