Follow IG @ersa_eysresa
Bagaimana jika kekasih yang kamu cintai ternyata bermain hati dengan adikmu. Dan di hari pertunanganmu dia membatalkan pertunangan kalian dan mempermalukanmu dengan memilih adikmu untuk dinikahi.
Malu sudah pasti, sakit dan hancur menambah penderitaan Rayya gadis berusia 23 tahun. Gadis cantik yang sudah mengalami ketidakadilan di keluarganya selama ini, kini dipermalukan di depan banyak orang oleh adik dan kekasihnya.
Namun di tengah ketidakadilan dan keterpurukan yang dia alami Rayya, muncul sosok pangeran yang tiba-tdi berlutut di depannya dan melamarnya di depan semua orang. Tapi sayangnya dia bukanlah pangeran yang sebenarnya seperti di negeri dongeng. Tapi hanya pria asing yang tidak ada seorangpun yang mengenalnya.
Siapakah pria asing itu?
Apakah Rayya menerima lamaran pria itu untuk menutupi rasa malunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Rencana Arin
Di ruang tamu yang redup di sebuah rumah sederhana, Irwan dan Arin duduk terpaku di sofa usang. Wajah mereka tampak letih dan penuh penyesalan, seolah setiap kerutan di dahi dan garis di pipi menyimpan beban masa lalu yang tak terhapuskan. Hening menyelimuti ruangan, hanya terdengar detak jam dinding yang seakan menghitung detik-detik keputusasaan yang terus mengalir.
Malam itu, kenangan kelam kembali menghantui pikiran mereka. Selama bertahun-tahun, Rayya, anak angkat yang selama ini mereka anggap remeh dan sia-siakan, ternyata menyimpan rahasia besar. Di balik senyum manis dan kerendahan hati yang selalu ia tampilkan, Rayya menyembunyikan identitasnya sebagai pemilik toko roti yang terkenal di kota kecil itu.
" Anak kurang ajar. Selama ini, ia sengaja berpura-pura menjadi pegawai biasa di toko roti itu. Benar-benar akting yang sangat luar biasa. " gumam Arin dengan wajah penuh amarah.
"Dia tidak kurang ajar dia hanya pintar, " sahut Irwan sinis.
Mendengar ucapan suaminya membuat Arin semakin geram.
"Pantas saja, setiap hari gajian tiba, Rayya dengan tulus memberikan seluruh uang gajinya kepada kita jika aku Memintanya. Ia rela memberikan semua yang ia miliki, dan aku seolah berhasil mengambil semua yang dia miliki. Tapi rupanya jumlah itu hanya sehelai butiran pasir jika dibandingkan dengan penghasilan yang dia dapat dari toko rotinya." ucap Arin masih terus merasa tak percaya dengan semua kenyataan yang dia dapatkan hari ini.
"Sudahlah, kenapa juga kamu marah-marah sekarang. Sedangkan kemarin kita sudah mengusirnya. Pikirkan saja nasib anakmu itu, dia sudah bertunangan dengan Putra. Apa kau tidak khawatir dengan pertunangan mereka jika orang tua putra mendengar berita ini. " ujar Irwan yang mencoba berfikir realistis tentang masa depan anak mereka.
Arin baru menyadari, di tengah kebenaran yang baru mereka ketahui, ada bayang-bayang kelam yang terus menghantui keluarganya. Livia, anak kandung mereka yang selama ini menjadi sumber kebanggaan kini berubah membawa bencana bagi Irwan dan Arin. Mereka mendapati Livia terjerat masalah hukum.
Livia masuk penjara setelah serangkaian keputusan buruk yang sudah mereka ambil. Dan dalang di balik semua itu, ternyata ada laporan yang dibuat oleh Rayya. Laporan itu, yang menyebabkan Livia terperangkap dalam jerat hukum, merupakan puncak dari deretan konflik yang menyelimuti keluarga ini.
Kini Arin merasa semakin tersakiti dan dikhianati oleh Rayya. “Selama ini, kau sembunyikan kebenaran besar ini dariku,” bisiknya lirih namun penuh kemarahan ketika mereka membahas semua yang terjadi.
"Kau membuatku percaya bahwa kau hanyalah seorang pegawai biasa, padahal sebenarnya kau adalah pemilik toko roti yang sukses. Aku merasa kita telah dikhianati, dan tertipu oleh wajah polosnya,"
Irwan hanya diam. Wajahnya yang biasanya tegas kini tampak datar dan tak berdaya, seolah-olah setiap kata yang diucapkan oleh Arin adalah duri yang menusuk hatinya diam-diam, namun ia memilih untuk menelan semua itu dalam keheningan.
Bagi Irwan, kekecewaan dan penyesalan yang kini menggerogoti hatinya hanya berakhir sia-sia. Dalam benaknya, ia tahu bahwa selama ini mereka telah menyia-nyiakan Rayya dan salah menilainya, dan kini yang mereka rasakan adalah penyesalan di penghujung jalan.
"Aku harus meminta maaf, meskipun semua ini sudah terlambat. Aku akan ke toko Rayya besok walau harus berlutut dan meminta maaf akan aku lakukan. " gumam Arin merasa frustasi. Ia bertekad untuk memohon kepada Rayya agar mencabut laporannya, agar Livia bisa segera dibebaskan.
Irwan masih terdiam, Ia tidak habis fikir dengan pemikiran Arin yang berencana untuk mendatangi Rayya, namun ia ragu. Menurut Irwan, tindakan Arin terlalu gegabah dan emosional.
"Bagaimana jika Rayya tidak mau mendengarkan? Bukankah kita sudah tidak bersikap adil kepadanya dan menyia-nyiakan kesempatan untuk membesarkan dia dengan baik? Bahkan kita sudah mempermalukannya di depan umum dan mengusirnya dari rumah ini, " ujar Irwan mengatakan apa yang dia pikirkan kepada istrinya
Keraguannya membuatnya memilih untuk tetap pasif, mengamati setiap langkah yang akan diambil oleh istrinya dengan kecemasan yang tak terungkapkan. Mendengar ucapan suaminya membuat Arin mulai ragu apakah benar yang dikatakan oleh Suaminya itu. Apakah ini salah satu bentuk balas dendam Rayya kepada keluarganya???
***********
Di pagi buta Rayya sudah terbangun dari tidurnya. Matahari belum menampakkan sinarnya di ufuk timur, dan udara masih sangat sejuk. Dengan langkah ringan, ia turun dari ranjang, berusaha tidak membangunkan Saka yang masih terlelap di sampingnya. Senyum kecil terukir di wajahnya saat ia melihat suaminya tidur dengan damai.
Setelah membersihkan tubuhnya, Ia segera menuju dapur berniat menyiapkan sarapan untuk Saka dan mama mertuanya yang sedang menginap di rumah mereka. Ini adalah kali pertama Lina bermalam di sana. Rayya akan berusaha memberikan yang terbaik.
Baginya, memasak adalah hal yang sudah biasa dia lakukan sejak kecil untuk melayani keluarga angkatnya. Sekarang memasak akan menjadi rutinitasnya di rumah ini bersama suaminya, Saka.
Bau harum bawang putih yang ditumis mulai menyebar di dapur. Suara gemerisik nasi yang diaduk dalam wajan berpadu dengan telur orak arik yang mulai matang di atas pan. Rayya bekerja dengan cekatan, seolah tangannya sudah terbiasa menghafal setiap gerakan. Saat ia tengah menuangkan teh hangat ke dalam cangkir, suara langkah kaki terdengar dari arah tangga.
"Selamat pagi, sayang. Harum sekali baunya, sarapan apa kita pagi ini?” suara lembut Bu Lina menyapa.
Rayya menoleh dan tersenyum. "Selamat pagi, Ma. aku membuat nasi goreng, sayang sekali nasi semalam masih banyak. Jadi aku buat nasi goreng aja. Semoga cocok di lidah Mama."
Bu Lina mengangguk dengan tatapan penuh apresiasi. "Wah, Rayya kau tau bagaimana caranya berhemat. Terima kasih, mama mandi dulu, ya."
Tak lama kemudian, Saka juga muncul, masih mengenakan piyama dan rambutnya sedikit berantakan. Ia menguap kecil sebelum tersenyum melihat pemandangan di meja makan.
“Pagi, Sayang,” katanya sambil mencium kening Rayya. “Wah, nasi goreng buatan istri tercinta. Pagi ini pasti menyenangkan.”
Rayya tertegun mendapatkan perlakukan istimewa dari Saka karena baru kali ini Saka bersikap lembut kepadanya, karena mereka hanya menikah dengan kebetulan dan tanpa cinta sama sekali.
"Jangan melamun, nanti nasi gorengnya gosong." ujar Saka sambil terkekeh dan kembali ke kamarnya untuk segera membersihkan tubuhnya dan bersiap ke kantor.
Nala segera tersadar dengan wajah memerah dan kembali fokus dengan nasi gorengnya.
Mereka bertiga duduk bersama, menikmati sarapan dengan penuh kehangatan. Obrolan ringan mengalir, sesekali diselingi tawa kecil.
"Apa rencana mama hari ini? Apa mama akan pulang ke rumah?" tanya Saka kepada mamanya.
"Tidak, mama akan ikut Rayya ke toko rotinya. Mama ingin melihat menantu mama bekerja dan membantu mengembalikan nama baik Ray's Bakery. Kamu tau kan siapa mama. " ujar Lina sambil menaik turunkan alisnya.
Saka tersenyum lebar mendengar keinginan mamanya itu, dia tau apa yang akan mamanya itu lakukan. Jika mamanya sudah turun tangan, semua akan baik-baik saja dan nama baik Ray's Bakery akan kembali seperti semula.