NovelToon NovelToon
Dia Bukan Ayah Pengganti

Dia Bukan Ayah Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pengantin Pengganti / Dokter / Menikah dengan Kerabat Mantan / Ayah Darurat
Popularitas:12.1k
Nilai: 5
Nama Author: Puji170

Naya yakin, dunia tidak akan sekejam ini padanya. Satu malam yang buram, satu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, kini mengubah hidupnya selamanya. Ia mengira anak dalam kandungannya adalah milik Zayan—lelaki yang selama ini ia cintai. Namun, Zayan menghilang, meninggalkannya tanpa jejak.

Demi menjaga nama baik keluarga, seseorang yang tak pernah ia duga justru muncul—Arsen Alastair. Paman dari lelaki yang ia cintai. Dingin, tak tersentuh, dan nyaris tak berperasaan.

"Paman tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku bisa membesarkan anak ini sendiri!"

Namun, jawaban Arsen menohok.

"Kamu pikir aku mau? Tidak, Naya. Aku terpaksa!"

Bersama seorang pria yang tak pernah ia cintai, Naya terjebak dalam ikatan tanpa rasa. Apakah Arsen hanya sekadar ayah pengganti bagi anaknya? Bagaimana jika keduanya menyadari bahwa anak ini adalah hasil dari kesalahan satu malam mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puji170, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Ruang IGD, Rumah Sakit

Cahaya putih terang menyilaukan mata. Suara monitor berdetak cepat bercampur dengan langkah kaki para perawat yang sibuk. Pintu ruang gawat darurat terbuka dengan cepat saat Arsen berlari masuk, menggendong tubuh Naya yang lemas dan berlumuran darah.

"CEPAT! Pasien hamil, pendarahan berat!" teriak Arsen lantang.

Beberapa perawat langsung mendekat dengan tandu. Seorang dokter jaga mengenali Arsen dan segera mengambil alih.

“Dr. Arsen? Apa yang terjadi?”

“Pendarahan berat. Saya duga trauma fisik atau stres akut. Usia kehamilan sekitar enam minggu,” jawabnya cepat sambil membantu memindahkan Naya ke atas ranjang.

“Nadi lemah! Tekanan darah drop!” seru salah satu perawat sambil menempelkan alat tensi.

“Hubungi dr. Meta dari obstetri, cepat!” seru dokter jaga lainnya.

Sementara perawat mengganti pakaian Naya dengan cepat dan memasang infus, Arsen berdiri di sisi ranjang, menggenggam tangan gadis itu dengan erat. Wajahnya tegang, matanya tak lepas dari wajah Naya yang pucat dan tak sadarkan diri.

“Paman... maaf...” gumam Naya pelan di sela napasnya yang tersengal, seolah berbicara dalam mimpi.

“Tenang, aku di sini, Naya. Kamu akan baik-baik saja. Kamu dan bayimu, aku janji,” bisik Arsen, suaranya serak menahan cemas.

Beberapa menit kemudian, dr. Meta masuk dengan pakaian operasi lengkap. Tatapannya segera tertuju pada layar monitor dan perut Naya.

“Stabilkan tekanan darahnya. Kita harus segera lakukan tindakan untuk hentikan pendarahan,” ujarnya sigap. “Kalau tidak, kita bisa kehilangan janin… atau ibunya.”

Kalimat itu seperti hantaman di dada Arsen.

“Kalau perlu ruang operasi, saya ikut,” katanya segera.

“Tunggu di luar, dr. Arsen. Kamu tahu ini bukan soal emosi,” ujar dr. Meta cepat.

Arsen menatap wajah Naya sekali lagi sebelum akhirnya melepaskan genggamannya perlahan. Saat pintu ruang tindakan tertutup, ia terduduk di bangku terdekat, wajahnya tertunduk dalam, kedua tangannya menutupi wajah. Untuk pertama kalinya, Arsen merasa benar-benar takut kehilangan.

Di menit berikutnya, Arsen berjalan mondar-mandir di lorong rumah sakit. Wajahnya tegang, matanya tak lepas dari pintu bertuliskan Ruang Tindakan Obstetri. Jam terasa melambat. Setiap detik membuat dadanya semakin sesak.

Hingga akhirnya, pintu terbuka. Dr. Meta keluar dengan masker masih tergantung di leher, wajahnya lelah, tapi tenang.

“Dok… bagaimana?” tanya Arsen langsung mendekat.

“Pendarahan berhasil dihentikan,” ujar dr. Meta. “Naya kehilangan cukup banyak darah, tapi kami sudah lakukan transfusi. Bayinya masih bertahan... meskipun kondisinya lemah. Dia harus bed rest total, dr. Arsen. Dan tidak boleh mengalami tekanan emosional sedikit pun.”

Arsen menghela napas panjang. Tangannya mengepal, berusaha menahan emosi yang tak sempat ia luapkan sejak tadi.

“Boleh aku temui dia?”

Dr. Meta mengangguk. “Tapi jangan ganggu istirahatnya. Dia masih setengah sadar. Ajak dia bicara kalau perlu. Tapi pelan.”

Baru saja Arsen hendak melangkah masuk ke ruang perawatan, ponselnya berdering. Layar menampilkan nama sang kakak.

“Halo, Kak,” sapa Arsen, matanya tetap tertuju pada sosok Naya yang terbaring lemah di balik kaca. Selang infus menancap di punggung tangannya, dan oksigen melekat di hidung. Wajahnya pucat, tapi tampak tenang.

“Ar, ponakanmu sudah pulang. Katanya ada yang ingin dia bicarakan,” suara Puput terdengar dari seberang, tenang tapi penuh makna.

Arsen menarik napas dalam, suaranya terdengar berat saat menjawab, “Aku nggak bisa ke mana-mana sekarang, Kak. Naya masuk rumah sakit… dia mengalami pendarahan.”

“Hah? Ya ampun, Ar…” Puput terdiam sejenak, lalu cepat menyambung, “Kakak ke sana sekarang. Zayan ikut juga.”

Begitu panggilan berakhir, Puput segera mematikan ponselnya. Ia menatap Zayan yang berdiri tak jauh darinya, wajahnya langsung berubah serius.

“Kamu tahu nggak, gara-gara kelakuanmu, pamanmu yang harus menanggung beban berat sekarang.”

“Bu, apa sih yang aku lakuin? Aku cuma pergi sebentar, matiin HP, dan liburan sebentar buat nyegerin otak. Biar pas pulang bisa jadi dokter keren kayak Paman,” sahut Zayan dengan gaya santainya yang khas.

Zayan tidak menyangka sambutan ibunya akan segalak itu. Biasanya, ibunya selalu lembut dan penuh pelukan saat menyambutnya. Tapi sekarang… seperti melihat srigala lapar yang siap menerkam. Awalnya Zayan berniat minta restu untuk melamar gadis pujaannya, tapi rencana itu langsung buyar.

“Kamu benar-benar keterlaluan! Untung ayahmu dan pamanmu nggak keburu nemuin kamu duluan,” tukas Puput dengan nada tajam.

Zayan menatap ibunya bingung, walau di dalam hati ia sadar benar—membawa anak orang pergi diam-diam dan jalan-jalan ke luar negeri memang bukan hal sepele.

“Memangnya aku salah apa, Bu?” tanyanya, sok polos.

“Udah, jangan banyak omong. Sekarang ikut Ibu ke rumah sakit. Kita harus ketemu Paman kamu… dan istrinya.”

Zayan mengernyit. “Paman udah nikah?! Serius? Siapa perempuan luar biasa yang bisa meluluhkan gunung es sekeras Paman?”

Puput hanya menghela napas panjang, lalu menjawab dengan tindakan—menjewer telinga Zayan tanpa ampun.

“Auww! Bu! Sakit! Kenapa nggak jawab aja sih?!” protes Zayan sambil menahan tawa.

Puput tidak cukup berani menjelaskan semuanya sekarang. Ia takut kalau Zayan tahu kebenarannya, anak itu malah kabur lagi. Untuk sekarang, lebih baik Zayan mengetahuinya langsung di depan orangnya.

Hanya membutuhkan waktu 30 menit kini Zayan dan puput sampai di rumah sakit. Puput dan Zayan berjalan cepat di lorong rumah sakit, sepatu mereka menjejak lantai dengan ritme cemas. Wajah Puput penuh kekhawatiran, sementara Zayan masih terlihat santai—meski mulai terusik oleh ketegangan yang menggantung sejak mereka tiba.

“Kita mau ke ruang mana, Bu?” tanya Zayan sambil menatap sekeliling.

“Ruang tindakan obstetri. Cepat, jangan banyak tanya,” sahut Puput pendek.

Sesampainya di depan ruang perawatan, langkah Puput terhenti begitu melihat Arsen berdiri di sana. Kemejanya kusut, sebagian berlumur noda darah yang sudah mengering. Wajahnya tampak letih, tapi tatapannya segera berubah tajam saat melihat siapa yang datang bersamanya.

Puput menghampiri lebih dulu. “Gimana keadaannya?”

“Stabil. Tapi harus bed rest total,” jawab Arsen datar, tanpa menoleh sedikit pun pada Zayan.

Zayan menelan ludah, lalu melangkah maju. “Paman… maaf, aku—”

Bugh!

Sebuah bogem mentah mendarat telak di wajahnya sebelum kalimat itu selesai. Zayan terhuyung mundur, terkejut.

“Dasar pecundang!” bentak Arsen, suaranya pecah oleh amarah yang sudah tak terbendung. Matanya merah, penuh kebencian. “Lihat wajahmu saja bikin aku muak!”

“Paman, kenapa kamu mukul aku?! Apa salahku?” Zayan membalas dengan bingung, memegang rahangnya yang nyeri.

Arsen menunjuk tajam ke arah kaca ruangan. “Lihat sendiri!”

Zayan mendekat perlahan, matanya mengikuti arah telunjuk itu—dan di balik kaca bening, ia melihat sosok yang begitu dikenalnya. Terbaring lemah, selang infus menancap di tangan, oksigen menutupi hidung.

“Naya…” bisiknya lirih, seolah dunia berhenti berputar.

Arsen berjalan mendekat, suaranya menggema dengan nada tajam. “Sekarang kamu tahu kenapa. Dia—wanita yang kamu hancurkan—sedang mengandung anakmu. Dan kamu tinggalin dia begitu saja!”

Wajah Zayan memucat, tapi ekspresinya berubah tegang. Rahangnya mengeras, dan suara yang keluar darinya terdengar tajam, membelah keheningan di lorong rumah sakit.

“Aku bukan ayah dari anak itu!”

1
Viona Syafazea
lahhh siapa lagi ni, ganggu aja.. /Smug/
Viona Syafazea
duhhhh arsen harusnya jujur aja dari sekarang jangan sampai nissa tau sendiri apalagi sampai tau dari orang lain, kalo dia pergi nanti kamu nyesel lo, kalo jujur dari sekarang kan kamu bisa jelasin ke nissa kalo selama ini juga kamu gk lepas tanggung jawab dengan nyari dia lewat sapu tangan.. 😪😪
Hayurapuji: mungkin maksudnya Naya kali ya kak, bukan Nisa hehhee
total 1 replies
Viona Syafazea
nahhh kan pasti si nisa ni seorang nona muda, dan para pengawal itu pasti lagi nyariin dia..
Viona Syafazea: bisa dijadiin judul baru tuh.. 🤭
Hayurapuji: nona muda kepentok cinta dokter dito 🤣
total 2 replies
partini
wihh menarik lanjut
Hayurapuji: ditunggu ya kak
total 1 replies
Viona Syafazea
wahhh jangan2 Nisa beneran pemilik rumah sakitnya lagi, makanya setiap jenguk Naya dia selalu pake masker biar gk dikenali.. /Slight//Chuckle/
partini
aihh ko malah ngomong kaya gitu kaya ngancem
jangan jangan,jangan deh
Hayurapuji: terimakasih kakak, konsepnya saja mungkin sama, tapi ceritanya beda kok. tadi ku dah lihat cerita di sebelah
Mariani: cerita nya bagus mirip ayah darurat untuk janinku,,tapi bagusan ini di sana malah peran utamanya kaya wanita murah
total 3 replies
LISA
Aq mampir Kak
Hayurapuji: terimakasih kakak
total 1 replies
css
udah tau dong paman🫢🫢🫢jgn tanya lagi 🫢
Hayurapuji: getok aja kak kalau dia masih gak tau
total 1 replies
css
mulai terkuak,,, double update dong kak🫢😍
Hayurapuji: satu lagi kak, masih review. ditunggu aja
total 1 replies
css
Arsen kok greget AQ😤
Hayurapuji: pengen langsung bilangin dia, kalau anak Naya itu anaknya ya kak
total 1 replies
css
next
css
semoga di tempat itu bertemu dg paman Arsen 💯🤣🫢🫰
css
next 💪💪💪
اختی وحی
pergi aja nay
css
nyesek bgt jadi Naya😭😭😭Thor kpn Arsen sadar jika itu adalah anaknya 😭
double update dong,,, kurang nih
css
kok belum update kak 😍
Hayurapuji: udh kak tapi masih review, ditunggu aja ya hehehe. kemarin autor memang gak update.
total 1 replies
css
mulai terkuak,,,Arsen harus segera tahu klw itu anaknya kasian Naya😭
Hayurapuji: siap kak
total 1 replies
css
next kak😍😍
css
kok belum update kak😍😍😍
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin ya kakk
css: ok kak,di tunggu
total 3 replies
css
next 💪💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!