NovelToon NovelToon
HALIM

HALIM

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Romantis / Fantasi / Iblis / Epik Petualangan
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: ILBERGA214

HALIM

Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.

Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.

Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 24: Langkah yang Panjang — Kerinduan Rian

Mentari pagi menyinari jalan setapak berbatu yang membentang di antara ladang gandum dan pepohonan rindang. Embun masih menggantung di ujung daun, berkilauan saat cahaya menyentuhnya. Burung-burung berkicau riang, menambah kehangatan suasana pagi itu.

Halim dan Rian berjalan berdampingan, meninggalkan Desa Arven yang mulai tampak samar di kejauhan. Setelah menghabiskan waktu semalam di penginapan Bibi Lira, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Udara segar pagi itu seharusnya membuat suasana lebih ceria, tetapi kali ini ada sesuatu yang berbeda.

Rian, yang biasanya banyak bicara, hanya diam. Langkahnya lesu, dan pandangannya kosong menatap jalanan berdebu. Halim tentu menyadarinya, tapi ia memilih menunggu.

"Rian," panggil Halim akhirnya, memecah keheningan. "Ada apa? Kau seperti kehilangan semangat."

Rian mendongak perlahan, memaksakan senyum. "Enggak, Kakak. Aku cuma... mikir aja."

Halim menatap bocah itu dengan tatapan penuh pengertian. "Kalau cuma dipendam, nanti makin berat. Ceritakan saja."

Rian menghela napas panjang, tangannya mengayun lemas di sisi tubuhnya. "Aku... aku kangen sama Ayah dan Ibu."

Langkah Halim terhenti sejenak. Jawaban itu seakan membenturkan kenyataan yang selama ini berusaha mereka abaikan.

"Aku tahu, kita masih punya perjalanan panjang," lanjut Rian, suaranya bergetar. "Tapi aku nggak bisa bohong kalau setiap malam aku mikirin mereka. Mereka pasti juga khawatir sama aku."

Mata Rian mulai berkaca-kaca, tapi dia menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan air matanya.

"Rian..." Halim berlutut di depan bocah itu, menatapnya langsung. "Aku janji, kita akan bertemu dengan orang tuamu lagi. Tapi untuk saat ini, kita harus tetap kuat. Masih banyak hal yang perlu kita hadapi."

"Tapi... gimana kalau mereka kenapa-kenapa? Gimana kalau aku nggak bisa ketemu mereka lagi?"

Halim mengusap kepala Rian dengan lembut. "Kamu lupa? Kita udah melewati banyak hal. Kamu itu kuat, Rian. Dan orang tuamu pasti bangga melihatmu berani seperti ini."

Rian diam, meski air mata mulai jatuh membasahi pipinya.

"Percayalah padaku," lanjut Halim. "Saat waktunya tiba, kita pasti akan pulang."

Setelah beberapa saat, Rian akhirnya menghapus air matanya. Meski matanya masih sembab, ada sedikit keteguhan di wajahnya.

"Maaf, Kakak. Aku jadi cengeng."

"Nggak apa-apa," sahut Halim sambil tersenyum tipis. "Menangis itu bukan tanda kelemahan."

Dengan semangat yang sedikit kembali, mereka melanjutkan perjalanan. Jalanan mulai menanjak, membawa mereka mendekati kawasan perbukitan. Pepohonan di sekitar semakin rapat, menciptakan naungan alami yang melindungi dari terik matahari.

"Kakak," panggil Rian tiba-tiba, mencoba mengalihkan pikirannya. "Menurut Kakak, kita bakal ketemu monster apa lagi nanti?"

Halim terkekeh pelan. "Mudah-mudahan bukan yang segede golem lagi. Saya belum siap ketemu batu hidup untuk kedua kalinya."

Rian tertawa kecil. "Kalau ketemu lagi, aku bakal suruh Kakak lari duluan!"

"Kalau kamu bilang gitu, saya bakal pastiin kamu lari duluan juga."

Percakapan mereka berlanjut ringan, sedikit demi sedikit menghapus rasa murung yang sebelumnya menyelimuti Rian.

Siang menjelang, dan rasa lelah mulai terasa. Di tengah perjalanan, mereka menemukan sebuah sungai kecil yang mengalir jernih. Airnya memantulkan sinar matahari, menciptakan kilauan seperti permata.

"Kayaknya enak kalau istirahat di sini," ujar Halim, meletakkan ranselnya di bawah pohon rindang.

Rian langsung berlari ke tepi sungai, mencelupkan tangannya ke dalam air yang dingin menyegarkan.

"Seger banget!" serunya dengan riang.

Halim hanya tersenyum, duduk bersandar pada batang pohon. Pandangannya mengarah pada aliran sungai yang tenang, pikirannya mengembara.

"Setelah semua ini selesai... apa yang akan saya lakukan?"

Pertanyaan itu menghantui Halim lebih sering dari yang dia sadari. Sejak awal, tujuannya hanya satu — mengalahkan Raja Iblis. Tapi semakin jauh dia melangkah, semakin banyak orang yang ia temui, dan semakin banyak kenangan yang ia ciptakan.

Tapi Halim sadar, dia tak ingin membangun keterikatan. Hidup sendiri, tanpa pasangan atau keluarga, adalah keputusan yang sudah lama ia tetapkan. Namun, di sisi lain, ada Rian. Bocah itu perlahan-lahan mengisi kekosongan yang selama ini dia abaikan.

"Kalau saja semuanya bisa lebih sederhana..."

"Hei, Kakak!"

Halim tersentak dari lamunannya saat Rian menghampirinya dengan wajah basah kuyup.

"Kamu mandi di sungai?" tanya Halim heran.

"Hehe, nggak sengaja kecebur!" Rian menggaruk kepalanya dengan malu.

Halim menghela napas. "Dasar bocah."

Setelah cukup beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan hingga matahari mulai condong ke barat. Langit berubah warna menjadi jingga keemasan, memberikan suasana hangat yang menenangkan.

"Kakak Halim," panggil Rian tiba-tiba. "Menurut Kakak, Ayah dan Ibu lagi ngapain sekarang?"

Halim terdiam sejenak. Pertanyaan itu sederhana, tapi berat.

"Mungkin... mereka sedang berharap kamu baik-baik saja."

Rian tersenyum kecil. "Aku juga berharap mereka baik-baik aja. Aku nggak sabar buat peluk mereka lagi."

Halim mengangguk, lalu menatap ke depan dengan tekad yang bulat.

"Dan saya akan pastikan kamu bisa melakukannya."

Langkah mereka berlanjut, menyusuri jalan setapak yang kini dikelilingi padang rumput luas. Petualangan mereka masih panjang, dan banyak rintangan yang menunggu. Namun satu hal yang pasti — selama mereka berjalan bersama, tak ada yang mustahil.

"Ayo, Rian. Kita teruskan perjalanan."

"Siap, Kakak!"

Di bawah langit senja yang memancarkan kehangatan, dua sosok itu melangkah dengan semangat yang baru. Dan meskipun jarak dengan rumah masih jauh, hati mereka tetap dipenuhi harapan.

Perjalanan belum selesai.

Tapi rasa rindu yang mereka bawa akan menjadi kekuatan yang menjaga langkah mereka tetap teguh.

1
ZeroBite
bukannya ingin menjatuhkan, kalau pakai AI tetap diedit juga. kontras antara bab 1 dan bab-bab selajutnya sangat jauh, bab 1 tulisannya agak berantakan tapi jelas tulisan manusia dan bab-bab selanjutnya rapih tapi terlalu terstruktur khas chat GPT.

sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.

ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
ERGA: jika ada saran lagi. mohon bimbingannya dan jangan sungkan
ERGA: Terimakasih sarannya kak. saya targetkan revisi kembali per 10 episode. selamat membaca
total 2 replies
⧗⃟ᷢʷ🍁🍌 ᷢ ͩW⃠J͢aeᷢz°⚡♚⃝҉𓆊🏚
Gue mampir.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.
ERGA: terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!