NovelToon NovelToon
Civil War: Bali

Civil War: Bali

Status: tamat
Genre:Action / Sci-Fi / Tamat / Spiritual / Kehidupan Tentara / Perperangan / Persahabatan
Popularitas:565
Nilai: 5
Nama Author: indrakoi

Di masa depan, dunia telah hancur akibat ledakan bom nuklir yang menyebabkan musim dingin global. Gelombang radiasi elektromagnetik yang dahsyat melumpuhkan seluruh teknologi modern, membuat manusia kembali ke zaman kegelapan.

Akibat kekacauan ini, Pulau Bali yang dulunya damai menjadi terjerumus dalam perang saudara. Dalam kehidupan tanpa hukum ini, Indra memimpin kelompok Monasphatika untuk bertahan hidup bersama di tanah kelahiran mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indrakoi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24

Di sisi timur kota Amlapura, tepatnya di sebuah perempatan besar, pertempuran sengit sedang berkecamuk dengan hebatnya. Dua ratus pasukan budak yang dipimpin oleh Indra dan Aryandra berhadapan dengan tiga ratus lima puluh prajurit Karangasem yang dimiliki oleh Ashura.

Dentuman senjata api menggema di udara, sehingga menambah suasana mencekam medan pertempuran. Namun, hal itu tidak mengurangi semangat dan keberanian pasukan budak sedikit pun. Berbekal senjata tajam yang diiringi dengan teriakan perang yang menggelegar, mereka terus menyerang tanpa henti hingga membuat prajurit Karangasem kewalahan.

Semangat tempur pasukan budak ini tak terlepas dari pengaruh Indra. Orasi-orasinya yang membara di tengah medan perang berhasil membakar keberanian mereka. Aryandra, yang menyaksikannya secara langsung, tak bisa menyembunyikan kekagumannya.

"Mulutmu itu memang luar biasa, Ndra. Dengan begini, kita bisa mengulur waktu sampai pasukan kita tiba." Puji Aryandra dengan nada yang penuh hormat.

Indra mengerutkan kening saat matanya tertuju pada sosok Ashura yang dengan mudah melemparkan satu per satu pasukan budaknya ke langit. "Yah, tapi aku nggak yakin mereka bisa menahannya lebih lama lagi. Lihatlah, raksasa itu melayangkan mereka ke langit tanpa kesulitan yang berarti." Ucap Indra sembari menunjuk Ashura yang sedang mengamuk.

Aryandra kembali menyadari betapa mengerikannya kekuatan Ashura. Satu pukulan darinya sudah cukup untuk merenggut nyawa seorang manusia dewasa. Tenaganya yang luar biasa memungkinkan untuk melawan ratusan budak itu sepanjang malam tanpa merasa kelelahan sedikitpun.

Seluruh budak ini tidak ada apa-apanya jika melawan seorang Ashura yang agung. Jika pasukan Badung dan Monasphatika tidak segera datang, mereka semua akan menemui ajalnya di tangan Ashura.

Indra kemudian melirik Aryandra dengan tatapan yang penuh harap. "Apa kau punya ide selain menunggu pasukan kita datang?" Tanya Indra dengan suara yang tegang.

Aryandra mengerutkan kening sambil menopang dagunya. Pikirannya berputar cepat untuk mencari solusi di tengah situasi genting ini. Namun sayangnya, tidak ada satupun ide yang melintas di pikirannya. Bola mata Aryandra melirik ke sana kemari, seolah mencari petunjuk yang bisa membantunya untuk mengatasi perasalahan ini.

Indra, yang menyadari bahwa Aryandra kesulitan untuk menemukan solusi, hanya bisa menghela napas. "Baiklah, kalau begitu, kita hanya perlu bertahan sedikit lebih lama lagi. Jangan memaksakan dirimu, Aryandra." Ujar Indra mencoba menenangkan rekannya.

Tiba-tiba, di tengah situasi yang semakin menegangkan, suara derap langkah kuda yang dibarengi dengan tembakan senjata api menggema dari arah belakang Ashura. Pasukan Monasphatika dan juga Pasukan Badung akhirnya tiba di medan perang untuk membantu mereka. Alex dan Chakra terlihat menunggangi kudanya di barisan terdepan, seolah-olah mereka adalah representasi dari masing-masing pasukan.

Kedatangan mereka semakin menyulut amarah Ashura. Matanya terlihat memerah karena kemarahannya yang kian memuncak. "Alex!" Teriaknya dengan suara menggelegar, mengetahui bahwa prajurit terkuat Pasukan Badung sedang berada di wilayahnya. Ashura kemudian melesat ke arah Alex dengan tinjunya yang terkepal kuat.

Alex tidak tinggal diam. Ia semakin memacu kudanya sambil mengepalkan tangan dengan ekspresi yang menantang. "Ashura!" Teriaknya membalas. Kedua raksasa itu kemudian bertemu dengan tinju mereka yang bertabrakan dengan kekuatan dahsyat. Pukulan itu sampai menghasilkan gelombang suara yang seolah mampu mengguncang medan perang. Indra sampai dibuat merinding saat menyaksikan pertarungan itu dari kejauhan. "Gila... Ini pertama kalinya aku melihat dua orang raksasa saling bertarung." Gumamnya takjub bercampur ngeri.

Sementara Alex dan Ashura saling menyerang satu sama lain, pasukan Monasphatika bersama pasukan Badung bergerak cepat untuk membantu para budak yang masih berjuang. Pertempuran yang awalnya berat sebelah, kini menjadi berbalik seratus delapan puluh derajat. Prajurit Karangasem yang berjumlah tiga ratus lima puluh orang tidak sanggup untuk menghadapi serangan gabungan pasukan budak, Monasphatika, dan juga pasukan Badung.

Di tengah kekacauan itu, Chakra datang menghampiri Indra dan Aryandra dengan tergesa-gesa. "Ketemu juga akhirnya." Ujarnya sambil menghela napas lega.

"Yah, untung kalian datang tepat waktu. Kami hampir saja jadi daging tumbuk si raksasa itu." Sahut Indra sambil bercanda untuk mencairkan suasana yang tegang.

Chakra tersenyum tipis, sebelum wajahnya kembali serius. "Lalu, apa yang harus kita lakukan selanjutnya, Ndra?" Tanyanya meminta arahan.

Aryandra kemudian mendekat dengan tatapan mata yang membara. "Kita bagi tugas. Aku akan membantu Alex untuk melawan Ashura. Sementara itu, Kau dan Indra akan bertugas untuk menyelamatkan Sekar." Ujarnya dengan tegas.

Indra terkejut mendengar pembagian tugas itu. "Aryandra, raksasa itu bukanlah lawan yang bisa kau hadapi berdua saja. Bagaimana kalau kita berempat melawan Ashura terlebih dahulu, lalu menyelamatkan Sekar bersama-sama?" Tawarnya dengan suara penuh kekhawatiran.

Aryandra menggeleng pelan untuk menolak tawaran Indra. "Ashura itu terlalu kuat, Ndra. Bahkan kita berempat belum tentu bisa mengalahkannya. Jika kita semua tewas, siapa yang akan menyelamatkan Sekar nantinya?"

Indra menghela napas panjang karena menyadari kebenaran dalam kata-kata Aryandra. "Baiklah, kalau begitu, aku akan pergi mencari Sekar." Katanya dengan suara yang berat. Ia kemudian menatap Aryandra sejenak dengan mata yang penuh keyakinan. "Jangan mati, Aryandra. Aku akan menemuimu lagi nanti."

Aryandra mengangguk dengan wajah penuh tekad. "Baiklah, aku janji!" Ujarnya sambil meletakkan tangan di dada kirinya.

Indra kemudian melesat meninggalkan medan perang dengan berboncengan bersama Chakra. Mereka berdua akan menyusuri seluruh wilayah Amlapura untuk mencari lapas dimana Sekar dikurung.

Sementara itu, Aryandra berbalik untuk menghadapi Ashura yang masih bertarung sengit dengan Alex. Pertarungannya sama sekali belum dimulai, namun ia merasa bahwa nyawanya sudah berada di ujung tanduk.

...***...

Di sisi lain medan pertempuran, Alex masih berdiri tegak, meski napasnya sudah tersengal-sengal. Di hadapannya, Ashura yang merupakan musuh bebuyutan dari Aliansi, tampak begitu perkasa. Meski ukuran tubuh mereka hampir sama, Ashura jelas lebih unggul dalam pertarungan ini. Setiap gerakannya dipenuhi dengan kekuatan dan kecepatan yang mengerikan.

Sepanjang pertarungan, Alex hanya bisa bertahan dari setiap serangan Ashura. Ia sibuk menghindar dan menangkis setiap pukulan yang diarahkan kepadanya. Sesekali, Alex sempat melancarkan beberapa serangan balik, namun serangannya itu seolah tak ada artinya bagi Ashura.

Sang raksasa itu sama sekali tidak menghiraukan pukulan dari Alex. Ia menerima setiap serangan dengan santai, seolah tubuhnya terbuat dari tungsten. Ashura hanya sibuk menyerang bertubi-tubi dengan menggunakan kekuatannya yang mengerikan.

Selain itu, ekspresi Ashura membuat Alex menjadi semakin frustasi. Ia terus tertawa lebar, seolah menikmati setiap detik pertarungan ini. Suara gelak tawanya menggema, hingga terasa menusuk telinga setiap orang yang ada di sekitarnya.

"Hahahaha! Tidak kusangka kalian bisa menyusup ke wilayahku tanpa terdeteksi sama sekali!" Puji Ashura sambil mendaratkan pukulan keras ke dada Alex. Tubuh Alex terhuyung ke belakang, namun ia berhasil menahan diri agar tidak terjatuh.

Ashura kemudian melancarkan tendangan yang sangat keras, hingga membuat Alex terlempar beberapa langkah ke belakang. "Boleh aku tahu bagaimana cara kalian berhasil masuk ke sini?" Tanya Ashura sambil menertawai Alex yang tersungkur di aspal.

Alex terdiam sejenak untuk mengatur napasnya yang sudah tidak karuan. Rasa nyeri yang intens terasa menggerogoti seluruh tubuhnya. Akan tetapi, alih-alih terlihat kesakitan, Alex justru menyunggingkan senyum yang dibarengi dengan tatapan mata menantang.

"Tanyakan saja pada benteng bodoh yang kau bangun itu." Jawab Alex dengan nada mengejek. "Benteng besar itu menghalangi jarak pandang kalian, sehingga kami bisa masuk dari arah barat tanpa terdeteksi sama sekali."

Ashura terkekeh mendengar jawaban itu. Matanya terlihat membara dengan kegembiraan dan amarah yang bercampur di baliknya. "Berani sekali kau, Alex!" Ujarnya dengan suara berat yang mengintimidasi. Tiba-tiba, ia melesat maju dengan kecepatan yang luar biasa. Tinju kanannya terangkan, dipenuhi dengan energi yang siap meledak.

Melihat posisinya yang dalam bahaya, Alex segera melompat ke depan untuk melayangkan pukulan ke wajah Ashura. Namun sayangnya, di detik-detik terakhir, Ashura dengan gesit menghindar sambil menangkap tangan Alex. Dengan gerakan cepat, Ashura memutar tubuhnya untuk memperoleh momentum sebelum menghempaskan Alex ke udara.

Tubuh Alex yang besar kemudian terlempar tinggi ke langit, sebelum akhirnya menghantam aspal jalan dengan keras. Kepalanya terasa pusing dan pandangannya berkunang-kunang. Akan tetapi, hal itu tidak membuat tekadnya pudar sedikitpun. Dengan badan yang gemetaran menahan rasa sakit, ia berusaha bangkit kembali untuk menghadapi Ashura.

Di kejauhan, Ashura berjalan perlahan mendekati Alex, seolah ia adalah seekor predator yang siap menyantap mangsanya. "Hahahaha! Lucu sekali melihat badan besarmu itu melayang tinggi di udara." Ejeknya dengan tawa penuh kemenangan.

Alex mengerang kesakitan, tapi ia tetap berusaha untuk bangkit. "Sialan... bisa-bisanya dia melemparku seperti ini..." Gumamnya sambil mencoba untuk berdiri lagi.

Sesaat kemudian, tawa Ashura yang menggelegar tiba-tiba berhenti begitu saja. Ia merasakan pipi dan telinga kanannya seperti disengat oleh ribuan tawon. Setelah diraba, Ashura melihat telapak tangannya dipenuhi dengan darah segar. Matanya kemudian tertuju pada seseorang yang tiba-tiba sudah berada di samping Alex, seolah muncul begitu saja dari bawah tanah. Orang itu adalah Aryandra, pemimpin pasukan Badung yang terkenal dengan kecepatannya.

"Sepertinya lompatanku tadi terlalu tinggi, ya. Harusnya tebasan itu mengenai pembuluh darah di lehermu, lho." Ucap Aryandra dengan suara dingin. Matanya menatap tajam ke arah Ashura tanpa memperlihatkan rasa takut sedikitpun.

Ashura tertawa dengan penuh amarah dan hasrat membunuh. "Hahahaha! Ternyata kau ada di sini juga, ya. Harusnya aku sudah memperkirakan keberadaanmu sejak awal!" Ujarnya dengan suara menggema seperti guntur.

Alex, yang masih berlutut di tanah, menatap Aryandra dengan kesal. "Kau sengaja membuat serangan itu meleset karena tidak ingin membunuhnya, bukan?" Gerutunya kesal. Aryandra hanya membalas dengan senyuman tipis, seolah mengkonfirmasi kebenaran dari pernyataan Alex.

Ashura kemudian mendengus, seolah sudah kehabisan kesabarannya. "Baiklah, cukup basa-basinya!" Teriaknya menggelegar. Ia lalu memasang kuda-kuda seperti seorang pesumo yang siap meremukkan tubuh musuhnya. Matanya menatap tajam, seperti seekor hewan buas yang siap menerkam mangsanya.

"Ayo kita lanjutkan pertarungannya!" Seru Ashura penuh dengan tantangan.

1
jonda wanda
Mungkin cara bicara karakter bisa diperbaiki agar lebih natural.
IndraKoi: baik, makasih banyak ya masukannya🙏
total 1 replies
Abdul Aziez
mantap bang
IndraKoi: makasih bang🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!