Area 21+
Anak di bawah umur dilarang mendekat.
Tentang Bianca yang memendam perasaan cinta terhadap Alexander Valentino sahabat kakaknya. Ia rela dijadikan partner di atas ranjang bagi pria itu meski ia tau hati Alex begitu kuat berpaut pada kekasih yang sangat dicintainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noah Arrayan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Bian berusaha memejamkan matanya namun begitu sulit, ia harus melewati malam ini tanpa Alex karena ada Brian. Bianca merasa semakin kosong, seolah Alex benar-benar telah lepas dari nya.
Kepulangan Brian membuat Bianca harus membiasakan diri tanpa keberadaan Alex yang sudah menjadi bagian darinya selama 2 bulan ini.
Jika selama Brian pergi Bianca bisa memiliki Alex di malam hingga pagi hari, sepertinya tidak lagi untuk sekarang.
Bianca beranjak menuju balkon kamarnya, ia bosan membolak-balik kan badan nya namun kantuk tak juga menyerang. Air matanya meleleh, ia merasakan kerinduan yang teramat besar meski Alex berada di bawah atap yang sama kini.
'Apa yang harus aku lakukan, semua semakin rumit. Perasaan dan pengharapan ku semakin dalam' Keluh Bianca dari dalam hati. Ia mendongakkan kepalanya memandangi bintang.
"Katakan aku harus bagaimana?" Bisik Bianca pada dirinya sendiri. Semua jalan yang ia tempuh terlanjur salah, dan kini ia seolah tersesat dan kebingungan menemukan jalan yang akan ia lalui selanjutnya.
Bianca tersentak saat sebuah tangan melingkar di pinggang nya yang diiringi dengan aroma yang selalu menenangkan nya. Bianca tak mengubah posisinya, namun ia menyandarkan kepalanya dengan mata terpejam pada dada bidang pria itu.
"Merindukan ku?" Bisik Alex Bianca tanpa ragu menganggukkan kepalanya.
"Ayo abang temani tidur, abang tau kamu kesulitan memejamkan mata karena abang nggak ada" Bianca hanya diam saja, sampai kemudian ia merasa tubuhnya melayang. Bian refleks mengalungkan tangan pada leher Alex, tatapan keduanya bertemu, tatapan teduh Alex membuat senyum Bian terbit.
"Kenapa menangis?" Alex yang sudah menidurkan Bianca di atas ranjang mengusap pipi Bianca yang basah, posisi pria itu masih berada di atas tubuh Bian dengan kaki yang masih berpijak pada lantai kamar.
Bianca menggeleng, rasanya tanpa ia jelaskan Alex telah paham apa yang membuat air matanya luruh. Alex mencium kening Bian lalu memposisikan diri untuk tidur di samping gadis itu dan memeluknya erat.
"Bang kalo ketauan bang Brian gimana?" Karena terhanyut rasa bahagia Bianca sempat melupakan keberadaan Brian di rumah itu.
"Abang sudah kunci pintu kamar kamu dan kamar yang abang tempati" Bisik Alex sambil mengusap kepala Bianca.
"Setelah malam ini abang akan pulang?" Tanya Bianca sendu. Kebahagiaan hati nya benar-benar telah bergantung pada keberadaan pria ini.
"Kamu nggak mau abang pulang?" Alex malah balik bertanya.
"Iya, Bian merasa kesulitan tidur saat tidak bersama abang. Maaf nggak seharusnya Bian merepotkan abang seperti ini" Bian mengungkapkan apa yang ada di hatinya, ia ingin Alex tau betapa dalam ia mencintai pria itu.
"Abang akan usahakan untuk mencari alasan agar kita bisa terus seperti ini" Alex juga tak mengerti mengapa ia bisa menjanjikan hal ini, ia juga gak bisa membaca perasaan nya. Ia tak tau melakukan ini untuk Bian atau untuk dirinya yang juga sudah terbiasa melewati malam bersama Bianca.
"Tidurlah Bi" Alex mengeratkan pelukan nya lalu mendaratkan kecupan yang banyak di puncak kepala gadis itu.
"Abang nggak mau main?" Tanya Bianca malu-malu, biasanya Alex selalu meminta jatahnya setiap berduaan dengan nya.
"Abang pengen, tapi abang tau kamu sedang tidak enak badan Bi. Malam ini abang berpuasa" Keduanya terkekeh dalam keheningan malam.
Usapan lembut serta dekapan hangat tubuh Alex membuat Bianca begitu nyaman hingga ia pun terlelap.
🍁🍁🍁🍁
"Bi abang kamu tu judes banget, sulit dideketin" Bella akhirnya mulai terbuka pada Bian karena sahabatnya itu sudah mengetahui kalau dirinya mendekati Brian.
"Kamu emang beneran suka sama abang aku? bukan cuma iseng kan?" Selidik Bianca.
"Iya aku tu beneran suka Bi, sebenar nya dari awal aku uda kagum karena perhatian dan kasih sayang nya ke kamu. Tapi aku baru memutuskan untuk berjuang itu sekarang. Karena pria baik itu nggak boleh di sia-siakan"
Jelas Bella.
"Abang sebenarnya nggak judes kok, mungkin dia nggak suka kalo dipepet terus"
"Gitu ya bi? selama ini aku tu selalu nelfonin dan ngechat dia. Walaupun jarang diangkat dan di balas semenjak dia sadar kalo aku tu mau deketin dia" Bella terlihat sedih, Bianca mengusap punggung gadis itu.
"Abang mau ajak aku liburan sebagai hadiah karena ninggalin aku lama. Kamu ikut ya?" Sepertinya ini kesempatan yang bagus untuk mendekatkan mereka.
"Kapan? ke mana?" Bella terlihat antusias.
"Minggu depan, kebetulan jum'at kan tanggal merah tu. Jadi kamis sore berangkat. Liburan nya ke Villa orang tua aku Bell. Mau ya?" Melihat ekspresi Bella yang begitu senang Bianca bisa menebak jawaban dari sahabatnya itu.
"Mau lah, masa kesempatan emas dilewatin gitu aja" Benar kan, Bella tak mungkin menyia-nyiakan kesempatan untuk dekat dengan Brian.
"Alex ikut?" Tanya Bella yang cukup menggelitik hati Bianca.
"Nggak tau, aku nggak sempat nanya sama abang" Ya tadi pagi karena buru-buru dirinya hanya mengiyakan ajakan dari kakak nya tersebut.
"Kalau Alex ikut kita kayak double date ya jadinya" Bella terkikik sementara Bianca menggelengkan kepalanya.
"Bang Alex uda punya pawang Bell, ya kali dia mau liburan tanpa ngajakin kekasihnya" Bella tertawa dan mengusap pundak Bianca.
"Sabar ya, banyak laki-laki ganteng lain nya yang masih bertebaran di bumi ini bi. Kak Andre misalnya"
Sejak kejadian di perkemahan itu, Andre tak pernah lagi menghubunginya. Sepertinya pria itu benar-benar menyerah.
"Kayaknya kak Andre uda mundur Bell, sejak dari perkemahan dia uda nggak pernah lagi ngechat aku. Ketemu juga uda nggak pernah. Siapa juga yang kuat dijudesin mulu sama bang Alex"
Bianca menidurkan kepalanya di meja, jam kuliah berikutnya masih 1 jam lagi. Dan tubuhnya sudah mulai tak bersahabat, mulai lemas dan lelah.
"Kamu pucat bi, akhir-akhir ini aku lihat kamu sering lemas. Kamu sakit?" Tanya Bella sambil meraba kening Bianca.
"Nggak tau Bell, mungkin karena kita lagi banyak tugas kali ya. Badan aku tu sering lemas tiba-tiba" dan anehnya saat seperti ini yang paling ia butuhkan adalah Alex, hanya dekapan pria itu yang mampu membuatnya nyaman. Dan saat memikirkan nya maka air matanya tak bisa ia tahan. Rasa rindunya memuncak dan sulit dikendalikan.
"Loh kok malah nangis Bi?" Bella panik melihat sahabatnya yang tiba-tiba sesengukan.
"Nggak tahu Bell, tiba-tiba pengen nangis. Pengen ketemu bang Alex, aku tu kangen banget" Jujur Bianca.
"Ih aneh, bucin banget kamu tu. Masa sampai nangis begini. Lagian bukannya Alex masih nginap di rumah kamu?" Bianca mengangguk.
"Masa kangen kan ketemu terus, kayak uda bertahun-tahun nggak ketemu aja" Cebik Bella namun diam-diam ia merasa iba. Ia mengerti posisi Bianca karena ia juga merasakan lelah nya berjuang untuk mendapat kan perhatian Brian.
"Aku sama bang Alex LDR perasaan Bell" Lirih Bianca, tak peduli mata Bella yang memelototinya dengan gemas.