NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: pinkberryss

Akibat kenakalan dari Raya dan selalu berbuat onar saat masih sekolah membuat kedua orangtuanya memasukkan Raya ke ponpes. setelah lulus sekolah.

Tiba disana, bukannya jadi santri seperti pada umumnya malah dijadikan istri kedua secara dadakan. Hal itu membuat orangtua Raya marah. Lalu apakah Raya benar-benar memilih atau menolak tawaran seperti orangtuanya?

Tingkah laku Raya yang bikin elus dada membuat Arsyad harus memiliki stok kesabaran yang banyak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkberryss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menerima dengan pasti

"RAYA!"

Mereka semua terkaget dengan jawaban yang dilontarkan oleh Raya, tak terkecuali orangtuanya yang sangat syok bahkan Diana hampir pingsan.

Inayah dengan gerak cepatnya menuju ke Raya memeluk dan mengelus punggung gadis cantik itu. Bu Sofiyah dan pak Umar mematung ditempat akibat perkataan tadi.

"Kalian nggak salah denger kok! Gue Raya terima jadi istrinya Arsyad." Burhan menggeleng pelan ingin menyadarkan putrinya bahwa dia bukan satu-satunya melainkan jadi yang kedua.

"Nak, kamu... Coba kamu tenangkan dulu pikiranmu. Bagaimana bisa kamu memutuskan lebih cepat hal ini, ini tidak mudah Raya," Burhan mencoba berkata hal demikian karena Raya masih kecil menurutnya belum mengerti apa-apa.

"Sayang tolong kamu jangan begini, mending kita balik ke rumah ya, mama akan turuti kamu kalau mau kuliah ke luar negeri," Diana sudah berlinang air mata.

"Nggak ma, lagian kalian sendiri yang antar Raya kesini. Raya sudah nurut sama kalian,"

"Mari kita duduk dulu sebentar, kita selesaikan semuanya," ucapan Malik membuat mereka terduduk kembali di sofa, termasuk Burhan dan Diana yang urung melanjutkan langkahnya keluar.

"Maafkan kami semua nak Burhan dan Diana. Sungguh kami juga terkejut akan permintaan Sarah. Jadi memang Minggu lalu ada pembicaraan di keluarga kami terkait Arsyad akan kami nikahkan kembali supaya mempunyai keturunan, tapi saya juga tak menyangka bahwa Sarah menunjuk Raya sebagai istri kedua dari Arsyad," pak Umar mencoba menjelaskan secara perlahan.

"Tapi itu tidaklah benar pak Umar! Iya kalau Gus Arsyad tidak punya istri, lah ini sudah ada," jawab Burhan dengan nada tegas. Diana mencoba menenangkan suaminya dengan mengelus lengan dan menggenggam tangannya.

"Nak bicaralah," bisik Bu Sofiyah terhadap anak bungsunya yang ada disebelahnya.

"Maaf tapi menurut saya, saya tertarik dengan putri anda pak Burhan. Mungkin terlalu cepat tapi saya tidak menolak akan pernikahan yang terjadi nantinya,"

"Saya akan janji membuat putri anda menjadi pribadi lebih baik lagi dan saya akan menjaga serta merawat dengan sangat baik," lanjutnya.

"Jangan hanya janji, itu bisa diucapkan dengan gampang Gus! Harus kasih lihat tindakan yang sebenarnya. Saya akan ingat perkataanmu hari ini jika suatu saat anda menyakiti anak semata wayang saya! Kalau nanti tidak bisa bersikap adil atau membentak bahkan sampai main tangan, anda berurusan dengan saya," Arsyad mengangguk mantap, dia mana mungkin bersifat seperti itu yang kasar, hanya saja sikapnya yang dingin bahkan sesama keluarganya sendiri.

"Baik akan saya buktikan nanti," jawabnya lalu melihat keberadaan Raya yang sedang duduk disamping mamanya. Raya juga melihat balik, tak lama kemudian bersuara.

"Gue bakal setuju kalau nikahannya digelar mewah. Nggak mungkin dong seorang Raya nikahnya biasa dan diam-diam? Biarin semua tahu bahwa Gus Arsyad nikah lagi dan punya istri cantik, imut, dan gemesin kayak gue!"

Bu Sofiyah nampaknya tersenyum melihat celotehan Raya yang anaknya super ceria. Sepertinya kehadiran Raya disini akan membuat suasana berwarna karena Raya yang cerewet itu.

"Iya saya bakal turutin mau kamu," jawab Arsyad.

"Hm itu lebih bagus sih," Raya kemudian melirik Sarah yang menunduk, alisnya menukik kenapa dia nunduk terus? Apa sedih, kalau iya sih nggak seharusnya karena dia sendiri yang memaksa Raya masuk ke dalam rumah tangganya yang sudah bertahun-tahun dibangun.

"Emang dibawah ada uang ya?" ucap Raya menyindir membuat mereka semua kompak menatapnya lalu menunduk ke bawah.

"Ya ampun kalian semua mata duitan? Ya mana mungkin ada uang dibawah kalau nggak ada yang jatuhin. Masa nggak peka peka sih, gue lagi nyindir Tante Sarah yang nunduk terus apa nggak pegel itu leher?" ucapan Raya langsung dibekap oleh Diana.

"Nak maksudmu apa ngomong begitu pakai manggil Tante segala," ucap pelan Diana.

"Lah dia kan seumuran mama, yaudah dipanggil Tante saja lebih pantas, iya kan pak kyai dan Bu nyai?" Burhan tak tahan dengan ucapan anaknya sampai dia menepuk dahinya sendiri menahan malu. sedangkan anak dari malik dan Inayah yaitu Fira dan Farah menahan tawa sebisa mungkin.

"Iya sudah, tapi nak Raya beneran kan mau tinggal disini? Sama saya dan suami saya," ucap pelan dan hati-hati Bu Sofiyah agar Raya benar-benar mau dan menerima.

"Iya dong kan udah jawab bakal gue terima lamaran dari Gus Arsyad," Raya menjawab dengan yakin.

"Nak, kamu sungguh ingin pernikahan ini?" Burhan sekali lagi mengatakan kepada putrinya.

"Iya pa, siapa juga yang ngotot nyuruh Raya sebagai madunya," Burhan dan Diana hanya bisa mengiyakan saja mungkin dengan begini putri mereka akan berubah lebih baik walau harus menikah dadakan dan menjadi yang kedua.

"Baik kalau begitu, saya sebagai orangtuanya hanya bisa mendoakan yang terbaik bagi anak kami. Tolong nanti jaga Raya dengan sebaik mungkin dan ubah sifatnya, kalau perlu dijewer juga tidak apa-apa," sontak saja ucapan papanya membuat Raya melotot tak percaya bagaimana bisa papanya menyuruh untuk menjewer telinganya jika dia bandel.

"Nggak nggak! Kalian gaboleh nyakitin gue atau gue balik nyakitin kalian," ancamnya.

"Kamu tidak usah khawatir nak, kami akan menjagamu dan menyayangi layaknya anak sendiri. Iya kan umi?" Bu Sofiyah mengangguk dan tersenyum.

"Kalau begitu kami pamit," Burhan dan Diana beranjak dari duduknya. Walau berat akan putusan dari putrinya yang menyetujui ajakan menikah. Namun apa yang bisa ia perbuat?

"Iya hati-hati dan jangan khawatir nak Raya akan kami rawat disini sampai hari pernikahan itu tiba." mereka bersalaman dan mulai kembali ke masing-masing.

Raya menatap sendu kepergian kedua orangtuanya. Baru kali ini dia merasakan ditinggal seperti diasingkan ke tempat yang menurutnya sangat jauh berbeda dengan bayangannya. Tapi masih untung Raya akan tinggal bersama pak Umar dan Bu Sofiyah, bukan di asrama khusus para santriwati.

Kini mereka semua sudah balik ke rumah masing-masing. Raya masih duduk di sofa ruang tamu bersamaan dengan Bu Sofiyah yang mendekatinya.

"Barang-barang kamu sudah dimasukkan kedalam kamar atas, mau tidur dulu? Barangkali kamu capek nak," Raya mendengar perkataan yang halus dalam telinganya, suara yang berbeda dengan mamanya walau kadang juga berbicara halus tapi karena seringnya berbuat ulah jadi mamanya selalu mengeluarkan suara teriakannya yang menurut Raya cempreng.

"Iya Bu nyai. Raya ngantuk banget,"

"Panggil saja umi nak, panggil juga sebutan abi," Raya hanya mengangguk saja.

"Yasudah ayo umi antarkan." Raya mengikuti langkah Bu Sofiyah ke dalam kamar yang sudah ditata rapi, bersih, dan tentunya wangi supaya dia nyaman dan betah.

Di sisi lain, Arsyad habis bertengkar dengan istrinya yaitu Sarah. Bagaimana tidak dia berbuat ulah lagi dengan menumpahkan kopi diatas laptop Arsyad itu.

"Sudah aku bilangi berapa kali Sarah kalau mengerjakan sesuatu harus hati-hati dan jangan ceroboh. Memang pikiranmu kemana sampai-sampai tidak fokus begitu? Tadi pagi tidak masak dan aku harus pergi ke rumah umi untuk sarapan! Sudah lama kita berumah tangga tapi kenapa malah tidak berbenah sama sekali?" ucapnya dengan nada tegas namun diawal sedikit meninggi.

"Maaf Gus," lirihnya dengan menundukkan kepala.

"Itu terus yang kau ucapkan. Saya harus bagaimana lagi, selalu menuruti keinginanmu apalagi awal nikah harus dipaksa begini. Saya capek!" dia lalu melenggang pergi dengan membawa laptopnya dengan tujuan memperbaiki sebelum semuanya terlambat jangan sampai rusak parah.

Sarah hanya berdiam diri melihat suaminya pergi begitu saja. Dia juga salah tapi mau bagaimana lagi, pikirannya tertuju pada Raya yang menurutnya sangatlah cantik walau sikapnya bar-bar. Ada ketakutan sendiri dalam benaknya, tapi itu semua ia tepis bahwa akan berakhir baik-baik saja.

"Aku yakin walau pernikahan mereka resmi tapi Raya sudah pasti tak tahan dengan ini semua. Dia juga pasti berpikir bahwa masih muda dan tidak ingin terkekang oleh ikatan pernikahan. Tapi kalau nanti malah...Tumbu rasa cinta diantara mereka bagaimana? Ah sudahlah."

Raya masih asyik tertidur pulas diatas kasur yang sangat empuk membuatnya nyaman. Sampai-sampai dia bermimpi menjadi tuan putri di kerajaan.

Waktu menunjukkan pukul empat yang artinya sudah memasuki sore hari. Bu Sofiyah gegas membangunkan Raya dari tidurnya. Menepuk pelan hingga dia terbangun.

"Umi?"

"Bangun nak, sudah sore. Mandi dan sholat asar nanti umi tunggu di bawah." Raya yang masih mengantuk pun menguap. lalu dia bangun dan langsung masuk ke kamar mandi.

Selang beberapa menit, dibawah sana Bu Sofiyah mendapati anak bungsunya yang sudah duduk di ruang tamu. Ia menelisik wajah putranya yang nampak kusut.

"Ada apa nak?"

"Nggak umi," namun Bu Sofiyah tak gencar untuk memberikan pertanyaan kembali.

"Kalau ada masalah harusnya cerita saja daripada dipendam tapi malah bikin sakit. Umi tahu tidak semua masalah harus bercerita ke orang, tapi kalau menurutmu harus diutarakan tidak masalah, cerita saja ke umi,"

"Kalau waktu bisa diputar kembali, Arsyad pasti akan memilih perempuan sendiri umi. Kalau begini malah membuatku terkekang, harus menuruti semua permintaan," Bu Sofiyah tahu kemana arah bicaranya.

"Nak, semua sudah takdir. Kamu akan menikah kembali juga karena takdir. Umi yakin yang kedua ini tidaklah membuatmu merasa seperti dulu. Percayalah di pernikahan keduamu pasti akan menumbuhkan rasa cinta dan sayang,"

"Arsyad juga berpikir demikian, umi. Tapi yang dulu Arsyad sangat tidak menyukainya bahkan membenci umi. Setiap hari bahkan selalu meminta ampunan karena Arsyad tahu Arsyad juga salah," Bu Sofiyah lalu memeluk putranya.

Namun obrolan mereka ternyata diketahui oleh Raya. Dia malah dibuat penasaran dengan semuanya. Sesuatu yang hanya diketahui oleh keluarga saja, dia harus menyelidiki ini semua.

'Apa aku tanya aja ya sama umi? Tapi apa sopan tiba-tiba nanyain apa yang habis gue kuping sendiri. Nanti ajalah nunggu waktu yang tepat, gue selidiki sendiri aja dulu.' batin Raya.

1
Sena Kobayakawa
Gemesin banget! 😍
_senpai_kim
Sudah berhari-hari menunggu update, thor. Jangan lama-lama ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!