Fitriyani Nurjannah adalah seorang guru honorer selama 15 tahun di SMA 2 namun ia tak pernah menyerah untuk memberikan dedikasi yang luar biasa untuk anak didiknya. Satu persatu masalah menerpa bu Fitri di sekolah tempat ia mengajar, apakah pada akhirnya bu Fitri akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bu Fitri Memberikan Motivasi
Setelah Bu Vivi keluar dari kelas dengan wajah masam, Fitri masuk dengan senyum hangat dan tatapan penuh kasih sayang. Ia melihat wajah-wajah murung para siswa dan merasakan kesedihan yang mereka rasakan.
"Anak-anakku, Ibu tahu kalian sedang kecewa dan sedih," kata Fitri dengan lembut. "Tapi, jangan biarkan kekecewaan dan kesedihan itu menguasai diri kalian."
Fitri kemudian memberikan dorongan moral dan semangat kepada para siswa. Ia mengatakan bahwa mereka semua adalah anak-anak yang hebat dan memiliki potensi yang luar biasa.
"Setiap kalian memiliki kelebihan dan keistimewaan masing-masing," kata Fitri.
"Jangan pernah merasa rendah diri atau merasa bodoh. Kalian semua adalah anak-anak yang pintar dan berbakat."
Fitri juga memberikan contoh tentang bagaimana cara menghadapi kesulitan dan kegagalan. Ia mengatakan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar dan tidak boleh membuat seseorang menyerah.
"Kegagalan itu bukan berarti kalian tidak bisa," kata Fitri. "Kegagalan itu adalah pelajaran yang berharga untuk kita bisa menjadi lebih baik lagi."
Fitri tidak menghardik atau merendahkan para siswa. Ia justru memberikan dukungan dan motivasi agar mereka bisa bangkit kembali dan meraih kesuksesan.
"Ibu percaya kalian semua pasti bisa," kata Fitri. "Kalian adalah generasi penerus bangsa yang hebat. Jangan pernah menyerah pada impian kalian."
Para siswa mendengarkan kata-kata Fitri dengan penuh perhatian. Mereka merasa terharu dan termotivasi dengan semangat yang diberikan oleh guru mereka.
****
Popularitas Fitri di kalangan siswa SMA 2 memang tidak terbantahkan. Ia menjadi idola, sosok guru yang kehadirannya selalu dinantikan. Kelas yang ia ajar tak pernah sepi. Bahkan, ketika guru lain masuk kelas, banyak siswa yang memilih untuk bolos. Namun, pemandangan berbeda terlihat di kelas Fitri. Semua siswa seolah enggan beranjak dari tempat duduk mereka. Mereka betah berlama-lama belajar bersama Fitri, menikmati setiap ilmu yang ia bagikan.
Berlangsung sepanjang hari. Mereka tidak ingin waktu belajar bersama Fitri berakhir. Bagi mereka, Fitri bukan hanya sekadar guru, tapi juga sosok inspiratif yang mampu membangkitkan semangat belajar. Fitri selalu memberikan motivasi, dorongan, dan perhatian kepada setiap siswa. Ia juga memiliki cara mengajar yang menyenangkan dan mudah dipahami. Tak heran, jika para siswa sangat menyukai Fitri.
Fenomena ini tentu saja menjadi perhatian bagi guru-guru lain. Ada yang merasa iri, ada pula yang merasa kagum. Namun, Fitri tidak pernah merasa tinggi hati atau memanfaatkan popularitasnya. Ia tetap rendah hati dan terus berusaha untuk menjadi guru yang lebih baik lagi.
Suatu hari, kepala sekolah memanggil Fitri ke ruangannya. Ia ingin mengetahui lebih lanjut tentang metode mengajar Fitri yang begitu disukai oleh para siswa. Fitri pun menceritakan pengalamannya dan berbagi tips tentang bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan efektif. Kepala sekolah sangat terkesan dengan penjelasan Fitri. Ia pun memberikan apresiasi atas dedikasi dan kinerja Fitri selama ini.
****
Fitri dengan senang hati menjabarkan semua yang ia lakukan pada kepala sekolah. Ia menceritakan bagaimana ia berusaha untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, memberikan motivasi kepada siswa, dan membantu mereka memahami materi pelajaran dengan mudah. Kepala sekolah mendengarkan dengan penuh perhatian dan sesekali mengangguk-angguk tanda setuju.
"Saya hanya ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak, Pak," kata Fitri dengan tulus. "Saya ingin mereka merasa senang belajar dan termotivasi untuk meraih cita-cita mereka."
Kepala sekolah sangat terkesan dengan penjelasan Fitri. Ia memuji Fitri sebagai guru yang berdedikasi dan inspiratif. "Anda adalah contoh yang baik bagi guru-guru lain," kata kepala sekolah. "Saya berharap semakin banyak guru yang mengikuti jejak Anda."
Fitri merasa senang dan terharu dengan pujian kepala sekolah. Ia berjanji akan terus berusaha untuk menjadi guru yang lebih baik lagi.
Namun, di balik semua itu, Bu Ida dan gengnya tidak berhenti untuk mencari celah kesalahan Fitri. Bagi mereka, apa yang dilakukan Fitri tidak lebih dari sekadar cari muka. Mereka tidak percaya bahwa Fitri melakukan itu dengan tulus.
"Dia itu cuma cari muka saja," kata Bu Ida dengan sinis. "Dia ingin terlihat baik di depan kepala sekolah dan siswa."
"Iya, Bu," timpal Bu Vivi. "Dia juga sok lugu. Semua yang dia lakukan harus dapat sorotan!"
"Sudahlah, biarkan saja dia dengan kesokannya itu," kata Bu Nilam dengan jutek. "Nanti juga dia akan sadar sendiri."
Mereka bertiga terus saja bergosip tentang Fitri, mencari-cari kesalahan dan kekurangan Fitri. Mereka tidak pernah lelah untuk merendahkan Fitri di belakangnya.
****
Hari itu, SMA 2 kedatangan guru magang dari sebuah universitas swasta ternama. Beberapa mahasiswa dari fakultas keguruan akan menjalani masa praktik mengajar di sekolah tersebut. Bu Ida, sebagai guru senior, ditunjuk sebagai pamong bagi para guru magang.
Namun, sikap Bu Ida terhadap para calon guru itu tidak seperti yang diharapkan. Ia terlihat jutek dan merendahkan mereka. Bu Ida bahkan mengatakan bahwa mereka bisa mengambil alih kelasnya dan menggantikannya mengajar sementara ia bisa bersantai di ruang guru yang ber-AC.
"Kalian ini mahasiswa atau anak TK?" kata Bu Ida dengan sinis."
Bu Ida mengatakan itu karena para mahasiswa itu dandanannya sangat tidak sesuai dengan apa yang dibayangannya sebagai seorang guru.
"Kalian ini calon guru, tapi tidak tahu apa-apa," lanjut Bu Ida. "Bagaimana nanti kalian mau mengajar anak-anak kalau tidak punya pengetahuan?"
Para guru magang hanya bisa terdiam dan menundukkan kepala. Mereka merasa malu dan tidak percaya diri dengan perlakuan Bu Ida.
"Sudahlah, kalian ini memang tidak ada harapan," kata Bu Ida. "Kalian bisa ambil alih kelas saya saja. Saya mau istirahat dulu di ruang guru."
Para guru magang masih terdiam dan saling berpandangan. Mereka merasa sedih dan kecewa dengan sikap Bu Ida.
"Bagaimana ini, teman-teman?" kata seorang guru magang. "Kita baru saja datang, tapi sudah diperlakukan seperti ini."
"Saya juga tidak tahu," jawab guru magang yang lain. "Saya jadi tidak semangat untuk mengajar."
Mereka berdua kemudian mencoba untuk menenangkan diri dan saling memberikan semangat. Mereka berjanji akan membuktikan kepada Bu Ida bahwa mereka adalah calon guru yang berkualitas.
****
Melihat para guru magang yang murung dan tidak bersemangat, Fitri tidak bisa tinggal diam. Ia segera menghampiri mereka dan memberikan dukungan serta motivasi.
"Adik-adik, jangan berkecil hati dengan apa yang dikatakan Bu Ida," kata Fitri dengan lembut. "Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Yang penting, kita terus belajar dan berusaha untuk menjadi lebih baik."
Fitri kemudian menceritakan pengalamannya sendiri sebagai guru honorer yang seringkali diremehkan oleh orang lain. Ia mengatakan bahwa ia tidak pernah menyerah pada keadaan dan selalu berusaha untuk membuktikan bahwa ia bisa menjadi guru yang berkualitas.