GURU CANTIK UNTUK TUAN MUDA
📚
📚
📚
📚
📚
Aqila Citra Kirana, seorang wanita cantik berusia 24 tahun yang berprofesi sebagai seorang Guru Sekolah Dasar, Citra mempunyai sifat yang ceria, lemah lembut, dan mudah bergaul dengan siapapun.
Raffael Abraham, seorang pria tampan berusia 28 tahun seorang pewaris tunggal kerajaan Bisnis keluarga Abraham, mempunyai sifat yang angkuh, dingin, dan kejam.
Clarissa Maxime, seorang wanita cantik nan sexi berusia 24 tahun yang mempunyai sifat yang sangat arogan dan manja.
Muhamad Fathir, seorang pria tampan berusia 27 tahun merupakan teman Aqila, yang berprofesi sebagai seorang guru yang sudah lama menyimpan rasa kepada Aqila, dia mempunyai sifat yang penyayang, dewasa, dan penyabar.
Saat ini Aqila sedang jalan-jalan di sebuah Mall terbesar di kota Jakarta. Aqila berniat untuk membeli sebuah sepatu untuk dirinya pergi ke sekolah karena sepatunya semuanya sudah jelek dan lapuk.
"Oh my god, seandainya milih jodoh semudah milih sepatu pasti hatiku senang," gumam Aqila.
Itulah celetukan yang keluar dari mulut Aqila yang kini tengah asyik memilih sepatu disebuah toko yang terletak didalam sebuah Mall.
Sudah hampir dua jam Aqila belum juga menemukan sepatu yang cocok dengan kakinya, pelayan toko itu sampai bosan mengekori Aqila yang asyik-asyik saja dengan kegiatannya.
"Fix Mbak, minta yang ini warna dan ukuran yang sama kaya yang dipajang."
Dengan wajah sumringah penjaga toko itu meraih sepatu yang Aqila inginkan.
"Sebentar ya Mbak, saya ambilkan."
Beberapa menit kemudian, Aqila sudah mendapatkan sepatu yang sesuai keinginannya hatinya sangat senang.
Aqila melangkahkan kakinya keluar dari toko dengan perasaan gembira, membeli sepatu dengan gaji pertamanya sebagai guru honorer, sisa dari gajinya tentu saja akan dia tabung dan diberikan kepada Ibunya tercinta.
"Aduh baju-baju itu bagus-bagus banget," gumam Aqila.
Matanya yang sedari tadi mengarah pada toko-toko baju yang yang berderet sepanjang Mall seolah membuatnya ingin membeli baju-baju yang dipajang di patung pajangan itu, tapi apa daya gajinya menjadi seorang guru honorer harus dia pakai sebaik mungkin jangan menghambur-hamburkan uang harus irit.
Brrruuuuukkkkk.....
Aqila hampir terjatuh setelah menabrak seorang wanita paruh baya.
"Astaga, Nenek maaf-maaf, Nenek tidak apa-apa sini saya bantuin," seru Aqila dengan membawa Nenek itu duduk dikursi.
"Aduh kenapa aku harus nabrak Nenek-nenek sih, mampus pasti aku diomelin dasar Aqila kamu bego banget sih," batin Aqila yang merutuki kebodohannya sendiri.
"Maaf ya Nek aku ga sengaja, Nenek tidak apa-apa kan? mana yang sakit Nek, biar aku pijitin," tanya Aqila semanis mungkin.
"Tidak apa-apa Nak, nama kamu siapa cantik?" tanya Nenek itu.
"Nama aku Aqila Nek, maaf ya Nek tadi Aqila jalannya tidak hati-hati soalnya tadi Aqila lagi lihat-lihat baju yang dipajang disana," ucap Akila cengengesan.
"Nama yang cantik seperti orangnya, jangan panggil Nenek panggil saja Eyang Puteri," seru Nenek itu.
"Ah, Eyang bisa saja. Apa ada yang bisa Aqila bantu Eyang, sepertinya Eyang sedang kebingungan?" tanya Aqila.
"Kalau boleh, Eyang mau minta tolong."
"Boleh dong Eyang, selama Aqila mampu Aqila akan bantu, ngomong-ngomong apa yang bisa Akila bantu Eyang?" tanya Aqila dengan senyumannya yang terus mengembang.
"Bisa ga antarkan Eyang pulang?"
"Hah..."
"Eyang tadi datang kesini bersama cucu Eyang, tapi dia tadi izin ke toilet, Eyang mau menghubunginya tapi ponsel Eyang tidak bisa nyala," seru Eyang puteri dengan memperlihatkan ponselnya yang mati.
"Ya ampun itu namanya lowbat Eyang Sayang, mampus kamu Aqila, sekarang begomu sudah berkembang biak dengan pesat, nyesel kan aku sudah nawarin bantuan sama Eyang ini," batin Aqila yang saat ini sedang meringis.
"Maaf, rumah Eyang dimana ya?" tanya Aqila dengan senyum yang dipaksakan.
"Di Pondok Indah."
"Boleh kok Eyang, tapi Eyang bisa dibonceng naik motor ga? soalnya Aqila bawa motor?" seru Aqila.
"Aduh jangan naik motor Aqila, kaki Eyang suka kebas kalau gelantungan terlalu lama, apalagi pinggang Eyang juga suka encok, bagaimana kalau kita naik taxi saja," pinta Eyang puteri.
"Alamak, nah kan naik taxi bolak-balik ke Pondok Indah, habis sudah uang gajianku," batin Aqila.
"Ya sudah Eyang, mari Aqila antar," seru Aqila dengan pasrahnya.
Mereka berduapun mulai berjalan meninggalkan area pusat perbelanjaan tersebut.
"Apa aku saranin aja nyari cucunya, tapi itu gila masa iya aku harus keliling Mall sebesar ini, bisa-bisa malah aku yang encok, ya sudahlah selamat tinggal sisa gajianku," batin Aqila dengan lemasnya.
Tangan Eyang Puteri itu merangkul lengan Aqila, mereka berjalan menuju keluar Mall untuk mencari taxi, kalau orang lain yang melihat Aqila dan Eyang Puteri itu tidak akan menyangka kalau mereka orang asing yang baru saja bertemu.
Mereka tampak akrab mengobrol dan sesekali tertawa entah apa yang sedang dibicarakan, begitulah Aqila orangnya cepat akrab dengan siapapun. Selama perjalanan didalam taxi, Aqila dan Eyang Puteri asyik mengobrol.
"Aqila nama yang sangat bagus," seru Eyang Puteri.
"Terima kasih Eyang, itu nama pemberian almarhum Bapak Aqila."
"Bapak kamu sudah meninggal? maaf ya Eynag tidak tahu," seru Eyang Puteri.
"Tidak apa-apa Eyang, Aqila sudah biasa kok."
"Aqila sudah punya pacar belum?" tanya Eyang Puteri.
"Ah belum Eyang," sahut Aqila dengan tersenyum malu-malu.
"Sudah Eyang duga."
"Hah...maksud Eyang?" tanya Aqila.
"Iya Eyang sudah menduganya kalau kamu belum mempunyai pacar."
"Kelihatan banget ya Eyang kalau Aqila lagi jomlo? apa tampang Aqila tampak menyedihkan?" tanya Aqila dengan meringis kearah Eyang Puteri.
"Bukannya begitu, tadi Eyang lihat kamu belanja sendirian kalau kamu sudah punya pacar, pasti kamu akan ditemani belanja sama pacar kamu, iya kan?"
"Benar-benar Eyang pintar deh," puji Aqila.
"Oh iya, sepertinya kamu sudah bekerja ya memakai pakaian seperti ini?" tanya Eyang Puteri.
"Iya Eyang, Aqila seorang guru sekolah dasar tapi Aqila masih guru honorer dan rencananya tahun depan Aqila mau ikutan daftar CPNS."
"Wah hebat banget kamu."
"Enggak kok Eyang biasa saja, tapi lumayanlah Eyang itung-itung ngurangi beban Ibu."
"Pak, didepan ada rumah yang berpagar warna hitam no 31 nanti berhenti disana ya Pak," seru Eyang Puteri.
"Baik Nyonya."
Tidak lama kemudian sopir taxi itu pun menghentikan mobilnya didepan sebuah gerbang besar bercat hitam. Aqila hanya melongo melihat gerbang rumah Eyang Puteri, baru gerbangnya saja sudah membuat Aqila melongo apalagi dalamnya.
"Aqila mampir dulu yuk sebentar," ajak Eyang Puteri.
"Aduh ga usah Eyang, Aqila langsung pulang saja."
"Eeee..tidak bisa seperti itu, tidak baik lho nolak tawaran orang tua, mana ini sudah mulai gelap lagi tidak baik anak gadis pulang sendirian nanti biar Eyang suruh cucu Eyang yang mengantarkan kamu pulang," seru Eyang Puteri sembari menarik tangan Aqila.
Aqila hanya pasrah saat tangannya ditarik, melawan pun percuma.
Ternyata benar saja, Eyang yang baru saja Aqila kenal adalah orang kaya. Baru sampai halamannya saja Aqila sudah dimanjakan dengan tanaman hias yang asri dan indah.
Jangan ditanyakan garasinya, disana terparkir beberapa mobil mewah keluaran terbaru yang harganya sangat fantastis.
"Dasar cucu tidak tahu diri, ternyata dia sudah sampai duluan dirumah," gerutu Eyang Puteri.
"Ayo masuk Aqila, jangan sungkan-sungkan anggap saja rumah sendiri," seru Eyang Puteri.
Aqila memasuki bagian dalam rumah, disana Aqila dimanjakan dengan pemandangan yang sangat indah, sof empuk ukuran besar yang dilegkapi dengan karpet Turki sebagai alasnya, dan guci-guci besar yang terlihat mewah dan mahal berdiri rapi disudut-sudut rumah itu.
"Mari silakan duduk Nak, Bi tolong ambilkan minuman buat tamu saya," teriak Eyang Puteri.
Tidak lama kemudian sang asisten rumah tangga datang dengan membawa dua buah cangkir teh, Aqila tanpa ragu menyesap teh tersebut karena tenggorokan Aqila memang sudah terasa sangat kering.
Eyang Puteri dan Aqila kembali mengobrol hingga seketika terdengar suara langkah kaki menuruni anak tangga.
"Eyang, tadi Eyang kemana saja sih? Raffa sampai panik tidak menemukan Eyang di Mall, kirain Eyang hilang untung Raffa cek cctv security disana," seru Raffa dengan menghampiri Eyangnya.
"Gila, cucunya si Eyang tampan juga, ah tidak bukan tampan lagi tapi tampan banget ini mah," batin Aqila.
"Raffael, sini duduk kenalkan ini Aqila, Aqila ini gadis yang sudah menolong Eyang dan mengantarkan Eyang pulang," seru Eyang Puteri.
"Hallo, namaku Aqila," seru Akila dengan mengulurkan tangannya.
Raffael memperhatikan tangan Aqila, tapi Raffael tidak menghiraukannya, Raffael kemudian melihat kearah Eyang.
"Eyang, tolong jangan diulangi lagi ya, Raffa itu khawatir banget sama Eyang," seru Raffael.
Aqila yang merasa tidak diperdulikan akhirnya menarik kembali tangannya.
"Raffa kamu tidak boleh seperti itu, Aqila ini orang yang sudah menolong Eyang kalau tidak ada Aqila, Eyang tidak tahu apa yang akan terjadi sama Eyang," bentak Eyang Puteri.
"Maaf Eyang, sepertinya sudah malam Aqila pamit pulang dulu," seru Aqila yang mulai beranjak dari duduknya.
"Lho jangan pulang dulu, kita makan malam bersama dulu yuk," tawar Eyang Puteri.
"Tidak usah Eyang, takut Ibu nungguin Aqila kalau begitu Aqila pamit pulang dulu."
Aqila pun melangkah menghampiri Eyang Puteri dan Aqila mencium punggung tangan Eyang Puteri.
"Tunggu Aqila, biarkan Raffa yang antarkan kamu pulang," seru Eyang Puteri.
"Tidak usah Eyang, Aqila bisa naik taxi."
"Tuh kan Eyang dengar sendiri, wanita itu pulangnya naik taxi, lagipula Raffa males nganterin dia," sahut Raffa dengan ketusnya.
"Aqila pulang dulu Eyang, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Aqila pun langsung melangkahkan kakinya meninggalkan rumah mewah nan megah itu. Hatinya begitu dongkol mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Raffa.
"Sombong banget tuh orang, mentang-mentang orang kaya, aku nyesel tadi sudah muji-muji dia," gerutu Aqila.
Saat ini Aqila sedang berdiri didepan gerbang rumah Eyang Puteri menunggu kedatangan taxi online yang sudah dipesannya. Aqila begitu merasa kelelahan disandarkannya tubuhnya ke tembok rumah itu.
"Keterlaluan banget kamu Raffa membiarkan anak gadis pulang sendirian malam-malam, Aqila itu gadis yang baik dia sudah menolong Eyang, apa salahnya kamu antarkan dia pulang," bentak Eyang Puteri.
"Eyang please jangan marah-marah nanti jantung Eyang kumat lagi," seru Raffa merasa sangat khawatir.
"Sudah kamu jangan pedulikan Eyang lagi," sahut Eyang Puteri merajuk dan mendudukan tubuhnya diatas sofa sembari memijat pelepisnya.
Raffael sangat tidak bisa melihat Eyangnya marah, akhirnya dengan cepat Raffael mengambil kunci mobil yang ada diatas meja.
"Ok, Raffa akan mengantarkan wanita itu pulang," ucap Raffa.
Raffa pun melangkahkan kakinya keluar dari rumah itu, sementara Eyang Puteri tampak mengembangkan senyumannya.
Sedangkan diluar sana Aqila yang sedang menunggu taxi akhirnya tersenyum sumringah, lantaran taxi yang ditunggu-tunggu datang juga.
Disaat Aqila ingin membuka pintu mobil itu, dengan cepat seseorang menutupnya kembali dengan kasar.
"Maaf Pak tidak jadi naik taxi, ini uang ganti ruginya," seru Raffa.
Taxi itu pun mengucapkan terima kasih dan pergi meninggalkan Aqila yang saat ini terdiam mencerna kata-kata Raffa.
"Maksud kamu apa nyuruh taxi itu pergi, lalu aku harus pulang naik apa?" bentak Aqila yang tidak sadar sudah meninggikan suaranya.
Raffa tidak mendengarkan ocehan Aqila, dia masuk kembali dan menyalakan mobilnya.
"Ayo cepetan masuk," teriak Raffa dengan ketusnya.
"Tadi katanya ga mau ngaterin?" seru Aqila tak kalah ketusnya.
"Cepetan masuk sebelum aku berubah pikiran lagi," seru Raffa dengan dinginnya.
Mau tidak mau akhirnya Aqila pun masuk kedalam mobil Raffa, tidak ada pembicaraan selama dalam perjalanan hanya keheningan yang terjadi.
"Antarkan aku ke Mall tadi saja, soalnya motor aku masih ada disana," seru Aqila.
Tidak ada jawaban dari Raffa, dia hanya fokus menyetir mobilnya hingga tidak lama kemudian mobil Raffa pun sampai disebuah Mall yang ia datangi tadi sore bersama Eyangnya," jelas Aqila.
"Terima kasih....?
"Hmm...."
Setelah Akila turun, Raffa langsung menancabkan gasnya dan pergi meninggalkan Aqila.
"Ih nyebelin banget sih tuh orang?" gumam Aqila.
Aqila pun langsung menuju parkiran dan mengambil motornya, untung saja belum terlalu malam sehingga jalanan masih ramai.
📚
📚
📚
📚
📚
Hai..hai..bertemu lagi dengan Author yang kece badai dengan karya terbaru Author, semoga kalian suka dengan karya terbaruku kali ini, jangan lupa dukungannya ya🙏🙏🤗🤗
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Hanum Mustika Biantari
aku lebih suka visual..Muhammad Fathir Thor...adem ayemmm..😁
2023-01-23
1
Yani Agustina
visual raffa kurang greget...katanya sifatnya dingin dan kejam,tp wajahnya imut begitu
2023-01-21
1
Goesmalla Thee_wii 🐈💕
Tadi Citra, sekarang Akila
🙈🙈🙈
mba author ku cayang Aqila bukan Akila 🤭🤭
2023-01-12
1