NovelToon NovelToon
PENDEKAR SINTING

PENDEKAR SINTING

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

Pendekar Sinting adalah seorang pemuda berwajah tampan, bertubuh tegap dan kekar. Sipat nya baik terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Tingkah nya yang konyol dan gemar bergaul dengan siapapun itulah yang membuat dia sering berteman dengan bekas musuh atau lawan nya. Perjalanan nya mencari pembunuh keluarga nya itulah yang membuat sang pendekar berpetualang di rimba persilatan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RESI JAYABAYA

KEADAAN Mudarso semakin parah. Sanjaya segera berdiri dan merangkul teman nya untuk pergi dari tempat itu. Sanjaya sudah tak perduli lagi dengan perebutan benda sakti yang sejak tadi masih tertancap kokoh. Ia hanya melirik sebentar ke arah mayat guru nya yang sudah menjadi bubur mayat, setelah itu ia pergi dengan Mudarso tanpa pamit kepada orang-orang yang ada di situ.

Kini hanya tersisa tiga orang, Karang Gantung dan murid nya Ayu Cendani serta tokoh tua yang terbilang sakti bernama Resi Jayabaya.

"Aku tak akan melarang kalian untuk mencabut Pedang itu dari tempat nya. Silahkan saja kalian ambil jika bisa, Tapi jika kalian tak mampu mencabut Pedang itu. Silahkan kalian pergi dan tak usah berharap untuk mencoba kembali mencabut pedang itu." Karang Gantung mendengus kesal mendengar ocehan itu, Tanpa berkata lagi ia segera mendekati Pedang Pusaka dan mencabut nya.

Semua tenaga dikerahkan untuk mencabut Pedang tersebut, Kaki nya mulai memancarkan cahaya merah dan menerangi area pantai yang mulai gelap.

"Heaaaahhhh" Teriak Karang Gantung berusaha mencabut pedang itu dengan kedua tangan nya. Ayu Cendani memperhatikan guru nya sejak tadi dan sesekali menoleh ke arah Resi Jayabaya.

"Sepertinya orang tua itu mampu mencabut Pedang itu! Tapi apakah bisa dengan tubuh nya yang sudah setua itu?? Guru saja kulihat tak mampu mencabut nya!" Ayu Cendani membatin.

Namun tatapan Ayu Cendani seakan meremehkan kemampuan Resi Jayabaya. Ia tak tahu bahwa orang tua itu dulu nya adalah seorang Pendekar yang gemar berkelana dan selalu bertemu dengan lawan yang tangguh. Karang Gantung tahu kehebatan Resi Jayabaya sebelum menjadi seorang resi, sebenarnya ia tak berani sesumbar mulut menantang duel Resi Jayabaya. Karena napsu nya terpacu ingin memiliki Pedang Naga Petir, Rasa takut itu ia lawan dengan rasa dendam terhadap lawan nya yang sudah mengalahkan nya.

Ayu Cendani pun punya tujuan lain Ingin memiliki Pedang itu. Ia berniat akan meminjam Pedang itu dari Guru nya untuk ia pergunakan melawan musuh nya. Jika sebelumnya ia berhasil mencabut Pedang itu, Mungkin Gurunya pun akan ia bunuh juga jika gurunya meminta pedang itu dari nya. Langit sudah gelap gulita, Namun cahaya bulan kala itu menerangi Pantai. Mayat-mayat yang bergelimpangan masih berserakan tak ada yang sudi untuk memakamkan nya.

Pada akhir nya karang Gantung kelelahan karena tak mampu mencabut Pedang itu.

"Sial kenapa sukar sekali!?" Maki Karang Gantung dan murid nya mendekati.

"Coba Guru pergunakan sinar tenaga dalam, Siapa tahu batu yang menjepit Pedang itu akan hancur"

"Cerdas sekali saran mu Ayu! Kenapa sama sekali tak aku pikirkan!?" Lalu Karang Gantung bersiap mengeluarkan jurus sinar tenaga dalam nya. Kaki nya mulai merenggang dan kedua tangan sejajar disamping rusuk nya untuk memulai kuda-kuda.

"Heahhh!!"Hentakan napas Karang Gantung menandakan pukulan sinar berwarna merah bara keluar dari telapak tangan kanan nya. Sinar itu melesat cepat sebesar buah salak menghantam batu tempat Pedang itu tertancap.

*Wushhh Blegaarrrrr!!*

Percikan api mencuat ke atas dan menimbulkan ledakan cukup keras. Bumi serasa bergetar dan Ayu Cendani merasakan hawa panas di sekujur tubuh nya walaupun jarak nya agak jauh dari Gurunya berada. Karang Gantung sempat oleng karena angin ledakan yang cukup besar. Resi Jayabaya hanya diam sejak tadi memperhatikan apa yang sedang dilakukan Karang Gantung. Ia sama sekali tak kaget ketika Ayu Cendani memeriksa tempat tempat Pedang tertancap.

Mulut nya melongo karena batu masih utuh begitu pula dengan Pedang nya. Karang Gantung segera mendekati murid nya dan mata nya pun Terbelalak keheranan.

"Aneh sekali! Padahal jurus Bara Neraka mampu melumerkan besi baja setebal apapun!"

"Sungguh ajaib ternyata kekuatan Pedang ini! Ckckck." Ucap Ayu Cendani lirih.

"Bagaimana apa kalian masih ingin mencobanya???" Tanya Resi Jayabaya yang tiba-tiba saja ada di dekat mereka.

"Aku tak akan pergi dan mundur sebelum aku memiliki Pedang Sakti ini!!" Ucap Karang Gantung dan mencoba ingin mencabut nya lagi.

Resi Jayabaya hanya geleng-geleng kepala saja melihat keras kepala nya Karang Gantung. Ayu Cendani pun akhirnya berkata kepada guru nya.

"Sudahlah Guru, Sebaiknya kita pulang saja. Mungkin memang benar apa yang dibicarakan orangtua itu."

"Apa maksudmu Ayu!? Apa kau memihak orang tua itu daripada gurumu sendiri hah. .???"

"Bukan begitu maksudku Guru, Sudah banyak dari kita yang mencabut Pedang itu namun satupun tak ada yang berhasil mencabutnya." Karang Gantung pun terdiam dan membetulkan ucapan murid nya itu karena ia pun melihat beberapa mayat yang terkapar di area pantai tersebut sebelumnya tak ada satupun yang berhasil.

"Sudahlah kalian pulang saja, Biarkan aku yang menjaga Pedang Keramat ini."

"Kau ingin memilikinya rupanya? Bukankah kau sudah tak mau lagi mencampuri urusan di dunia persilatan Resi Jayabaya?"

"Aku melindungi Pedang itu bukan untuk aku miliki, Aku hanya ingin menjaga nya dari tangan-tangan serakah seperti kalian hingga sampai saat nya ada seorang anak yang mampu mencabut Pedang Keramat itu."

"Siapa anak itu?" Tanya Ayu Cendani bertanya.

"Aku tak tahu bagaimana ciri-ciri nya, Seingatku dalam pertapaan ku. Aku menerima wangsit agar menjaga Pedang ini sampai ada seorang anak yang mampu mencabutnya."

"laki-laki atau perempuan??" Tanya Ayu Cendani lagi.

"Untuk itu aku tak tahu, bisa saja laki-laki atau perempuan." Lalu Karang Gantung menimpali.

"Apa jangan-jangan kau sendiri yang akan mengambilnya??"

"Apa kau meragukan kejujuran ku Karang Gantung??? Untuk apa aku menggunakan Pedang itu??? Kau pun tahu sendiri, Aku sudah tak mau mencampuri urusan dunia persilatan lagi. Sudah puluhan tahun aku mengasingkan diri dari rimba persilatan, Namun dengan muncul nya pedang ini membuat diriku tak tenang. Maka dari itu sesuai petunjuk dari dewata aku muncul kembali hanya untuk menjaga pedang warisan milik eyang guruku ini!" Kedua nya menatap tak berkedip ke arah Resi Jayabaya. Kalimat di akhir itulah yang membuat mereka kaget namun tak terlalu tertarik untuk ditanyakan.

Karang Gantung pun pada akhirnya menarik napas dongkol dan menghembuskan nya secara kasar.

"Ayo kita pulang Ayu! Mungkin sekarang kita belum mampu mencabut Pedang itu, Tapi nanti kita akan kembali lagi untuk merebut nya kembali!"

"Baik Guru!" Lalu mereka berdua pun pergi tanpa pamit kepada Resi Jayabaya.

"Padahal mereka berasal dari golongan aliran putih! Akal sehat mereka sudah diperbudak oleh hawa napsu dendam kesumat didalam hati nya." Begitulah ucapan Resi Jayabaya setelah kepergian Karang Gantung dan murid nya.

Para Mayat yang bergelimpangan semua nya di makamkan oleh Resi Jayabaya dengan di bantu oleh para masyarakat pantai segara anak di keesokan hari nya. Kini Resi Jayabaya membuat gubuk di area pedang naga petir itu, hal itu bertujuan untuk ia sembunyikan agar tak ada seorang pun yang mencoba ingin memperebutkan nya lagi.

Tujuh tahun berlalu, Resi Jayabaya masih mendiami Gubuk ditepi pantai segara anak. Penantian selama tujuh tahun menjaga pedang keramat itu kini telah membuahkan hasil, Dalam pertapaan nya ia mendapat petunjuk bahwa pewaris pedang keramat itu kini sudah terlahir dan berusia sekitar tujuh tahun.

1
Ita Xiaomi
Tuh pedang utk org yg baik hati. Maaf aku sok tau😁.
Mia Sagitarius
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!