Seorang jenderal wanita yang berasal dari benua Padang Utara, harus mati konyol setelah ia dikhianati oleh semua bawahannya yang membunuhnya pada malam setelah mereka memenangkan perang.
Tetapi, setelah kematiannya, dia kembali terbangun dalam tubuh seorang gadis buruk rupa yang merupakan gadis terlemah di Benua Padang Selatan.
Begitu menyadari dirinya yang masuk ke tubuh seorang gadis lemah, maka dia bertekad untuk mengubah jalan hidupnya dan membalaskan dendamnya terhadap orang-orang di benua Padang Utara.
Bagaimanakah perjalanannya menjadi kuat?
Apakah dia akan berhasil membalaskan dendamnya?
Ikuti kisahnya dengan mulai membaca bab 1 pada novel ini..!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Menunggu Adelia
Setelah di tiba di pohon yang ditempati Adelia berpisah dengan orang tuanya, perempuan itu langsung memberi perintah untuk menghentikan kudanya.
Hal itu membuat Desmond mengerutkan keningnya menatap Adelia dengan bingung.
Tetapi Adelia tidak menghiraukannya dan perempuan itu hanya turun dari kereta sambil berjalan ke arah pohon dan melihat suasana di sekitar tempat itu.
"Kenapa kita berhenti di sini?" Tanya Desmon yang tidak mengerti.
"Aku mengalami hilang ingatan jadi aku tidak tahu di mana tempat tinggalku. Aku sudah berjanji pada ayah dan ibuku akan bertemu mereka pada hari ini. Jadi aku akan menunggu mereka di sini." Ucap Adelia sembari duduk dan bersandar di batang pohon menikmati angin sepoi-sepoi yang bertiup.
Desmond pun ikut duduk di samping perempuan itu lalu dia menatap Adelia yang memejamkan matanya, "kau belum mengatakan namamu padaku, Apakah kau tidak akan pernah mengatakannya sampai aku meninggalkanmu di sini?" Tanya Desmon yang sedari kemarin-kemarin terus penasaran dengan nama Adelia.
Saat itulah Adelia membuka matanya lalu dia berbalik menatap pria yang sedang menatapnya.
"Adelia, orang tuaku mengatakan bahwa namaku adalah Adelia Fidelia." Ucap Adelia yang merasa bahwa dirinya akan sangat durhaka terhadap Desmond Jika dia tidak memberitahunya namanya pada pria yang sudah kedua kali menyelamatkannya.
Desmond tersenyum, "Ah, nama yang bagus, kalau begitu kita akan bertemu lagi. Sekarang aku harus kembali," ucap Desmond langsung berdiri lalu pria itu segera berjalan meninggalkan Adelia dan memasuki kereta kudanya.
Adelia duduk memperhatikan kereta kuda yang berjalan semakin menjauh darinya, lalu diam-diam dalam hatinya perempuan itu menumbuhkan rasa rindu untuk pria tersebut.
'Aneh, kenapa aku merasa tidak tega melihatnya pergi begitu saja?' pikir Adelia lalu perempuan itu kembali bersandar sembari memejamkan matanya untuk menunggu orang tuanya.
Matahari yang tinggi dengan cepat turun ke arah barat hingga cahaya remang-remang menyelimuti langit.
Saat itulah Adelia membuka matanya dan melihat sekitarnya yang sudah mulai menggelap, tetapi dia tidak menemukan orang tuanya datang menjemputnya.
"Hah,, Apakah mereka sudah melupakan janji kami?" Pikir Adelia sembari menghembuskan nafasnya karena dia sama sekali tidak tahu ke mana arah jalan untuk pergi ke desa Maritan.
'Aku bisa saja memutuskan hubunganku dengan keluarga itu, tetapi mengingat di kehidupan sebelumnya aku tidak punya orang tua dan di kehidupan saat ini aku masuk ke dalam tubuh Perempuan yang memiliki orang tua,,, Aku merasa bahwa aku perlu balas budi dan memperlakukan kedua orang itu sebagai orang tuaku.' pikir Adelia dalam hati lalu perempuan itu berjalan-jalan untuk mencari makanan.
Dia belum berjalan pergi ketika dia merasakan sebuah langkah kaki mendekat ke arahnya jadi perempuan itu menatap ke arah sumber langkah kaki dan melihat seorang perempuan berlari dengan tergesa-gesa.
Perempuan itu dipenuhi keringat dan sedang membawa sebuah tas di punggungnya.
"Putriku,, putriku,, hosh,, hosh,,, putriku,," suara perempuan itu terus terulang-ulang sampai dia tiba di pohon yang menjadi tempatnya mengikat janji dengan anaknya.
Namun ketika dia memperhatikan tempat itu masih saja kosong sama seperti hari-hari sebelumnya, maka perempuan itu langsung terjatuh ke tanah dan menangis sesegukan.
"Putriku,,, hiks,, hiks,, putriku,, hiks,,, hiks,," perempuan itu menangis dengan keras di bawah pohon dengan Adelia yang berada di belakang pohon yang tak jauh dari tempat itu menatap perempuan yang terlihat menyedihkan itu.
Setelah beberapa saat, seorang pria yang merupakan ayah Adelia berlari dari belakang Ibu Adelia lalu menghampiri perempuan itu.
"Sudah,, Bukankah sudah kukatakan bahwa Putri kita tidak akan pernah selamat jika sudah pergi bersama para perampok itu? Kau sedang sakit dan kau memaksakan diri untuk datang kemari!!!" Ucap Dendrian sembari mengambil sebuah sapu tangan dari sakunya dan mengelap keringat serta air mata istrinya.
Tetapi Merinika tidak memperdulikan suaminya dan perempuan itu hanya berdiri dan berjalan-jalan di sekitar pohon.
"Tidak!! Putriku pasti akan kembali dengan selamat!! Dia sudah berjanji padaku, dia hanya belum datang saja, aku akan menunggunya di sini!!" Ucap perempuan itu sembari meneteskan air matanya menatap ke arah perginya Adelia ketika mereka berpisah.
Adelia yang melihat adegan itu langsung mengepal erat tangannya dengan hati perempuan itu berkecamuk tak karuan.