"Mari kita bercerai, Di" ucap Saka
Diandra menatap Saka tidak percaya. Akhirnya kata itu keluar juga dari mulut suaminya. Hanya demi perempuan lain, Saka rela menceraikan dirinya. Apa yang kurang dengan dirinya hingga Saka sekejam itu padanya?
"Kamu pasti sudah tidak sabar untuk menikahi perempuan itu, kan?"
Saka menatap Diandra lekat, Jujur dia masih mencintai Diandra. Tapi kesalahan yang dia lakukan bersama Vika terlanjur membuahkan hasil. Sebagai pria sejati, tentu Saka harus bertanggung jawab.
"Vika hamil anakku. Bagaimanapun aku harus menikahinya"
"Kalian bahkan sudah sejauh itu? Kamu hebat, Mas. Tidak hanya menorehkan luka di hatiku, kamu juga menaburinya dengan garam. Kamu sungguh pria yang kejam!"
"Aku minta maaf" lirih Saka
Tidak ada yang bisa menggambarkan sehancur dan sekecewa apa Dian pada suaminya.
"Baik. Mari kita bercerai. Aku harap kamu bahagia dengan perempuan pilihanmu itu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AfkaRista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Berhenti!"
"Di ... Kita di tengah jalan sekarang"
"Berhenti atau aku lompat!" Dian menatap tajam ke arah Rey
Rey menghela nafas, akhirnya dia menepikan mobilnya. "Di-"
"Jangan mengikuti aku! Atau kamu tidak akan pernah melihatku lagi!", Dian langsung turun begitu mobil itu menepi, ia berjalan meninggalkan Rey yang menatapnya sendu dari dalam mobil
"Rupanya kamu masih membenciku, Di. Kamu mau pergi denganku hanya karena pria itu. Entah kapan kamu akan benar - benar memaafkan aku". Rey memutar balik mobilnya kemudian pergi.
Sedangkan Diandra, begitu ia keluar dari mobil Rey, Dian terus melangkah sepanjang jalan. Yang terpenting, dia bisa menjauh dari pria itu. Tak peduli kakinya mulai pegal bahkan mungkin lecet.
Perempuan cantik itu mengambil ponselnya dari dalam tas. Sialnya, ponsel miliknya mati. Hari sudah mulai gelap, dan belum ada mobil yang melintas. Dian kembali melangkah, namun baru beberapa meter, tiba - tiba ada mobil berhenti.
"Butuh tumpangan?" tawar pria itu
Dian acuh, dia kembali berjalan.
"Wah ... Jual mahal juga rupanya!"
Mobil berhenti, keluarlah tiga orang pria. Di lihat dari tampangnya, Dian yakin jika mereka dalam keadaan mabuk.
"Cantik! Kenapa sendirian malam - malam begini, hm?"
Merasa di abaikan, salah satu dari mereka berusaha menarik tangan Dian. Belum sempat memegang, Dian lebih dulu menariknya hingga pria itu tersungkur.
"Sial! Berani juga rupanya! Cepat, pegang tangannya!" perintah si pria yang jatuh tadi
Meski menggunakan dress selutut, Dian siap menghadapi para penjahat itu. Dua pria maju dan berusaha mengejarnya. Dian tertawa sinis, membuat para pria itu geram.
"Kamu ke kanan! Kamu ke kiri!"
"Kamu tidak akan bisa lari lagi, wanita sialan!"
Bug
Krek
"Arrgghh!!"
Dian kembali memukul satu persatu pria - pria itu. Kesadaran yang kurang membuat mereka mudah di kalahkan. Jangan orang mabuk, orang biasa saja bisa dengan mudah Dian kalahkan.
"Kita pergi saja! Bukannya senang, kita malah kena sial!"
Ketiganya berjalan sempoyongan lalu masuk ke dalam mobil.
Dian menghela nafas, "Sial sekali hari ini!" ucapnya seraya memijit kepalanya yang mulai pening
"Aku tidak menyangka kalau kamu bisa bela diri juga"
Dian menatap Gama yang entah sejak kapan berada di sana. Pria itu bersedekap dada dan bersandar di samping mobilnya.
Wanita cantik itu tak menghiraukan, ia berjalan ke arah mobil Gama lalu masuk ke samping kursi kemudi.
"Hei, kenapa kamu masuk ke dalam mobilku?" protes Gama.
Pria itu masuk ke kursi kemudi dan hendak kembali protes, namun saat melihat Dian duduk bersandar sambil memejamkan mata, Gama urung mengatakan apapun.
"Kamu tidak apa - apa?" tanya Gama, entah kenapa melihat Dian seperti itu Gama justru kasihan pada Dian
"Kepalaku pusing"
Bagian pinggir dress yang Dian kenakan robek hingga di bagian paha. Mungkin karena tadi di gunakan oleh perempuan itu untuk menendang. Gama membuka jas miliknya kemudian menyelimutkannya di paha Dian.
Wanita itu membuka mata saat merasakan ada yang menutupi pahanya. Jarak mereka begitu dekat, tatapan keduanya bertemu beberapa saat.
"Terima kasih"
Gama tertegun, mata indah milik Dian mampu menghipnotisnya. Mata itu terlihat teduh namun jika di lihat begitu dalam, sorotnya menampakkan sebuah luka.
Dian kembali memejamkan mata. Dan Gama segera duduk kembali ke posisinya. Tanpa bertanya lagi, pria tampan itu segera melajukan mobilnya. Baru beberapa menit mobil melaju, Dian meringkuk. Hal itu membuat Gama cukup panik.
"Kamu kenapa?"
"Kepalaku rasanya berputar. Jika membuka mata, aku mual. Badanku juga lemas"
"Kamu hamil?" tanya Gama polos
Ingin rasanya Dian memukul kepala pria itu, kalau saja kondisinya tidak kambuh.
"Aku terkena vertigo! Bukan hamil! Lagipula bagaimana bisa hamil, aku ini janda!" ketus Dian sambil memejamkan mata
Gama terkekeh pelan, "Jadi kamu mau aku antar kemana?"
"Terserah kau saja!" kesalnya
Gama menatap Dian sekilas. Dia memutuskan untuk membawa Dian ke rumahnya. Terserah dia mau mengomel atau apapun nanti. Bukankah wanita itu sudah pasrah mau di bawa kemana saja.
Setelah mengemudi hampir setengah jam lamanya, kini mobil Gama berbelok memasuki kawasan perumahan elit. Hanya berjarak beberapa meter dari pintu masuk perumahan, mobil Gama memasuki pintu gerbang warna gold yang menjulang tinggi.
Mobil sudah terparkir di carport. Gama membuka pintu mobil lalu memutar dan membuka pintu samping kemudi dimana ada Dian disana.
"Kamu bisa berdiri atau berjalan?", Dian tidak menyahut, saat sudah memeriksanya, rupanya Dian tertidur.
Gama menggendong Dian lalu membawanya masuk ke dalam rumah. Sontak hal itu membuat seisi rumah heboh. Pasalnya, pria berusia tiga puluh lima tahun itu tidak pernah sekalipun terdengar kabar berpacaran atau membawa wanita pulang ke rumah. Tapi malam ini, dia datang membawa seorang wanita.
"Bi ... Siapkan makanan dan panggil dokter Ramlan kemari"
"Baik Tuan"
Gama membawa Dian ke kamarnya kemudian merebahkan wanita cantik itu di atas kasurnya.
"Sebenarnya kamu cantik. Sayang ... Kamu sangat galak"
Sambil menunggu dokter datang, Gama memutuskan untuk membersihkan diri. Pria itu berjalan ke kamar mandi. Tak lupa membawa serta baju gantinya.
Tepat setelah dia keluar dari kamar mandi, dokter Ramlan baru saja selesai memeriksa Dian.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Gama
Bukannya menjawab, sahabat dari Gama itu malah menatapnya penuh selidik.
"Dia bukan siapa - siapa!" tutur Gama acuh
"Kamu yakin?"
"Tentu saja!" jawab Gama malas
"Padahal aku sudah berharap ada kabar baik. Sampai kapan kamu akan melajang?"
Gama berdecak kesal, "Aku menyuruhmu kemari untuk memeriksa keadaannya! Kenapa malah mengintrogasiku?!"
"Karena ini pertama kalinya kamu terlihat normal setelah tiga puluh lima tahun!"
"Bagaimana kondisinya?"
"Dia terkena vertigo. Tapi tidak perlu khawatir, aku sudah meninggalkan obat untuknya. Jangan lupa memintanya nimum obat jika dia sudah bangun"
"Tentu. Terima kasih, Lan. Bayaranmu sudah aku transfer"
Ramlan tersenyum, "Padahal aku berharap di bayar dengan sebuah undangan" gurau Ramlan
"Jangan bercanda! Sudah sana pulang!"
"Ck. Baiklah, aku akan pulang!"
Gama mengantar Ramlan sampai ke depan teras.
"Aku pulang"
"Hm"
Setelah mobil Ramlan meninggalkan rumahnya, Gama hendak masuk kembali ke dalam rumah.
"Kak Gama!"
Pria itu berbalik, dia tersenyum menatap gadis yang baru saja memanggilnya.
"Tumben kamu kemari malam - malam begini?" tanya Gama
"Kata Bi Nur, Kak Gama membawa seorang perempuan. Siapa? Pacar Kakak?" tanyanya sendu
Gama menghela nafas, dia bukan tidak tahu jika gadis berusia dua puluh tiga tahun itu menyukainya. Hanya saja, Gama sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri. Lagipula, usia mereka terpaut jauh, dua belas tahun.
"Sudah malam, pulanglah. Besok kamu harus kuliah kan?"
Gadis itu memberenggut kesal, "Aku mau melihat perempuan itu!"
"Cilla!"
Gama sedikit berlari untuk mengejar Cilla yang menuju ke kamarnya.
"Cill!"
"Aku mau melihat seperti apa perempuan yang Kakak sukai itu!"
"Dia sedang-"
Cilla lebih dulu membuka pintu kamar, bertepatan dengan Dian yang baru saja berganti pakaian milik Gama. Dian menatap gadis itu sejenak,
"Sayang ... Kenapa kamu meninggalkanku" ucap Dian manja
"Apa mak-"
"Dia siapa? Adikmu?" potong Dian cepat
"Kak Gama jahat!"
🍀🍀🍀
Selamat Hari Senin
Di Bab ini aku sengaja ngasih tokoh baru. Tapi yang jelas, tokoh ini masih berkaitan dengan masa lalu Diandra. Jangan lupa like dan komennya ya. Terima kasih banyak
/Smug//Smug/