Bagaimana jika di hari pernikahan setelah sah menjadi suami istri, kamu ditinggal oleh suamimu ke luar negeri. Dan suamimu berjanji akan kembali hanya untukmu. Tapi ternyata, setelah pulang dari luar negeri, suamimu malah pulang membawa wanita lain.
Hancur sudah pasti, itulah yang dirasakan oleh Luna saat mendapati ternyata suaminya menikah lagi dengan wanita lain di luar negeri.
Apakah Luna akan bertahan dengan pernikahannya? Atau dia akan melepaskan pernikahan yang tidak sehat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekalahan Saras
Saras melangkah keluar dari perusahaan dengan langkah gontai. Air mata membasahi pipinya yang kini terlihat kusut dan berantakan. Dia tidak menyangka akan berakhir seperti ini. Dia yang selalu merasa lebih baik dari siapa pun, kini dipecat dengan tidak hormat karena kebodohannya sendiri. Di sisi lain, Rafi masih harus melanjutkan pekerjaannya. Dia tidak ingin membiarkan Saras pulang sendiri, tapi dia juga tidak bisa meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja.
Dengan sisa harga diri yang ada, Saras memesan taksi online dan langsung menuju ke apartemen miliknya. Apartemen itu dia beli dengan uang hasil korupsi. Setiap sudutnya menyimpan rahasia busuknya. Begitu masuk, dia langsung ambruk di sofa, dan menangis meraung-raung.
"Tidak! Tidak mungkin! Aku tidak bisa kehilangan ini semua!" teriaknya histeris. "Dasar Luna sialan, sejak kamu masuk ke dalam hidupku semua berantakan. Kasih sayang Rafi yang sekarang mengabaikan ku dan sekarang kamu juga merenggut pekerjaanku. "
Saras melampiaskan kemarahannya pada Luna yang dia anggap sudah merusak semua rencananya dan hidupnya. Dia tahu, apartemen ini harus dijual untuk menutupi uang yang dia ambil dari hasil korupsi. Jika tidak, dia akan berakhir di balik jeruji besi.
Saras memandangi setiap sudut ruangan, seolah itu adalah perpisahan terakhir. Ini adalah harga yang harus dibayar atas keserakahannya.
Malam harinya, Rafi pulang dengan hati yang gelisah. Dia langsung mencari Saras di kamar. Namun, dia tak menemukan wanita itu di mana pun.
"Bu, Saras ke mana?" tanyanya kepada Bu Endah yang sedang menonton televisi.
"Dia kan kerja sama kamu," Bu Endah menoleh, wajahnya terlihat masam. "Dia tidak pulang sejak tadi siang. Entah ke mana anak itu! Memangnya kalian nggak pulang bareng?"
Rafi merasa geram. "Dia dipecat, Bu! Ketahuan korupsi!" teriaknya, tak bisa menahan emosinya. "Dia dipecat karena Luna dan Pak Arya yang sudah menemukan semua bukti korupsinya ."
Bu Endah terkejut. "Apa?! Dipecat?! Karena korupsi? Kok bisa!" Dia berteriak histeris, menyalahkan Saras atas semua kekacauan ini.
"Kenapa kamu menikahi wanita tidak becus seperti dia, Rafi?! Dia tidak bisa apa-apa di rumah, bahkan kerja saja tidak becus! Ya ampun ini benar-benar memalukan,bagaimana kalau orang-orang tau kalau mantuku ternyata seorang koruptor." Bu Endah memegangi kepalanya yang tiba-tiba berdenyut.
"Aduh, mana kita harus bayar kompensasi kepada Luna. Bagaimana ini, masa ibu harus menggadaikan rumah ini? " bu Endah terlihat frustasi.
Rafi terdiam, dia hampir melupakan masalah itu. tentang uang yang diminta Luna. Dapat darimana dia uang sebanyak itu.
"Nanti aku akan coba bicara dengan Luna dan meminta waktu. semoga dia mau memberi kita waktu untuk membayar itu semua. " ujar Rafi mencoba mencari cara lain untuk masalahnya dengan Luna.
Saat mereka berdua sedang berdebat dan saling menyalahkan, pintu depan terbuka. Sosok Saras muncul dalam keadaan mabuk dan kacau. Rambutnya acak-acakan, bajunya bau alkohol, dan matanya terlihat sayu.
"Saras! Dari mana saja kamu?!" bentak Rafi, amarahnya sudah di ubun-ubun.
Saras hanya tertawa hambar. "Kenapa? Kamu khawatir? Aku sudah tidak punya apa-apa lagi, Rafi! Aku dipecat! Aku bangkrut! Aku tidak punya apa-apa dan siapa-siapa lagi!"Racaunya.
Rafi dan Bu Endah merasa sangat murka. Mereka tidak menunjukkan sedikit pun simpati. Bagi mereka, Saras hanya membawa masalah.
"Aku menyesal menikah denganmu, Rafi!" teriak Saras. "Aku menyesal mengenal kalian!"
"Aku juga menyesal menikahimu!" balas Rafi, tak mau kalah.
Kedua suami istri yang menikah diatas luka Luna, kini bertengkar dan saling menyalahkan. Membuat Bu Endah semakin frustasi.
Berbanding terbalik dengan kehidupan Rafi dan keluarganya, malam itu Luna sedang menghadiri jamuan makan malam bersama Arya. Mereka diundang oleh seorang klien besar yang sangat penting. Luna tampil anggun dalam gaun malam berwarna biru tua, sementara Arya terlihat gagah dengan setelan jasnya.
Di restoran mewah itu, mereka berbincang santai, bukan hanya tentang bisnis, tapi juga hal-hal pribadi yang membuat mereka semakin dekat. Para tamu yang hadir, termasuk para pebisnis dan petinggi perusahaan, mengira bahwa Luna dan Arya adalah sepasang kekasih. Karena mereka terlihat sangat serasi, berbicara dengan santai, dan sesekali tertawa bersama. Luna yang kini sudah lepas dari semua beban, memancarkan aura kebahagiaan yang begitu nyata.
Jamuan makan malam itu adalah jamuan yang sangat penting. Bukan hanya untuk bisnis, tetapi juga untuk hubungan mereka.
"Luna, kamu terlihat sangat bahagia malam ini," kata Arya, tersenyum tulus.
"Aku memang bahagia, Pak Arya," jawab Luna. "Rasanya seperti beban berat sudah terangkat dari pundakku. Aku tidak perlu lagi memikirkan hal-hal yang tidak penting. Aku hanya fokus pada pekerjaanku dan kebahagiaanku."
"Aku ikut senang mendengarnya," kata Arya. "Kamu pantas mendapatkan kebahagiaan itu, Luna."
Obrolan mereka terus mengalir. Arya menceritakan tentang masa kecilnya, tentang bagaimana dia dan Reza selalu bersaing dalam hal apapun. Luna juga menceritakan tentang perjalanannya, dari seorang gadis biasa yang jatuh cinta, hingga menjadi seorang wanita tangguh yang kini menguasai dunia bisnis.
Di sisi lain, gosip tentang mereka berdua sudah menyebar di seluruh ruangan. "Mereka pasangan yang serasi, bukan?" bisik seorang klien kepada klien lainnya. "Arya terlihat sangat bahagia di samping Luna."
"Iya, dan Luna terlihat sangat berwibawa. Dia seperti ratu di samping Arya," timpal klien lainnya.
Luna tidak menyadari bahwa semua orang mengira mereka adalah pasangan kekasih. Dia hanya menikmati momen itu, momen yang sudah lama tidak dia rasakan. Momen di mana ia dihargai, dicintai, dan dihormati.
Setelah jamuan selesai, Arya mengantarkan Luna pulang. Di dalam mobil, hening sejenak.
"Luna, kamu mau mendengar sebuah kejutan?" tanya Arya, memecah keheningan.
"Apa?" tanya Luna, penasaran.
"Papa dan mama ingin bertemu denganmu besok. Mereka ingin mengucapkan terima kasih karena kamu sudah membantu di perusahaan," kata Arya.
Luna terkejut. "Bertemu dengan orang tuamu? Aku... aku tidak tahu harus bilang apa."
"Tenang saja. Mereka orang yang baik. Dan mereka sudah mendengar banyak hal baik tentangmu dari kak Reza," kata Arya. "Jadi, kamu mau?"
Luna tersenyum. "Tentu. Aku mau, hanya bertemu aja kan nggan lebih. " Luna mencoba mencari informasi.
Dan dengan tegas dia mengangguk. "Mereka ingin bertemu dengamu, karena ingin bertemu dengan sosok dibalik pria sukses ini. "
Luna terkekeh tapi ini adalah kekehan haru. DIa merasa dihargai dan dihormati. DIa tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Perjalanan hidupnya memang penuh liku, tapi kini Luna tahu, dia berada di jalur yang benar. Dia sudah menemukan tempat yang seharusnya, tempat di mana Dia dihargai karena siapa dia. Dia tidak akan pernah lagi menoleh ke belakang, dan Dia akan terus melangkah ke depan.