Tragedi menimpa Kenanga, dia yang akan ikut suaminya ke kota setelah menikah, justru mengalami kejadian mengerikan.
Kenanga mengalami pelecehan yang di lakukan tujuh orang di sebuah air terjun kampung yang bernama kampung Dara.
Setelah di lecehkan, dia di buang begitu saja ke dalam air terjun dalam keadaan sekarat bersama suaminya yang juga di tusuk di tempat itu, hingga sosoknya terus muncul untuk menuntut balas kepada para pelaku di kampung itu.
Mampukah sosok Kenanga membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengatur ulang siasat
"Akkhh! Dasar jin sialan! Berani kamu membangkang padaku Gama!" bentak Jumadi saat tubuhnya tersungkur setelah di dorong sosok Gama.
"Aku tidak mau jadi budakmu lagi, lagipula aku sekarang adalah milik tuan Wisnu, tugasku hanya melindungi tuan Wisnu, dan Anda tuan Wisnu, katakan kalau anda membebaskan saya" jawab Gama menepuk bahu Wisnu yang tiba tiba saja langsung terhipnotis.
"Tidak! Wisnu jangan katakan apapun bohhhhmmffff...!" teriak Jumadi tapi tidak bisa di dengar Wisnu karena mulutnya sudah di bekap Sahara.
"Diam ih, jangan ganggu orang, eh jin yang mau bebas!" bentak Sahara
"Katakan tuan, dan sebagai gantinya aku akan memberikan sosok Kenanga dalam penglihatan mu" ucap Gama
"Baiklah, aku.. Aku Wisnu Rajasa, dengan ikhlas melepaskan Gama sebagai jin pelindung ku dan dengan mengalirnya darah ini, itu artinya ikatan kami sudah berakhir" ucap Wisnu dengan tatapan kosong.
Tangannya terulur untuk menggigit ujung telunjuknya yang menandakan sebuah tanda, dan mengoleskan itu pada kalung yang dia pakai. Seketika itu juga, kalung itu mulai retak dan perlahan mulai hancur berkeping keping.
Pyar.
"Wisnu bodoh! Kamu akan kehilangan Kenanga selamanya dan aku tidak bisa mengambil ilmu putih milik Putri!" teriak Jumadi
"Sekarang Kenanga!" ucap Raksa karena Gama sudah bergabung dengan mereka untuk mencabut paku Suketi.
"Tidak akan aku biarkan kalian lolos dengan mudah, akan aku buat kalian semua mati di tempat ini, jika aku tidak bisa mendapatkan ilmu itu, kalian juga tidak akan bisa mengambil Kenanga juga Putri kembali.
"Apa yang akan dia lakukan?" tanya Sahara saat melihat Jumadi memejamkan matanya dan merapalkan Mantra yang membuat asap hitam itu hilang tapi berubah dengan asap merah yang membuat ruangan itu yang tadinya dingin karena energi Sahara jadi terasa panas.
"Bahaya, dia akan mengerahkan seluruh jin miliknya untuk membakar hangus rumah ini" ucap Raksa membuat Sigit yang sudah ada di luar pintu kamar Kenanga terkejut.
"Sigit, bawa kedua orang tua kamu keluar dari sini, rumah ini tidak bisa di selamatkan lagi, ini juga adalah bagian dari rencana kita kan" ucap Dimas menepuk pundak Sigit
"Tapi kak..."
"Demi Kenanga" ucap Dimas dan tanpa ragu Sigit menuntun Wisnu keluar dari rumah itu masih dalam keadaan terhipnotis, dan kembali untuk menggendong Dasih dan juga Surti agar tidak berada di dalam rumah.
"Hhhrrrrr.... Krak. Krak"
Atap rumah Wisnu tiba tiba saja di penuhi makluk Makhluk taklukan Jumadi, mereka menyerang rumah itu agar hancur terbakar, tak hanya menghantam rumah itu dengan energi milik mereka, mereka juga mengirimkan teluh banas pati untuk Kenanga yang sedang berusaha keluar dari raga Putri, tapi masih terhalang paku Suketi yang belum tercabut sepenuhnya.
"Bertahan Kenanga, sedikit lagi, aku bersamamu dan kita akan pergi dari sini" bujuk Sigit
Brak.
"Akhh"
Tubuh Sigit terpental saat dia berusaha membantu Kenanga, tapi tubuhnya yang hampir membentur dinding segera di tangkap Dimas dengan mudah dan di minta untuk diam di belakang Dimas.
"A'udzubillaahiminasyaitaanirrajiim"
Jika Jumadi membacakan sesuatu untuk menggagalkan usaha Kenanga, maka Dimas menyentuh ubun ubun Jumadi dan membacakan ayat ayat rukiyah padanya yang secara otomatis membuat mantra Jumadi berbenturan dengan efek dari ayat yang di bacakan Dimas.
"Aakhhhhh!"
"Ampuni kami Algojo! Kami memohon ampun!"
"Pergi, pergi sejauh mungkin sebelum tubuh kita hancur jadi abu!"
"Aaaaaaaa"
Dhuar. Dhuar. Dhuar.
Terdengar suara ledakan dari luar tapi tidak bisa di dengar oleh telinga manusia biasa, dan semua itu adalah ulah dari Argadana dan Anggadana yang sedang memusnahkan para jin yang sedang mengacau di rumah Wisnu yang sudah mulai terbakar dari arah atas.
"Sekarang Sahara, tarik lagi paku itu, bawa Kenanga, biar aku yang mengurus Suketi dan dukun licik ini" ucap Raksa
"Kenanga pegang tanganku, Gama pegang tubuh Putri, dalam satu kali tarikan aku akan mencabut paku ini, bawa pergi jasad Putri sejauh mungkin jangan sampai ada di dekat Kenanga lagi" ucap Sahara yang hanya bisa di dengar oleh Kenanga dan Gama.
"Baik" jawab keduanya mulai bersiap
"Bismillahirrahmanirrahim, Suketi, aku ratu dari kerajaan Gandradana memerintahkan kamu untuk lepas, kamu adalah benalu dan aku sebagai ratu menggunakan kedudukanku untuk memerintahkan semua jin di bawahku untuk tunduk!" perintah Sahara yang sekarang sudah berubah wujud ke wujud marahnya.
"Tidak... Tidak, kamu tidak bisa menggunakan kedudukan kamu untuk menundukkan aku, aku jin bebas dan aku tidak terikat dengan bangsa jin manapun!" kesal Suketi yang mulai terlepas dari kepala Kenanga
"Perintahku mutlak, aku ratu dan kerajaan suamiku juga meliputi tanah ini, ini adalah wilayah taklukan Gandradana dan kamu ada dalam wilayahku, maka, tunduklah Suketi si paku emas!" jawab Sahara membuat Sigit merinding karena sekarang rumah yang sudah di kelilingi api itu di penuhi dengan para pasukan genderuwo milik Gandra.
Para pasukan itu datang setelah di perintahkan Gandra yang merasakan energi anak anaknya yang sedang meminta tolong karena Sahara kesulitan melepaskan paku Suketi.
"lepaslah!"
"Aaarrrgghhhhh aku tidak rela jadi taklukan jin rendah sepertimu!" teriak Suketi yang sudah terlepas sepenuhnya.
Gama langsung menarik jasad Putri yang sudah terkulai dan pergi menembus kobaran api dengan cara membungkus jasad Putri menggunakan selendang yang di berikan Sahara sebelumnya agar jasad Putri tidak terbakar.
Sahara kembali ke sosok aslinya dan membawa Kenanga ke rumah miliknya bersama Sigit yang Sahara tarik untuk ikut juga, di bungkus rambut Sahara agar dia tidak terbakar juga. Dia juga di ikuti para pasukan Genderuwo yang akan melindungi rumah Kenanga.
Dan tinggallah di dalam rumah itu, Jumadi, Dimas dan juga Raksa, karena Suketi terkunci di dalam paku emas yang di tinggalkan Kenanga begitu saja karena kesal di katai jin rendahan.
"Hentikan Jumadi, mantra kamu itu sudah tidak berguna lagi, semuanya sudah pergi, hanya tinggal kita" ucap Dimas yang sudah selesai membacakan ayat ayat rukiyah pada Jumadi, Dimas berdiri di depan Jumadi yang masih setia menutup matanya.
"Tidak, tidak mungkin aku kalah! pasukan jin milik ku begitu banyak, mereka juga kuat tidak mungkin kalah dari pasukan genderuwo yang hanya sedikit" batin Jumadi
"Itu karena mereka tidak menggunakan seluruh kekuatan mereka Jumadi, mereka tersegel dan otomatis kekuatan mereka juga terbatas, Berbeda saat jin jin itu dalam keadaan bebas" jawab Dimas
"Kamu... Bisa mendengar isi pikiranku?" kaget Jumadi
"Tak hanya isi pikiranmu, tapi juga ragamu yang sudah rusak dari dalam" Jawab Dimas
"Hahaha... Setidaknya aku tidak mati sendiri, aku juga sudah membunuhmu secara tidak langsung, lihat kobaran api ini, kamu tidak akan bisa keluar" sinis Jumadi
"Uhuk.. Uhuk.."
Darah mulai keluar dari mulut Jumadi yang sekarang seluruh ilmunya sudah lenyap, jinnya lenyap dan semua kuasanya juga lenyap dalam kobaran api itu.
"Aku akan berbaik hati padamu, bertaubatlah karena semua manusia bisa memiliki kesempatan kedua" ucap Dimas
"Aku tidak mau, aku tidak akan bertaubat karena aku memang penghuni neraka" Jawab Jumadi yang sudah terlihat lemah karena menghirup banyak asap.
kenanga tutut blasa mu aq mah hayok
menarik di awal bab