NovelToon NovelToon
Istriku Berubah Setelah Hilang Ingatan

Istriku Berubah Setelah Hilang Ingatan

Status: tamat
Genre:Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / CEO Amnesia / Cinta Seiring Waktu / Gadis Amnesia / Pelakor jahat / Tamat
Popularitas:368.4k
Nilai: 5
Nama Author: Itha Sulfiana

Edward terkejut saat istrinya yang hilang ingatan tiba-tiba mengajukan gugatan cerai kepadanya.

Perempuan yang selama empat tahun ini selalu menjadikan Edward prioritas, kini berubah menjadi sosok yang benar-benar cuek terhadap apapun urusan Edward.

Perempuan itu bahkan tak peduli lagi meski Edward membawa mantan kekasihnya pulang ke rumah. Padahal, dulunya sang istri selalu mengancam akan bunuh diri jika Edward ketahuan sedang bersama mantan kekasihnya itu.

Semua kini terasa berbeda. Dan, Edward baru menyadari bahwa cintanya ternyata perlahan telah tumbuh terhadap sang istri ketika perempuan itu kini hampir lepas dari genggaman.

Kini, sanggupkah Edward mempertahankan sang istri ketika cinta masa kecil perempuan itu juga turut ikut campur dalam kehidupan mereka?

*Sedang dalam tahap revisi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arti kehilangan

"Sesuai dugaan kamu, Edward tadi datang menemui aku."

Nana yang sedang memasak di dapur mini apartemen milik Dylan langsung menghentikan gerakannya. Dia mendongak sebentar, sebelum kembali fokus memotong wortel dan juga kentang.

"Dia bilang apa?" tanya Nana.

"Nggak ada. Dia cuma tanya soal keberadaan kamu," jawab Dylan.

"Kamu jawab apa?"

Dylan mengendikkan bahunya. "Aku bilang, aku nggak tahu."

Mendengar jawaban Dylan, Nana tampak bernapas dengan lega. Sampai sidang putusan keluar, maka Nana tidak akan pernah mau menemui Edward.

Dia harus memelihara kesehatan mentalnya. Dan, dengan bertemu Edward, mental yang susah payah dia pelihara, malah akan kembali menjadi kacau.

"Terimakasih, Dylan!" ucap Nana dengan tulus. "Tanpa bantuan dari kamu, aku mungkin nggak bisa apa-apa."

"Nggak usah bilang terimakasih. Sudah seharusnya aku melakukan ini. Kita kan, teman."

Dylan tersenyum. Kata 'teman' terasa begitu berat saat meluncur dari tenggorokannya.

Sementara, Nana tampak ikut tersenyum. Perhatian dari Dylan, pelan-pelan membuat hatinya tidak merasa kosong lagi.

*

*

*

"Edward, kamu sudah pulang? Aku buat sup untuk kamu. Ayo, kita makan dulu!"

"Nana!!"

Edward sangat bahagia. Dia langsung memeluk perempuan dihadapannya dengan penuh kerinduan.

"Na, akhirnya kamu pulang juga. Aku tahu, kamu nggak mungkin benar-benar meninggalkan aku," lanjut Edward sambil tertawa bahagia.

"Ed, ini aku," lirih perempuan itu.

Degh!

Senyum di wajah Edward seketika menghilang. Pria itu pun reflek melepaskan pelukannya dari tubuh wanita itu kemudian memperhatikannya secara seksama.

"Silva?" lirih Edward yang terlihat kaget. Dia melangkah mundur ke belakang secara reflek.

"Kamu... kenapa kamu pakai bajunya Nana, hah?" tanya Edward yang seketika jadi emosi.

"Ma-maaf, Ed! A-aku kehabisan pakaian. Jadi, aku terpaksa pinjam punya Nana," jawab Silva beralasan.

Padahal, dia sengaja memakai baju tidur milik Nana untuk menggoda Edward. Barangkali, pria itu akan tergoda kepadanya jika dia menggunakan pakaian milik Nana.

"Lepas baju itu sekarang juga!" titah Edward.

"Apa?"

"Lepas, Silva!!!" paksa Edward. Tangannya sudah bergerak maju untuk melepas baju perempuan itu secara paksa.

"Iya, Ed! Iya! Aku lepas! Aku lepas sekarang juga!" pekik Silva.

Dia langsung berlari menuju ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Air matanya bercucuran. Dia merasa terhina atas perbuatan Edward barusan.

"Hanya karena perkara baju, Edward jadi memperlakukan aku! Hiks!" ujarnya sambil mengusap air matanya.

Usai mengganti baju, Silva kembali keluar untuk menemui Edward. Pria itu sedang duduk di ruang tengah dengan kepala yang menengadah ke atas.

Wajahnya kusut. Berat badannya bahkan turun drastis sejak beberapa hari terakhir.

"Ed, ayo makan dulu!" ajak Silva lagi. Dia ingin sekali agar Edward mencicipi masakannya. Dia ingin Edward tahu bahwa dirinya juga mampu menjadi seperti Nana.

"Aku nggak lapar," tolak Edward.

"Sedikit saja, Ed! Aku mohon! Belakangan ini, aku perhatikan kamu jarang makan. Lihat! Berat badan kamu turun drastis. Kalau kamu sakit, bagaimana?"

Mendengar kekhawatiran Silva untuk dirinya, Edward hanya tersenyum sinis. Entah kenapa, dia merasa biasa-biasa saja ketika Silva memperhatikan dirinya sampai seperti ini.

Baginya, perhatian Silva tak lagi ada artinya. Hanya seperti angin lalu. Hambar.

"Nggak usah pedulikan aku, Silva! Aku baik-baik saja!"

"Aku mohon, Ed! Makan sedikit saja, ya! Aku juga lapar. Tapi, aku nggak mau makan sendirian. Kamu temani aku, ya!"

Akhirnya, Edward pun memutuskan untuk mengalah. Kondisi Silva masih belum stabil. Jika dia tak makan, maka penyakitnya bisa saja kambuh kembali.

"Baiklah! Aku akan temani kamu untuk makan."

Silva memekik senang. Dia menarik lengan Edward tak sabaran menuju ke meja makan.

"Cobalah, Ed!" ujar Silva bersemangat. Dia meletakkan semangkuk sup buatannya didepan Edward.

Pria itu pun mencicipinya dengan sedikit enggan. Dan, sesuai dugaan, makanan buatan Silva sama sekali tidak enak.

"Puih!" Edward memuntahkan makanan dari mulutnya.

"Kenapa, Ed? Ada yang salah dengan supnya?" tanya Silva penasaran.

"Kamu kasih garam ke dalam sup ini, berapa sendok makan, Silva?" tanya Edward.

"Se-setengah toples," jawab Silva sambil nyengir.

"Pantas keasinan," tutur Edward. Dibantingnya sendok diatas meja lalu beranjak meninggalkan meja makan.

"Ed, kenapa kamu malah pergi?"

"Habiskan sup buatan kamu sendiri, Silva! Jangan buang-buang makanan! Aku nggak suka!" ujar Edward tanpa berbalik.

Silva reflek ikut membanting sendok. Dia kesal dengan kata-kata terakhir Edward.

Edward memintanya untuk tidak buang-buang makanan? Sejak kapan Edward jadi pandai perhitungan seperti ini?

Didalam kamar, Edward merebahkan tubuh lelahnya diatas tempat tidur. Dia pun menoleh ke arah kirinya. Biasanya, Nana selalu tidur di sana.

"Kamu dimana, Na? Aku rindu," lirih Edward menangis.

Andai tahu bahwa kehilangan Nana akan semenyakitkan ini, maka mustahil dia mengabaikan Nana selama ini.

"Aku cinta sama kamu, Na! Ku mohon, beri aku satu kesempatan lagi!" lanjutnya sambil memeluk bantal favorit milik Nana.

Akhir-akhir ini, dia baru bisa tertidur jika mencium aroma Nana yang masih menempel pada bantal itu.

*

*

*

"Edward benar-benar menyebalkan! Lagi-lagi Nana! Lagi-lagi perempuan sialan itu!"

Silva melemparkan lipstiknya dengan keras ke lantai. Setelah berganti pakaian, dia siap untuk menemui mantan suaminya.

Uang lima ratus juta yang diinginkan pria itu sudah disimpan Silva didalam sebuah tas hitam yang cukup besar. Dia pun berangkat dengan mengendap-endap menuju ke hotel Marriott.

(Datang ke hotel Marriott, di kamar 2007. Ada kejutan menarik untuk Tuan Edward!)

Kening Edward tampak mengernyit saat membaca pesan itu. Namun, karena didorong rasa penasaran, dia pun memutuskan untuk datang ke sana.

"Uangnya sudah ada. Sekarang, hapus video itu!" pinta Silva kepada sang mantan.

"Wow, santai, Sayang! Kenapa harus marah-marah? Baiklah, videonya akan aku hapus."

Pria itu pun menghapus video yang ada di ponselnya tepat didepan Silva. Kemudian, perempuan itu pun berbalik, hendak meninggalkan tempat itu.

"Mau kemana, Sayang?" tanya pria itu. Dia tiba-tiba memeluk Silva dari belakang.

"Kita sudah nggak punya urusan lagi! Jadi, menyingkir!"

"Kamu nggak mau kita main dulu? Mumpung kita sedang di hotel? Bukankah, kamu sangat suka pada permainanku?"

"Nggak."

Namun, pria itu tetap menyerang Silva dengan membabi-buta. Sebagai mantan pasangan, pria itu tentu tahu dimana saja titik-titik sensitif Silva berada.

Hingga akhirnya, Silva pun terhanyut dan ikut membalas serangan pria itu tak kalah ganas dan liarnya.

Brak!

Tepat saat keduanya sudah dalam keadaan menyatu, pintu tiba-tiba terbuka dan seorang pria masuk dengan tatapan penuh amarahnya.

Silva pun tersentak kaget. Dia mendorong kasar mantan suaminya lalu buru-buru mengenakan pakaian seadanya.

"Ed, kenapa kamu ada di sini?" tanya Silva panik.

"Cih, dasar perempuan menjijikkan!!" kata Edward sembari meludah jijik. Dia pun pergi tanpa berniat mendengarkan penjelasan apapun.

"Ed, tunggu! Aku bisa jelaskan!"

Terlambat! Silva tidak bisa mencegah kepergian Edward sama sekali.

"Hahahahaha!!! Bagaimana rasanya, Silva?" tanya pria yang duduk diatas tempat tidur.

"Kamu..." geram Silva. "Kamu yang memanggil dia untuk kemari?"

"Siapa lagi?"

"Berengsek!!"

Pria itu pun mengendikkan bahunya tak peduli. "Terserah, kamu mau mengataiku seperti apa. Yang jelas, kamu nggak akan pernah bahagia seumur hidup kamu, Silva! Selamanya, kamu hanya boleh menderita!!"

*

*

*

Sidang perceraian akhirnya tiba. Dengan harapan akan bertemu Nana, Edward sudah berangkat jauh lebih awal dibanding jadwal sidang yang tertera pada surat panggilan.

Didepan ruang sidang, dia menunggu Nana dengan begitu bersemangat. Cukup melihat bahwa Nana baik-baik saja, sudah mampu membuat Edward merasa tenang.

Akan tetapi, hingga waktu persidangan sebentar lagi akan dimulai, yang ditunggu oleh Edward tak kunjung datang juga. Hanya ada seorang perempuan dewasa berusia matang yang tiba-tiba datang menghampirinya.

"Pak Edward?" tanya perempuan itu.

"Ya, saya Edward," jawab Edward.

"Perkenalkan!" Perempuan itu mengulurkan tangannya. "Saya Shera Benjamin. Pengacara yang mewakili Mbak Nana dalam kasus perceraian kalian."

"Dimana Nana?" tanya Edward. Dia mengabaikan uluran tangan Shera.

"Mbak Nana berhalangan hadir. Beliau hanya melimpahkan segala urusan kepada saya."

"Kenapa Nana menolak hadir? Apa dia benar-benar sudah nggak mau kembali sama aku?" gumam Edward dengan perasaan tak karuan.

Melihat ekspresi pria dihadapannya, Shera hanya tersenyum kecil. Dia sudah menjumpai banyak pria yang menyesal usai istrinya benar-benar sudah pergi.

Jadi, saat melihat Edward menjadi seperti sekarang, Shera sama sekali tidak bersimpati.

"Kalau begitu, saya masuk duluan, Pak Edward!" pamit Shera.

"Nana! Kamu benar-benar nggak mau datang?" Edward masih berdiri ditempat yang sama. Dia berharap, Nana tiba-tiba muncul secara tak terduga. Akan tetapi, harapan Edward tak akan pernah terwujud.

1
Amriati Plg
Ending yang memuaskan puas baca nya
Amriati Plg
Cinta masa lalu yang tak sampai
Amriati Plg
Awas aja klo nanti nana luluh sama edward lagi n ngk jadi cerai
Sulati Cus
cerita yg bagus walaupun ada typo dikit
Memyr 67
𝗀𝗂𝗌𝖾𝗅𝗅𝖾 𝗅𝖺𝗀𝗂. 𝗌𝗂𝖺𝗉𝖺 𝗌𝗂𝗁 𝗀𝗂𝗌𝖾𝗅𝗅𝖾?
Memyr 67
𝖺𝗅𝗂𝗄𝖺 𝗂𝗇𝗀𝗂𝗇 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗄𝖺𝗁𝗂 𝖽𝗒𝗅𝖺𝗇 𝖺𝗍𝖺𝗎 "𝗆𝖾𝗇𝗀𝗎𝗋𝖺𝗌" 𝗁𝖺𝗋𝗍𝖺 𝗄𝖾𝗅𝗎𝖺𝗋𝗀𝖺 𝖽𝗒𝗅𝖺𝗇?
Memyr 67
𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝖺𝖽𝖺 𝗈𝖻𝖺𝗍. 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆 𝗌𝖾𝖻𝖾𝗅𝗎𝗆𝗇𝗒𝖺 𝗌𝗎𝖽𝖺𝗁 𝗌𝖾𝗋𝗂𝗇𝗀 𝖽𝗂𝖻𝗈𝗁𝗈𝗇𝗀𝗂 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗌𝖾𝗅𝖺𝗅𝗎 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗅𝖺 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝖽𝖺𝗇 𝗆𝖾𝗇𝗒𝖺𝗅𝖺𝗁𝗄𝖺𝗇 𝗇𝖺𝗇𝖺. 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗌𝖾𝗄𝖺𝗋𝖺𝗇𝗀 𝗆𝖺𝗋𝖺𝗁 𝗆𝖺𝗋𝖺𝗁? 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖺𝗐𝖾𝗍 𝖻𝖾𝗇𝖾𝗋 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽
Memyr 67
𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝖽𝖺𝗇𝗂 𝗆𝖺𝗋𝖺𝗁? 𝖽𝗂𝖺 𝖽𝖺𝗇 𝖺𝗇𝖺𝗄𝗇𝗒𝖺, 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀
Memyr 67
𝖼𝖾𝗐𝖾𝗄 𝗌𝖾𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺, 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝖺𝗄𝖺𝗇 𝗍𝖺𝗎 𝗄𝖾𝗅𝖾𝖻𝗂𝗁𝖺𝗇 𝖼𝖾𝗐𝖾𝗄 𝗅𝖺𝗂𝗇 𝖽𝗂𝖻𝖺𝗇𝖽𝗂𝗇𝗀𝗄𝖺𝗇 𝖽𝗂𝖺.
Memyr 67
𝗂𝗇𝗂 𝗅𝖺𝗀𝗂. 𝗄𝖾𝗇𝖺𝗉𝖺 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗍𝗂𝖻𝖺 𝗍𝗂𝖻𝖺 𝗂𝗄𝗎𝗍?
Memyr 67
𝗌𝗂𝖺𝗉𝖺 𝗂𝗍𝗎 𝗀𝗂𝗌𝖾𝗅𝖾? 𝖺𝖽𝖺 𝗁𝗎𝖻𝗎𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝗉𝖺 𝗀𝗂𝗌𝖾𝗅𝖾 𝖽𝖺𝗇 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽?
Memyr 67
𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗃𝗎𝗀𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗁 𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗁. 𝗂𝗇𝗀𝗂𝗇 𝗆𝖾𝗋𝖾𝖻𝗎𝗍 𝖼𝗂𝗇𝗍𝖺 𝗇𝖺𝗇𝖺, 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝖻𝖾𝗋𝗌𝗂𝗄𝖺𝗉 𝗆𝖾𝗆𝖻𝖾𝗅𝖺 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺.
Memyr 67
𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀𝗇𝗒𝖺 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗁 𝗌𝖾𝗆𝖻𝗎𝗁. 𝗎𝖺𝗇𝗀 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗂𝗍𝗎 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗇𝖺𝗇𝖺. 𝗍𝖺𝗇𝗉𝖺 𝖻𝖺𝗇𝗍𝗎𝖺𝗇 𝗎𝖺𝗇𝗀 𝗍𝗋𝗂𝗅𝗂𝗎𝗇𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗇𝖺𝗇𝖺, 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗂𝗍𝗎 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗆𝗂𝗌𝗄𝗂𝗇.
Memyr 67
𝗌𝖾𝗍𝗎𝗃𝗎 𝖺𝗄𝗎, 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗌𝖾𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝖽𝗂𝗍𝗎𝗋𝗎𝗇𝗄𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗋𝗂 𝗉𝗈𝗌𝗂𝗌𝗂 𝗍𝖾𝗋𝗍𝗂𝗇𝗀𝗀𝗂 𝖽𝗂 𝗉𝖾𝗋𝗎𝗌𝖺𝗁𝖺𝖺𝗇.
Memyr 67
𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝖻𝖺𝗋𝗎 𝗌𝖺𝖽𝖺𝗋 𝗄𝖺𝗅𝖺𝗎 𝖽𝗂𝖺 𝖻𝗈𝖿𝗈𝗁?
Memyr 67
𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽 𝗆𝖾𝗇𝗀𝖺𝗄𝗎𝗂 𝗇𝖺𝗇𝖺 𝗒𝗀 𝗍𝖾𝗋𝗁𝖾𝖻𝖺𝗍, 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗌𝗂𝗅𝗏𝖺 𝗒𝖺𝗇𝗀 𝗍𝖾𝗋𝖼𝗂𝗇𝗍𝖺? 𝖻𝖾𝗇𝖾𝗋𝖺𝗇 𝗆𝗈𝖽𝖾𝗅 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀
Memyr 67
𝖻𝖺𝗇𝗒𝖺𝗄 𝗍𝗈𝗄𝗈𝗁 𝗍𝗈𝗄𝗈𝗁 𝗒𝗀 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖽𝗂 𝖼𝖾𝗋𝗂𝗍𝖺 𝗂𝗇𝗂 𝗒𝖺? 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽, 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀, 𝗒𝖺𝗇𝖺, 𝖼𝖾𝗐𝖾𝗄 𝗁𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀, 𝗍𝖾𝗋𝗎𝗌 𝗇𝖺𝗇𝗍𝗂 𝗆𝖺𝗌𝗂𝗁 𝖺𝖽𝖺 𝗒𝗀 𝗅𝖺𝗂𝗇𝗇𝗒𝖺?
Memyr 67
𝗌𝗂𝖺𝗅 𝖻𝖾𝗇𝖾𝗋 𝗇𝖺𝗇𝖺. 𝗆𝖾𝗇𝗂𝗄𝖺𝗁𝗂 𝖼𝗈𝗐𝗈𝗄 𝗌𝖾𝗀𝗈𝖻𝗅𝗈𝗀 𝖾𝖽𝗐𝖺𝗋𝖽. 𝖼𝗎𝗆𝖺 𝗄𝖺𝗋𝖾𝗇𝖺 𝗆𝖺𝗌𝖺 𝗅𝖺𝗅𝗎, 𝗆𝖾𝗆𝖻𝗎𝖺𝗇𝗀 𝖻𝖾𝗋𝗅𝗂𝖺𝗇 𝖽𝖺𝗇 𝗆𝖾𝗋𝖺𝗐𝖺𝗍 𝖻𝖺𝗍𝗎 𝗄𝖺𝗅𝗂.
Evy
Dapat ATM zonk...emang enak?
Evy
Teman yang tidak tahu diri memang harus digituin...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!