NovelToon NovelToon
Ranjang Tuan Lumpuh

Ranjang Tuan Lumpuh

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Romansa-Solidifikasi tingkat sosial / Romansa
Popularitas:62.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: KAY_21

Buat yang gak suka gerah, harap melipir!
Bukan bacaan untuk anak yang belum cukup umur.

Ketika Aishe didorong ke laut oleh Farhan tunangan tercintanya, semua rasa cinta berubah menjadi tekad untuk membunuhnya.
Aishe tidak pernah berpikir bahwa Farhan hanya mencintai uangnya, dan tega berselingkuh bahkan mendorongnya ke laut.

Ketika ombak menelan tubuh Aishe, dirinya berpikir akan mati, namun keberuntungan berpihak padanya. Aishe terdampar di sebuah pulau kosong selama 59 hari hingga suatu hari dia diselamatkan oleh Diego, seorang pengusaha yang tampan namun lumpuh.

Dengan kekuatan dan kekayaan Diego, Aishe memiliki identitas baru dan wajah baru, dia bahkan menjadi sekretaris pribadi Diego. Diego, pria yang kaya dan berkuasalah yang dapat membantunya membalas dendam pada Farhan.
Setelah balas dendam selesai, senyuman menyeramkan muncul di wajah Diego, yang membuat jantung Aishe berdegup kencang menunggu kalimat selanjutnya.
"Sekarang giliranmu untuk membalas budi padaku."
Aishe menatap pria yang mendekat di depannya, dalam hati dia berkata, "Lolos dari mulut buaya, malah masuk ke mulut singa."

Ini bukan novel garis lurus yang bisa diambil banyak pelajarannya. Jadi kalian bisa berhenti jika alir terasa berputar-putar, membosankan, jelek dan yang lain.
Silakan kembali tanpa meninggalkan kesan buru di komentar.

Selamat membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KAY_21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Banyak ragam hidangan ala Turki yang bisa di buat Aishe. Gadis itu, telah mempelajari cara memasak sejak usia 6 tahun. Dimulai dengan makanan dengan, roti, hingga hidangan utama. Aishe sangat mahir. 

Roti pide, menjadi salah satu sajian yang kali ini akan dia buat. Roti dengan pinggiran renyah, dipanggang dengan suhu 225 derajat, serta olahan daging di dalamnya yang gurih dan manis. Tidak hanya itu, dia juga membuat ayam roaster serta salad sayur yang terlihat menggoda.

Jamuan makan malam tak kira tercium hingga ke dalam kamar Diego, dan membuat pria itu pergi ke dapur untuk melihat Aishe.

"Ah, Tuan." Aishe terkejut saat berbalik ke belakang, dan melihat Diego sudah berada di meja makan. "Saya baru saja ingin memanggil Anda."

"Gak perlu." Diego terdengar tegas.

"Apa yang Anda ingin makan?" Aishe mengambil piring dan perlengkapannya. "Saya akan mengambilkan untuk Anda."

"Salad …."

Salad saja? 

"Anda tidak suka masakan saya? Apa yang Anda inginkan, saya bisa memasaknya lagi." 

"Gak perlu! Berikan itu padaku," bentak Diego.

Aishe tidak punya kuasa untuk memaksanya, karena bagaimanapun, lelaki itu adalah bos, dan juga penyelamatnya.

"Besok masak sayur. Aku gak mau ada daging, atau ayam di atas meja." Diego fokus menyantap salad.

"Ba-baik." Dia mengangguk patuh tanpa banyak bertanya.

Diego masih menikmati salad buatan Aishe, sedangkan Aishe masih berdiri tak jauh dari meja makan. Tiba-tiba saja, satu pertanyaan Diego membuat Aishe sedikit kaget. 

"Kenapa kau tidak meminta bantuan keluargamu?"

Pertanyaan Diego terlihat sederhana, tetapi cukup berat bagi Aishe untuk memberikan penjelasan yang memuaskan.

"Ayah meninggal saat saya berumur satu bulan, dan ibu saya meninggal saat saya berusia 11 tahun." Aishe tertunduk, mengingat beberapa kepingan masa lalu yang tidak sengaja terhambur keluar. 

"Saya juga, mempunyai kekuatan aneh yang membuat seluruh keluarga dari pihak ayah atau ibu tidak menghiraukan saya."

Perkataan Aishe membuat Diego bertanya-tanya. Kekuatan apa yang dia maksud? Jelas-jelas saat bertemu di terlihat putus asa dan rapuh.

"Kekuatan apa itu?" ucap Diego yang memutuskan untuk bertanya.

"Saya menjadi transparan di hadapan mereka." Aishe tersenyum memandangi Diego. Pria yang juga memandang Aishe, jelas tahu bahwa senyumannya terlihat getir. 

"Tuan, sebenarnya tanpa saya katakan, koneksi yang Anda punya seharusnya cukup mampu untuk mencari tahu keluarga saya. Bukankah begitu?"

Raut wajah Diego nampak kesal. Ia mengusap mulutnya dengan lap dan membuangnya ke atas meja. Lalu, pergi dengan sendirinya. Aishe mencoba membantu mendorong kursi roda, tetapi tangannya ditepis begitu saja.

Dua minggu berlalu terasa begitu cepat. Luka di wajah Aishe pun perlahan memudar berkat masker alami yang dia buat, dipandu langsung oleh Google. Waktu taruhannya pun sudah hampir tiba, dan tidak ada waktu lagi untuknya berlama-lama.

Setelah memastikan beberapa hal. Aishe mencoba meminta izin kepada Diego, untuk beberapa urusan di luar.

"Mau kemana?"

"Ada beberapa barang penting yang harus saya ambil di Apartemen lama." 

Diego terlihat menghela napas panjang, lalu memanggil Ashan dan menyuruhnya menemani Aishe. Gadis itu sempat menolak dan ingin pergi sendiri. Namun karena Diego memberinya peringatan, dia pun hanya bisa patuh.

Karakoy, daerah tepi pelabuhan yang cukup trendy. Bangunan era Ottoman, yang dihiasi seni jalanan berisi studio dan butik. Di Karakoy, juga berdiri sebuah kompleks Kilic Ali Pasa, yang sudah berdiri sejak abad ke-16, mencangkup masjid bersejarah dan pemandian air panas.

Mobil yang mereka naiki telah berada di daerah Karakoy, dan sedang melaju ke Baylosuites apartemen. Apartemen mewah dengan desain ala Ottoman, terletak di dekat menara Galata. Tergolong apartemen dengan fasilitas lengkap dan cocok untuk tempat tinggal dengan harga yang relatif murah.

"Apa yang ingin Anda lakukan, Nona?" tanya Ashan yang baru saya menarik tuas rem.

"Aku perlu mengambil sesuatu."

Ashan menoleh ke belakang, memandang Aishe yang sejak tadi duduk dengan manis di kursi baris belakang. "Nona, saya ditugaskan untuk menjamin keselamatan Anda."

Aishe menghela napas panjang, kemudian memberitahu Ashan tentang rencananya. 

"Beritahu saya lokasinya! Saya akan masuk dan mengambilkan barang Anda."

"Ta-tapi …."

"Nona, Baylosuite bukan apartemen murah tanpa pengamanan yang ketat. Anda sudah sepakat dengan Tuan Diego tentang identitas Anda. Jika tertangkap …."

"Baik, baik," sela Aishe, kemudian mulai menjelaskan sebuah tempat kepada Ashan.

Ashan pun pergi setelah itu, dan segera menyelesaikan salah satu tugas dari Aishe. Masuk ke dalam apartemen yang ditinggali Aishe dan tunangannya dulu untuk mencari selembar kertas yang katanya cukup penting.

Sepuluh menit berlalu … dua puluh … tiga puluh, dan waktu hampir berlalu satu jam. Namun Ashan belum juga keluar, membuat rasa cemas Aishe menjadi-jadi.

Hari senin di akhir bulan, seharusnya Farhan sedang lembur di kantor. Tapi yang aku cemaskan bukan itu. Aku khawatir Farhan sudah merubah posisinya.

Rencana terkadang tidak sepenuhnya mendapat dukungan alam. Persis dengan yang terjadi pada saat ini. Aishe telah memprediksi semuanya, tetapi sepertinya Tuhan tidak berada di pihaknya.

Aishe melihat Farhan berjalan keluar dari mobil, lebih cepat dari jadwalnya yang seharusnya. Kepulangan Farhan jelas membuat Aishe panik dan mencoba keluar dari mobil untuk menjemput Ashan. 

Namun, belum sempat ia membuka pintu mobilnya lebar-lebar. Ashan terlihat keluar dari pintu lobi sambil membetulkan jaketnya. Melihat Ashen kembali, Aishe menjadi lega.

"Saya mendapatkannya, Nona." Ashen memberi selembar kertas pada Aishe. 

Menerima secarik kertas dari Ashen membuat senyum Aishe mengembang bebas. Tak khayal, hal itu membuat Ashen bertanya-tanya dalam hati.

"Tolong antarkan aku ke daerah Şişhane." Aishe memasukkan selembar kertas itu ke dalam saku celana.

Ashan tidak mau banyak bertanya, ia lebih memilih langsung mengantar Aishe dan kembali ke rumah untuk melapor. 

Sesampainya ke tempat tujuan yang diinginkan. Aishe buru-buru turun, diikuti oleh Ashan. Berjalan beberapa langkah melewati dua bangunan tinggi, hingga mereka sampai di sebuah tempat.

"Tuan, aku ingin mengambil ini." Aishe menyerahkan selembar kertas tadi kepada penjaga. 

"Baik, saya siapkan."

Tidak terlalu lama bagi penjaga toko untuk menyiapkan apa yang tertulis di kertas. Sampai akhirnya dia kembali dengan beberapa tumpuk kotak beludru berwarna hitam.

"Nona, barang Anda."

Setelah dilihat-lihat, tempat itu ternyata sebuah pegadaian terbesar di Karakoy. Rupanya, Aishe diam-diam memasukkan beberapa perhiasan di pegadaian untuk berjaga-jaga, dan rupanya itu cukup berguna.

Aishe pulang dengan membawa uang tunai hampir 50 ribu Lira, yang ia dapatkan dari hasil menjual perhiasannya. Bukan hanya itu, rupanya dia juga membawa beberapa barang seperti tas, baju dan kosmetik.

...☆TBC☆...

1
Supriyatijunaidi Wicaksono
Luar biasa
Supriyatijunaidi Wicaksono
Lumayan
Mustaotinah Utin
Luar biasa
Inonk_ordinary
ketauan dah abis anu kan semalem. ishe ishe,,bikin masalah aja,,udha tau lemah
Inonk_ordinary
ishe beban
Inonk_ordinary
mentang2 udah dpt pengakuan kom jd nglunjak ya,,ngrepotin tau gak si ishe ini
Sa Eril
kamar tidur nya luas banget
SUSANTI SUTISNA
cusss langsung baca akh kepo soal Elder 😘
SUSANTI SUTISNA
wooow fhanas2 🔥🔥🔥🥵🤪
SUSANTI SUTISNA
kereeeen novel ny...susah nebak ny. lovelovelove
Eliza
Luar biasa
Ntoonreaderlover
Brarti Mustafa dan Leyla lebih tua Leyla,, krn Deniz aja sbg adik Leyla msh tuaan Deniz drpd Mustafa
Triana Oktafiani
Keren sekali kak 👍
Gintania nia
Luar biasa
Ntoonreaderlover
Weh bang santai.. kalem.. Knp mengamuk hm???
Ntoonreaderlover
Ini msh byk yg blm faham wktu mrka gituan Diego lumpuh beneran apa gak.. Kalo dibaca dgn teliti Diego emang lumpuh trus wktu ngelakuinnya Aishe yg diatas tp dia yg ngendaliin Aishe.. Gamau trlalu ngejelasin ckup kalian baca ulang aja🙈
🄺🄷🄰 (Ig: Kaykha_kay): Diego said : Hayo tebak 😌
total 1 replies
Helen555613@gmail. com helen len
brand favorite
Hikari_민윤기
sama Kak, kek aQ yg bolak balik tanya mbah google karena bukan ahli perpondokan... 😭🤣
Sa Eril
cakep nya tiada tanding
Erick Guterez
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!