calon suamiku tidak datang di hari pernikahan kami,sementara keluarga pamanku mendesak agar aku mencari pengantin penganti agar mereka merasa tidak di permalukan.terpaksa,aku meminta supir truk yang ku anggap tengil untuk menikahiku,tapi di luar dugaanku, suami penganti ya aku sepelehkan banyak orang itu...... bukan orang sembarang bagaaiman bisa begitu dia berkuasa dan sangat menakutkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheena Sheeila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
mulai menerima
Sudah seminggu kami pindah kerumah kontrakan Rizal. Aku yang menginginkannya.karena semewah apapun apartemen yang ditempati Rizal,tapi itu bukanlah miliknya. Ada rasa malu jika harus mengunakan sesuatu yang bukan milik kita sendiri.dan pria itu,ternyata mau juga menuruti kemauanku.
Hampir seminggu ini juga aku sengaja tidak mengaktifkan ponselku. Tapi aku butuh informasi tentang kapan pastinya pelaksanaan wisuda di kampus.karenanya ku ambil benda itu di laci dan mengaktifkannya.
Sejak dulu aku memang memfungsikan benda ini sebagai sarana komunikasi saja. Selebihnya klau tidak perlu, maka bisa sampai berhari-hari pun aku tidak menyentuhnya.
Apa lagi sekarang ini aku sering dihinggapi rasa cemas saat hendak mengaktifkannya lagi. Karena sudah terbayang saja sakit hati yang akan aku rasakan jika melihat pesan grup dari teman-teman kampusku.
mereka sungguh menjadikan prahara gagalnya pernikahanku sebagai sebuah lelucon yang tidak pernah berhenti di bahas.
Meski yang sebenarnya salah adalah pihak mempelai pria,tapi tetap saja sebagai orang yang stratanya di bawah,mereka akan menumpahkan letak salah itu padaku.
Aku benar-benar lelah berhadapan dengan orang-orang seperti itu.sayangnya,hampir semua orang di dunia ini akan mendukung dan membela habis-habisan orang yang berkuasa. Dan dengan seenak hati menindas yang lemah.
Aku kemudian sampai pada suatu kesimpulan,tidak ingin lagi berhubungan dengan orang-orang yang berkuasa itu. Karena pada akhirnya mereka akan menginjak-injak ku seperti keset lusuh.
Akhirnya aku mulai mengambil hikmah dari semua kejadian yang ada. Jika kemudian semesta mengijinkan ku untuk menikah dengan Rizal,sepertinya memang disinilah tempatku. Berada di sebuah perumahan sederhana namun terasa nyaman tanpa harus memikirkan banyak tuntutan. Katakan saja ini sebagai perwujudan sadar diriku yang bukan siap-siap.
"Melamun lagi?" kata Rizal membuatku terkejut. Dia tidak di rumah sejak sepagi tadi dan tiba-tiba masuk begitu saja ketika aku melamun. Tentu saja suaranya mengejutkanku.
"Rizal.kau selalu membuatku terkejut. Bisa tidak pencet belnya?"aku mencebik melihatnya namun rasa lega karena kedatangannya tak bisa ku tutupi.
" Aku langsung masuk karena pintu tidak di tutupi dengan benar," katanya,melepaskan jaket kulit dan berlalu mengambil minum.
Ku ambil jaket itu dan meletakkannya di gantungan kamar. Aroma matahari masih terasa di jaket Rizal. Pasti seharian pria ini lelah bekerja.
"Ada banyak masakan?kau sendiri yang memasaknya?"tanya Rizal heran melihat meja makanan sudah penuh menu masakan.
" Eh.iya,Rizal. Seharian aku suntuk di rumah terus. Jadi aku masak saja buat kamu."
Aku sedikit canggung menampakan sikapku ini. Apalagi melihat Rizal yang senyum-senyum sendiri.
Dia terlihat senang dengan apa yang ku lakukan. Artinya Rizal paham bahwa aku sudah mulai bisa menerima pernikahan ini dan berusaha menjalaninya dengan baik.
"Kau tida suka? Ah,aku tahu itu. Kau kan supir dan suka mampir di warung-warung, di sana pelayannya seksi-seksi.pasti sudah kenyang dari tempat seperti itu,"ujarku sekalian ingin menyembunyikan rasa canggung ku karena sok menjadi seorang istri yang memasakkan makan untuk suaminya.
Rizal melangkah dan menghampiriku. Tanpa banyak bisa di memelukku erat. Beberapa saat aku pun hanya membeku. Menikmati kehangatan tubuh pria ini yamg selalu menyamankan.
" Terima kasih,Risna,"bisiknya lirih mencium puncak kepalaku.
Aku sudah tidak terkejut dengan sikap hangat Rizal.membuatku kemudian merasa tidak ragu lagi klau pria ini memang benar-benar mencintaiku.
"Iya. Mandilah. Aku akan siapkan makan malam untuk kita,"ujarku setelah terlepas dari pelukannya.
Kami makan malam dengan suasana yang hangat meski di luar gemericik hujan menjadi backsound suara garpu dan sendok yang beradu dengan piring.
Setelah sekian saat khusuk dengan makan masing-masing. Akhirnya Rizal mulai memecahkan keheningan.
" ada apa dengan ponselmu?Rusak?"tanyanya melihat ponselku terggelatak di dekat televisi. Dia tahu aku tidak memegangi ponsel beberapa hari ini lalu saat ini bisa jadi penasaran tiba-tiba aku mengeluarkan benda itu dan mengelatakkannya begitu saja.
"Tidak,hanya butuh di charger saja. Aku butuh informasi pelaksanaan wisudaku," jawabku.
Rizal menatapku yang tidak bersemangat saat menyampaikan tentang wisudaku. Seolah mengerti dengan apa yang ku pikirkan,Rizal pun berkata."kau pasti memikirkan pandangan teman-temanmu itu?"
"Iya. Sepertinya aku belum siap menerima tatapan mereka."
"Kenapa?kau malu bukan menikahi dosenmu itu,tapi malah menikah denganku?"
Aku bergeming. Ku tatap Rizal yang tidak suka klau mengingat tentang mantan calon suamiku itu.
"Aku baru melupakan tentang pria itu,Rizal. Di kampus akan ada banyak mulut dan mata jahat yang akan membuatku sedih lagi.
Tidak mengerti,kepada pria ini aku begitu mudah mengeluh rasaku.
" Jangan pikirkan soal itu. Siap yang berani merundung istri seorang,Rizal.Dia akan mendapatkan ganjarannya,"ucap Rizal terlihat sepenuh hati.aku yang mudah terharu tentu saja berkaca-kaca.
"Sudahlah. aku tidak mau membicarakan hal yang membuatku sedih lagi. Bagaimana klau kita membicarakan pekerjaanmu?"
Aku mengalihkan pembicaraan.
Tadi ketika melihat tetangga berbelanja di tukang sayur keliling,aku jadi ingin bersosialisasi dengan mereka. Lagi pula aku berencana memasakan Rizal makanan. Jadi sekalian saja belanja.
Tidak tahunya ditanya seseorang."Sekarang kerja apa suaminya,mba?"
Sangat tidak lucu klau aku mengatakan bahwa aku tidak tahu. Karena Rizal juga belum mengatakan pasti
Apa pekerjaannya. Dulu dia memang supir truk,tapi entahlah saat ini.
Mungkin dia masih supir truk...
"Klau kau malu punya suami seorang supir truk,aku akan mencari pekerjaan lain,"ujar Rizal.