Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 10
"Malah bengong. Cepat wudhu, Aurel!!!" tegur Om Arif sedikit menyentak.
Haish!!!!
Aku segera berlari masuk ke dalam kamar mandi, mengambil wudhu, kemudian mengambil shaf di belakang nya.
"Salim, Aurel." ujar Om Arif seraya mengkode Ku untuk mengambil tangan nya yang terulur ke arah ku setelah dia mengakhiri dengan salam.
Aku menurut. Ku kecup punggung tangan nya takzim. Om Arif meraih kepala ku kemudian mengecup kening ku lembut sebelum meneruskan berdzikir.
Eh, astaga. Manuver nya terlalu tajam. Jantung ku seakan lepas saat bibir nya menyentuh kulit kening ku.
Om Arif menyuruh ku tetap duduk di tempat ku setelah aku selesai melipat mukena ku.
"Dengar, Aurel. Apapun alasan pernikahan kita terjadi, bagaimana pun awalnya, fakta nya kamu adalah istri ku dan aku suami kamu." Ucap nya memulai pembicaraan kami.
"Artinya, ada tanggung jawab ku atas kamu."
Aku bergeming, ku biarkan saja dia mengutarakan apa yang dia mau.
"Hubungan kita bukan hanya tentang aku dan kamu saja. Tapi juga ada papa dan mama kamu. sungguh Aurel, aku tidak ingin melukai mereka lebih dalam. Aku pernah melihat orang tua ku begitu terluka, mata yang berputus asa mata papa kamu. Sungguh Aurel, luka itu terasa seperti kemarin. Dulu, aku meninggalkan mereka dengan luka. Tapi sekarang aku ingin memastikan papa dan mama kamu tidak aku lukai dengan cara yang sama. aku tahu kamu terluka karena putra ku. Juga luka bagi diriku sendiri. Dan tentu saja kamu juga. Tapi bertahan lah. seperti janji mu pada papa kamu."
Aku terkesiap. Serasa ada luka yang masih menganga dalam hatinya. Pasti karena cara Om Arif mendapatkan Aldo di masa lalu pacaran kebablasan sampai dia harus menikah dini untuk pertanggung jawaban nya. Dia terusir dari keluarga nya kan??? Pasti seperti itu kan??? Cih!!!.
"Lalu, janji Om pada ku???" tukas ku cepat.
Om Arif menatap ku lekat.
"kebebasan itu. Om menjanjikannya itu padaku." tandas ku.
Om Arif mengangguk.
"Ya, kamu mendapatkan semua itu."
"Om yakin??? Tidak akan ingkar janji seperti aturan kemarin? Aturan Om??"
"Itu juga berlaku."
Heehhhh....
"Om mempermainkan aku!!!" Sentak ku.
"Aturan ku adalah batasan untuk kamu Aurel. Bagaimana pun kamu itu istri ku. Wanita yang harus aku lindungi kehormatan nya."
"Aku bisa menjaga diriku sendiri. Selama ini pun aku bisa, Om. Hampir 4 tahun aku sendirian di Bandung, aku baik baik saja. Aku tidak ingin berubah dari hidup ku."
Om Arif terdiam.
"Aku akan bertahan demi papa. Tapi Om maupun aku, tidak perlu terlalu mendalami peran. pernikahan kita hanya status. Tidak ada rasa cinta. Jadi aku tidak akan ikut campur urusan Om, begitu juga sebaliknya. Aku yang akan memutuskan masa depan ku sendiri."
Om Arif mengusap wajahnya kasar, jelas dia terlihat frustasi sekarang. Aku tahu kalau aku sangat keras kepala.
"Setidaknya jangan abaikan telepon ku." Ujar Om Arif.
DEGH!!!!
Aku menatap nya lekat. Pa itu artinya dia setuju dengan pernyataan ku????
*
**
Mobil yang dikenal Om Jo membelah jalanan. Om Arif sangat kekeuh mengantar ku ke Bandung.
Apalagi tadi sebelum keluar dari hotel, Mama dan papa sempat video call. Sungguh aku bersyukur karena aku patuh pada Om Arif untuk menginap di tempat nya.
Meskipun dengan hati terpaksa. Mama terlihat lega mendapati aku bersama Om Arif.
"ingat, Kak. Mesin suami kamu meridhoi kamu melanjutkan kuliah kamu di Bandung, kamu harus ingat kamu itu seorang istri. jaga Marwah kamu sebagai seorang istri." Ujar mama mengulang nasehat nya.
Aku hanya bisa mengangguk saja saat mendengar kan petuah dari mama.
"Semalam Aldo datang."
DEGH
Aku mengalihkan tatapan ku dari pemandangan luar kaca jendela, menoleh ke arah Om Arif.
"Datang???"
Om Arif mengangguk. "Saat kamu tidur. Jo mengabari aku jika Aldo datang."
"Untuk apa??? Aldo tau aku bersama Om semalam???" Cerca ku.
"Tidak. Dia tidak tahu." Sahut Om Arif.
"Lalu???"
"Dia datang ke rumah papa kamu. Dia menjelaskan jika kalian sedang berselisih, tapi, Papa malah mengusir nya. Papa bilang jika kalian harus putus. Aldo me-na-ngis. Aku...." Om Arif memalingkan wajahnya sungguh ketara jika dia ikut terluka melihat kesedihan Aldo.
"Kamu benar, Aurel. Aldo tak harus tahu tentang pernikahan kita. Aku rasa hatiku tak siap melihat kehancuran nya. Bagaimana pun juga dia putra ku "
Aku melengos. Hatiku juga ternyata tak sekuat itu. Aku tidak sanggup melihat Om Arif sesedih itu.
"Tentang masa lalu ku. Kamu benar, aku menjadi ayah Aldo bahkan belum lulus SMA. Dia memang hasil dari sebuah Kesalahan. Aku sudah mencoba untuk mendidik nya dengan baik saat masih kecil. Aku aku tahu. Semakin kesini aku semakin mengabaikan nya. Aku seharusnya tak memilih menetap di Swiss." Om Arif mengepalkan jari jari nya seperti tengah menekan emosi nya.
"Sedikit banyak perbuatan nya, itu salah ku."
"Sungguh sangat di sayangkan. Nama begitu agamis. Tapi kelakuan Om tak lebih baik dari binatang...." Ucap ku.
"Nona, jaga bicara Anda!!! Sentak Om Jo dari balik kemudi nya. Dia menatap tajam dari center mirror.
"Jangan ikut campur, Jo. Fokus saja dengan jalanan di depan mu!!!!" tegur Om Arif.
Om Jo menyentak nafas nya kasar. Terlihat sangat kesal. Tapi dia memang sangat patuh pada atasan nya.
Aku mencebik kan bibir ku, meremehkan kepatuhan On Jo dengan ekor mata ku. Berani nya hanya menggonggong saja, tapi tidak bisa menggigit. Dih!
"Keputusan ku 23 tahun yang lalu, memang melukai hati dan harapan kedua orang tua ku, Aurel. Doa yang mereka sematkan di namaku , sudah aku cederai. Tapi andai waktu terulang lagi, aku tidak akan ragu memilih jalan yang sama."
"Berzina??? Cih??" sinis ku seraya kembali melengos kan kepala ku ke luar jendela kaca di samping ku.
"Dunia menganggap ku seperti itu, maka tak salah jika kamu pun mengecam ku. Hanya yang aku ingin kamu tahu Aurel. Aku mendapatkan banyak kesakitan untuk kelahiran Aldo. Seberapa berat usaha ku untuk bangkit, sungguh aku ikhlas. Mungkin Aldo melukai mu sangat dalam. Dendam yang kamu punya mungkin sangat besar. Aku tahu Aldo pantas. Tapi...."
Tak ada suara. Hening karena penasaran, aku pun menoleh ke arah Om Arif.
Om Arif juga menoleh ke arah ku. Mata dingin nya berembun.
"Aldo putra ku Aurel. Aku tidak sanggup melihat nya kesakitan karena kehilangan kamu. Aku yakin, dia memang benar mencintai kamu "
"Om ingin melepaskan aku untuk kembali ke Aldo??? Aku tidak mau!!! Meskipun Ok menceraikan aku, aku tidak akan pernah kembali pada Aldo." sentak ku.
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.