Novel Noda Merah Pernikahan adalah webseries Novel Pertama yang tayang di Genflix dengan judul "Cinta Albirru" yang dibintangi oleh Michelle Joan dan Kiki Farel.
Zeya gadis yatim piatu yang terpaksa karena keadaan membuat dirinya terjun ke dunia hitam menjadi seorang wanita penghibur.
Suatu hari tanpa di duga ia bertemu dengan seorang pria yang bernama Albirru anak seorang ustad.
Tak lama berkenalan Albirru mengajak Zeya menikah, Zeya yang memang ingin bebas dari dunia hitam menerima tawaran Albirru untuk menikah dengannya walaupun hanya secara siri.
Belum genap setahun pernikahan mereka, Zeya harus menerima kenyataan jika suami yang ia harap dapat membimbingnya menjadi wanita yang lebih baik ternyata telah menikah lagi dengan jodoh dari kedua orang tuanya.
Apakah yang akan Zeya lakukan. Apakah ia bisa menerima pernikahan suaminya.
Siapkan sapu tangan dan tisu. Novel ini akan banyak menguras air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Persiapan Melahirkan
Zeya baru saja sampai di hotel. Ia akan menginap hingga tiba saatnya melahirkan. Zeya akan melahirkan dengan cara caesar.
Menurut tante Febby ini lebih baik mengingat ia mengandung bayi kembar dan pernah mengalami keguguran.
Sebagian besar proses persalinan bayi kembar dilakukan dengan operasi caesar. Hal ini karena meski kepala bayi berada di bawah dan bayi pertama dapat lahir secara normal, bayi kedua biasanya akan mengalami kesulitan untuk juga dilahirkan secara normal. Dan ini juga dilakukan untuk menghindari komplikasi.
Zeya mengambil kartu ponsel lamanya dan memasukan ke ponsel. Ia mengirim pesan buat Albirru.
Mas Albirru, apakabar? Semoga mas dan Zahra sehat. Selama ini hubungan kita baik-baik saja, selalu memberi dan menerima. Sampai akhirnya kamu hanya menerima tanpa mau memberi apa-apa dalam hubungan ini. Meski menyakitkan, lebih baik merasakan sakit hati dari perpisahan ketimbang karena memaklumi kebohonganmu. Aku melilih pergi. Maafkan aku yang pergi tanpa pamit. Aku menunggu kata talak darimu. (Zeya)
Setelah mengirim pesan, Zeya kembali mengganti kartu ponselnya. Ia mengambil wudhu dan mengerjakan solat.
Tadi siang ia telah memeriksa kandungannya. Tante Febby menganjurkan operasi besok siang dilaksanakan.
Sebenarnya Zeya sedikit merasa gugup. Ia harus berjuang melahirkan bayinya tanpa dampingan suami. Tapi ia harus kuat karena ia adalah pilihannya.
Ketika Zeya akan membaringkan tubuhnya, ia mendengar suara ketukan di pintu kamar.
Zeya berjalan pelan, membuka pintu. Tampak Azril berdiri dengan sekotak kue.
"Mas, kenapa masih di sini? Mas tak istirahat? Dari siang udah menemani aku."
"Mas cuma ingin mengantar ini buat kamu." Azril memberikan bungkusan ditangannya pada Zeya.
"Apa ini, mas?"
"Ini kue, buat kamu ngemil."
"Aku udah kenyang. Kue yang mas belikan siang tadi aja masih banyak."
"Nggak apa. Kapan kamu makan aja. Aku cuma ingin ingatkan kamu, jangan takut dan cemas. Tante Febby pasti akan melakukan yang tetbaik saat operasi besok."
"Iya, mas."
"Aku ke kamar. Kamu istirahat. Jangan banyak pikiran."
"Terima kasih, mas."
Azril kembali menuju kamarnya. Ia juga menginap di hotel ini. Besok pagi-pagi ia akan menjemput maminya.
Mami Azril akan menemani Zeya bersalin. Ia telah diizinkan tante Febby masuk ke ruang operasi sebagai pendamping Zeya melahirkan.
................
Di tempat lain, Albirru yang akan tidur mendengar pesan dari ponselnya. Ia kaget melihat nama Zeya sebagai pengirim pesan.
Albirru langsung membaca isi pesan yang dikirim Zeya. Setelah membacanya, Albirru mencoba menghubungi Zeya, tapi ponselnya sudah tidak aktif lagi.
Albirru tampak gelisah di dalam kamar. Zahra yang menyadari itu langsung bertanya.
"Ada apa, mas. Kenapa mas tampak gelisah."
"Ada pesan masuk dari nomor ponsel yang dulu pernah Zeya gunakan."
"Apa mas yakin nomor itu masih digunakan mbak Zeya."
"Aku yakin sekali. Coba kamu baca pesan ini." Albirru mmberikan ponselnya pada Zahra.
"Dimanakah selama ini mbak Zeya. Kenapa ia tak ingin pulang. Apakah ia begitu kecewanya pada kita."
"Itu yang selalu mas pikirkan. Apa yang menyebabkan ia begitu marah."
"Coba mas ingat hari dimana mbak Zeya pergi. Kira-kira apa yang membuat mbak Zeya begitu kecewanya pada mas dan memutuskan pergi."
"Dua malam sebelum Zeya pergi kami memang sempat bertengkar, saat hari hujan dan kamu ketakutan sendiri di rumah karena bibi izin pulang kampung. Zeya protes karena waktuku lebih banyak bersamamu. Aku meminta pengertian darinya. Tapi kayanya ia memang marah dan tak menghiraukan kata-kataku. Ia sempat minta pisah. Tetapi esoknya saat mas pulang kerja pulang ke kontrakan, ia udah meminta maaf. Dan kami mengobrol seperti biasa."
"Apa karena aku meminta mas datang saat hujan itu yang membuat mbak Zeya marah dan kecewa? Memang tak seharusnya aku egois, minta mas menemani aku. Padahal itu waktunya mbak Zeya."
"Jangan menyalahkan diri sendiri. Biasanya juga Zeya memakluminya."
"Jika bukan karena itu, apa penyebabnya?"
"Mas ingat, malam itu ia mengatakan akan memberi kabar baik. Tapi mas tak sempat mendengarnya karena bibi yang menghubungi mas saat kamu terjatuh dari kamar mandi. Sebenarnya apa yang akan Zeya katakan saat itu?"
"Apakah mbak Zeya marah karena merasa mas selalu saja mengabaikan dirinya karena aku. Sudah jelas kepergian mbak Zeya penyebabnya aku." Zahra tampak mulai terisak.
"Sudahlah, jangan berpikiran begitu. Doakan saja kita masih bisa bertemu Zeya kembali."
"Sudah tujuh bulan sejak kepergian Mbak Zeya, tapi tak ada kabar tentang keberadaannya. Pastilah ia sangat marah pada kita, mas."
"Zeya minta aku menjatuhkan talak."
"Jangan, mas. Aku akan merasa bersalah seumur hidupku jika mas dan mbak Zeya pisah karena kehadiranku. Kalaupun harus berpisah, itu bukan mbak Zeya, tapi aku. Aku yang menjadi orang ketiga dalam rumah tangga mas."
"Besok kita akan mencari keberadaan Zeya, mas telah meminta seseorang melacak dimana posisinya saat mengirim pesan ini."
"Semoga berhasil mas. Aku boleh ikut saat mas mencoba mendatanginya."
"Tentu saja. Sekarang lebih baik kita tidur. Teman mas itu sedang melacak dimana posisinya Zeya."
Albirru mengajak Zahra untuk membaringkan tubuhnya. Albirru memeluk istrinya itu.
.................
Pagi harinya Albirru mendapatkan pesan dari temannya. Ia mengirimkan data dimana posisi Zeya berada saat mengirimkan pesan untuk dirinya.
Albirru dan Zahra segera menuju kota dimana kemungkinan Zeya berada.
Sementara itu Zeya yang bangun tidur dibawa sarapan bersama di restoran hotel itu.
"Mas, mau jemput mami setelah sarapan."
"Iya, mami ingin menemani kamu di ruang operasi."
"Hati-hati. Jangan ngebut."
"Kamu mau menunggu di hotel atau di klinik tante Febby aja."
"Aku menunggu di hotel saja mas."
"Baiklah, tapi nanti kalau kamu bosan dan ingin ke klinik duluan. Kamu pesan aja taksi. Semua keperluan kamu mas bawakan aja dulu ke klinik tante Febby."
"Baiklah, mas. Mas kemarin aku sudah mengirim pesan untuk mas Albirru. Aku meminta ia jatuhkan saja talak untukku."
"Kamu mengirim pesan di mana."
"Ya di sini. Tadi malam."
"Astaga, Zeya. Pasti Albirru sedang menuju ke sini."
"Maksud mas, apa?"
"Ia bisa melacaknya dari pesan yang kamu kirim. Sekarang sebaiknya kamu langsung saja ke klinik tante Febby."
"Mas Albirru tak akan mungkin mencariku."
"Bagaimanapun, kamu harus tetap meninggalkan hotel ini."
Untung saja kemarin cek in menggunakan KTP aku. Ia tak akan mengenal namaku.
Setelah sarapan Azril mengajak Zeya segera meninggalkan hotel.
Dengan tergesa Azril memasukkan semua barang milik Zeya yang dibawanya untuk persiapan melahirkan.
Ketika mereka akan meninggalkan hotel, Zeya melihat mobil yang biasa Albirru gunakan. Ia melihat saat Albirru dan Zahra turun dari mobil.
Tanpa sadar air mata Zeya jatuh membasahi pipinya. Ia melihat Zahra yang berjalan sambil menggandeng Albirru.
"Mas, cepatlah jalan. Aku melihat mas Albirru," gumam Zeya.
"Kamu melihatnya."
"Ya, baru saja masuk ke hotel."
Mendengar ucapan Zeya, Azril segera melajukan mobilnya meninggalkan hotel.
Mas Albirru, aku semakin sadar jika kehadiranku hanyalah sebagai bayangan bagimu. Kau tak pernah menganggap aku penting. Kamu telah bahagia bersama Zahra Aku juga telah mengikhlaskan semuanya. Terima kasih karena kamu telah mengajarkan aku jatuh cinta, keikhlasan dan kesabaran. Tapi kamu lupa mengajarkan aku bagaimana mengucapkan perpisahan.
Bersambung.
*******************
Terima kasih