Sheina harus menelan pil pahit karena laki-laki yang dibencinya dari SMA tiba-tiba menuduhnya sebagai wanita malam, dan membuatnya kehilangan mahkota yang selalu dijaganya. Tak cukup sampai di situ, Sheina juga harus menghadapi kenyataan bahwa ia telah hamil tanpa suami.
Akankah laki-laki itu bisa meluluhkan hati Sheina yang sudah terlanjur membatu, demi anak mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itta Haruka07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TGM Bab 25
Sheina masih berpikir keras tentang apa yang Bara ucapkan. Pasalnya, selama mereka sekolah dulu, tidak ada tanda-tanda Bara menyukainya. Saat bertemu di sekolah, semua terlihat biasa saja, Bara tidak pernah menunjukkan cintanya.
Bara kembali melanjutkan ceritanya karena Sheina tak merespon apa pun, meski ia telah mengakui cintanya.
"Waktu itu, aku mabuk dan mau pulang. Lalu, dari kejauhan aku lihat kamu. Aku kangen banget sama kamu waktu itu. Ternyata, kamu lagi sama om-om di pinggir jalan. Kalian ketawa-ketawa, aku pikir kamu ... harusnya aku tanya baik-baik sama kamu, aku gegabah. Aku bodoh Shein."
"Kamu ngelempar uang ke tubuh aku Bar, kamu hina aku. Apa itu cara orang mencintai?"
Sheina masih tidak bisa mempercayai Bara begitu saja. Rasa sakit di hatinya sudah terlalu dalam dan mendarah daging.
"Aku salah, salah banget Shein. Aku terlalu emosi dan anggap kamu kayak gitu. Aku bahkan nggak tau kalau kamu masih." Bara mengembuskan napas perlahan dan melanjutkan ucapnya, "Kamu masih virgin."
Sheina melotot, bagaimana mungkin ia tidak bisa membedakan, padahal ia sendiri yang merobek mahkotanya malam itu.
"Jadi, kamu nggak minta maaf sama aku, karena kamu pikir aku bener-bener perempuan kayak gitu?"
"Nggak, Shein. Waktu itu aku bingung, harus mulai kayak gimana. Aku bingung banget Shein. Aku pikir, setelah kamu mandi dan tenang, kita bisa bicara baik-baik, tapi ternyata kamu malah kecewa sama sikap aku. Aku harus gimana biar kamu maafin aku Shein?"
Sheina diam. Otaknya mulai mencerna setiap kejadian yang diceritakan Bara. Saat pikirannya masih bergelut, antara ego dan hati nuraninya. Tiba-tiba Gabriel berlari ke arahnya.
"Mommy," teriak bocah itu dengan merentangkan tangannya.
Cepat-cepat Sheina menghapus air matanya. Jangan sampai putranya melihat ia menangis.
"Hei, Gabriel kok ke sini? Katanya mau lihat ikan?" tanya Sheina berusaha tersenyum, seolah ia tidak mengalami kesedihan sama sekali.
Bara melihat senyuman tulus di mata Sheina saat menatap putranya. Ia merasa semakin berdosa saat Sheina berusaha menyembunyikan rasa sedihnya dari Gabriel.
"Mommy nangis kan? Mommy kenapa nangis? Apa Daddy dan Nenek nyakitin Mommy?" Gabriel mengusap wajah Sheina.
"Nggak Sayang, Mommy nggak nangis kok. Gabriel main lagi ya sama Oma."
"Nggak mau, Biel mau di sini aja. Kalau nanti Daddy jahatin Mommy, Biel langsung tau telus malahin Daddy." Gabriel berdiri dengan bersedekap dada, matanya melirik tajam pada ayahnya yang duduk di seberang mommynya.
"Kata siapa Daddy jahatin mommy? Daddy nggak jahat kok." Sheina meraih putranya dan mendudukannya di pangkuan.
"Tadi Biel dengel Mommy. Daddy minta maaf ke Mommy, belalti kan Daddy jahat ke Mommy. Daddy nakal kayak Biel. Bikin Mommy malah, tapi Biel nggak pelnah bikin Mommy nangis 'kan? Bealti Daddy lebih nakal dali Biel."
Sheina terperangah mendengar ocehan Gabriel. Putranya itu sedang menyimpulkan sesuatu yang didengarnya dan Sheina tidak mau Gabriel membenci ayahnya karena itu.
"Gabriel, tadi Daddy minta maaf karena Daddy kerjanya lama dan baru pulang sekarang. Mommy nggak marah kok," kata Sheina mencoba memberi penjelasan pada putranya.
"Mommy selius?"
"Serius Sayang." Sheina mencium gemas putranya.
"Gabriel pinter banget sih ngomongnya." Nenek Bara mencubit gemas kedua pipi Gabriel.
"Kata Onty Keyla, Biel pintel kayak Onty Keyla."
Sheina menyunggingkan senyum karena ucapan Gabriel. Keyla memang sering mengatakan kalau Gabriel cerewet dan pintar seperti gadis itu.
"Mommy Mommy, Mommy malah sama Daddy, Biel tau. Mommy maafin Daddy ya, yang penting Daddy udah pulang."
Sheina mengangguk singkat. "Iya Sayang."
"Mommy bohong. Kalau Mommy maafin Daddy, kenapa duduknya jauhan?"
Sheina menatap Bara, lalu memberi kode pada laki-laki itu untuk mendekat. Dengan senang hati Bara mendekat dan duduk di sebelah Sheina.
"Udah nih, daddy duduk sebelah Mommy," kata Bara sembari mencium gemas putranya.
"Masih nggak pelcaya."
Nenek Arini mencoba menahan tawanya. Sheina merasa canggung bersebelahan dengan Bara.
"Kalau Mommy udah maafin Daddy, Mommy cium Daddy kayak Mommy cium Biel pas udah maafin Biel."
Sheina dan Bara saling melirik, sedangkan Gabriel menatap curiga pada kedua orang tuanya.
🥀🥀🥀
Selamat siang, maaf mood lagi nggak begitu baik 🥲 Insya Allah tetap up 5 bab. Doakan kuat ya gaess 🥳🥳 Jangan lupa ritual jejaknya 🥰
...****************...
bjirr ngakak/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/