Kirana alexa Larasati , seorang gadis cool , manis , dingin berusia 25 tahun tak sengaja mengalami kecelakaan saat akan pergi liburan . mobilnya menabrak sebuah pembatas jalan
ding. tuan rumah 0 poin . segera jalankan misi untuk mendapat poin.
"ughhhh kepalaku,"
kiara terbangun disebuah ranjang UKS
" hah suara apa itu?"
" aku adalah sistem utama 010. dan kamu adalah tuan rumah. segera selesaikan misi sebelum sistem hancur."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Anggora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Duka diujung Fakta
Dimansion David Elizio...
"Ayah.. Wanita itu masih hidup! Arka melindunginya! Aku tak terima sekali dengan penghinaan ini!"
rengek Eliz pada ayahnya yang sedang membaca koran disofa ruang tamu.
"Wanita? Siapa maksudmu?"
Kening David berkerut dalam, bingung.
"Aku melenyapkan sainganku didunia modeling tapi kini seseorang dengan identitas dan rupa yang sama, datang dan mengacaukan segalanya. Bagaimana ini Ayah? Bagaimana jika dia membongkar kejahatanku?"
"Tenanglah, Eliz. Katakan satu persatu agar aku paham. Siapa yang kau maksud itu, hem?"
"Elisa Ariella."
Deg.
"El-lisa? Nama itu...."
Pikiran David melanglang buana jauh mengingat saat saat ia masih muda dulu.
Saat itu ia tak sengaja melakukan one night stand dengan seorang artis yang disebut Ayrani.
"David.. Aku hamil!" ujar Ayrani suatu hari.
Bagai dipukul palu besi, David merasa terkejut sekaligus takut. ia yang sudah menikah dengan Lily, seorang ilmuan sekaligus ibu dari Elizia merasa gamang mengambil sikap. Bukannya tidak cinta, namun ia tak sanggup menghadirkan duri dalam pernikahannya dengan Lily. Jasa jasanya serta ketulusan Lily membuatnya banyak berhutang budi padanya.
"Maaf Ayra. Lupakan saja malam itu dan anggap kamu tak pernah bertemu denganku. Ini adalah kartu atm ku, isinya unlimited. Aku rasa ini cukup untuk-"
Belum juga David selesai bicara, Ayra menjeda ucapannya.
"Maaf David. Aku datang bukan untuk meminta uangmu. Aku pikir kamu perlu tahu hal ini. Karena meskipun kau menolak , nyatanya aku tengah hamil anakmu."
David memijat pelipisnya pelan. "lalu apa yang kau inginkan?"
"Aku ingin kamu tahu namanya. Jika perempuan aku akan menamainya Elisa Ariella, jika laki laki aku akan menamainya Denis Gabriel"
David tersenyum tipis menanggapi perkataan Ayra . "iya akan ku ingat. Tapi ingatlah satu hal, jangan pernah mengemis hak untuk diakui. Karena aku sedikit pun tak akan melakukannya."
Ayra tertawa terbahak bahak mendengar kata kata David yang begitu khawatir tercoreng arang akibat ulahnya sendiri.
"Anakku takan meminta pengakuanmu. Justru kau lah yang membutuhkan pengakuannya kelak!"
Deg.
Kata kata Ayra sukses menusuk jantung David. Ia melotot tak percaya dengan keberanian seorang Ayrani. Hingga kini pun , David masih selalu terbayang wajahnya yang kalem namun tegas itu.
"Eliz, apa yang kau lakukan pada Nona Elisa?" raut wajah David yang awalnya tak peduli berubah serius dalam.sekejap saja.
Sampai sampai Eliz bingung dibuatnya. Ada apa dengan ayah, pikirnya.
"aku melenyapkannya, dia musuh terberatku." jawab Eliz jujur tanpa rasa bersalah.
Brak.
David menggebrak meja kaca hingga timbul retakan ditengahnya.
"Apa kau kehilangan akalmu? Dimana kau taruh otakmu itu, Elizia?"
"Ada apa ini ayah? Kenapa ayah marah padaku?" tanya Eliz bingung.
"Kau melenyapkan saudarimu, Eliz! Dia adalah kakakmu. Dia adalah anaku dari wanita yang lain. Tak sepatutnya kau memb*nuhnya!"
David luruh kelantai, kakinya lemas karena tak berdaya menghadapi sikap Eliz yang kejam dan bengis.
"Apa??!! jangan berdusta padaku ayah! ini tidak lucu!" lelehan airmata mengalir dipipinya. Ia merasa bersalah karena sudah meracuni saudarinya itu.
"Elisa... Putriku... Maafkan aku yang tak berguna sebagai ayahmu.. Tolong maafkan aku!"
"Apa benar Elisa adalah saudariku? Kenapa aku baru tahu sekarang?" Eliz menundukan kepalanya, terlihat pantulan dirinya dimeja kaca yang digebrak David.
Lamat lamat ia mengamati dirinya sendiri. Matanya, hidungnya, wajahnya.. Memang benar jika ia dan Elisa terlihat agak mirip. Itu jugalah yang menjadi alasan kebencian Eliz selama ini. Ia gelap mata dan dikuasai amarah hingga tega menghilangkan nyawa Elisa.
Malang tak dapat ditolak, semua sudah terjadi. Tak ada yang bisa dilakukan lagi setelah ini. Beribu sesal tak mampu mengembalikan Elisa seperti semula.
"Kau diusir dari rumah ini, Eliz! Setelah ini jangan pernah injakan lagi kakimu kemari. Kau masih putriku tapi kali ini tidak ada maaf lagi bagimu!"
deg.
Eliz membelalak. Sekecewa itukah ayahnya padanya? Sebesar itukah marahnya hingga mengusirnya dari rumah?
"A-yah..... Aku... Minta maaf..."
Suara Eliz terdengar lirih ditelinga. Setetes airmatanya lolos dari sudut matanya, hatinya perih dan nyeri seolah ia ikut menangisi kepergian tragis Elisa.
"Jangan menatapku dengan mata memelas begitu Elizia! Apa kau tak pernah berpikir dulu sebelum melenyapkan seseorang, ha?"
David menanggalkan koran harian dimeja lalu bangkit meninggalkan Eliz dan rasa bersalahnya.
"Elisa... Ayra.. Maafkan aku.. Maafkan aku..."
***
David bersama anak buahnya sudah berada dibekas rumah Elisa . Keadaannya sudah kacau balau. Beberapa noda darah tercecer dilantai. bolong bolong ditembok dan sofa menandakan perlawanan Alexa saat kabur bersama Arka dan Kevin.
"Kalian sisiri tempat ini dan carilah bukti apapun! Lakukan sekarang!"
"Baik Tuan!"
Sepuluh orang anak buah David menyisiri tempat itu. Mereka menunduk dan mencari bukti sekecil apapun.
Tiba tiba...
Dor...
Dor..
Dor..
3 peluru ditembakan tepat diambang pintu masuk. Disana, Jacob berdiri bersama dengan anak buahnya . Tatapan matanya yang tajam berkilat beradu dengan tatapan dingin dari David.
"Hallo Tuan David! Apa yang Anda lakukan ditempat ini?"
Beberapa anak buah David sontak mengarahkan senj*ta berniat memberondongkan peluru pada Jacob. Namun David menggeleng, mengkode anak buahnya untuk tak melakukan tindakan itu.
Tangan Jacob menyusuri pinggiran sofa diruang tamu. Lalu duduk disana ," tak biasanya seorang David Elizio akan keluar dari dunia bawah. Kira kira apakah yang tengah dicari oleh legenda mafia ini?"
Seringaian kecil mengakhiri pertanyaan Jacob. Ditangan kanannya , ia sibuk memainkan pistol dengan ujung jarinya. Memainkannya seolah olah bagai benda yang tak berbahaya.
Tanpa diduga...
Dor...
Dor..
Dor..
Dor..
Bruk...
Bruk..
Bruk..
Bruk..
4 anak buah Jacob telah ambruk dengan peluru bersarang diperutnya. Menyisakan 6 anak buahnya yang saling melempar pandangan masing masing.
"Kau masih sama kejamnya dengan dulu, ya..." celetuk David sambil duduk disofa didepan Jacob.
Jacob tertawa lebar lalu berkata," iya, dan kau masih sama liciknya dengan dulu... Hahaha..."
Seluruh anak buah keduanya ikut tertawa lebar menyaksikan para bosnya tertawa.
"Jadi apa yang kau cari disini, Sobat?" tanya Jacob.
"Seseorang. Elisa Ariella."
Deg.
Jacob yang akan menghisap sebatang r*kok ditangannya, menghentikan aksinya dan balik menatap menyelidiki David.
"Seingatku, Alexa dan kedua anak Wicaksono mengatakan jika Nona Elisa sudah tewas. Mereka menemukannya didalam lemari pakaian lalu menguburkannya dihalaman belakang. Memangnya apa yang-"
David segera pergi kehalaman belakang sebelum Jacob selesai dengan perkataannya.
Para anak buahnya pun ikut bingung namun diam saja.
"Kenapa dia terburu buru? Apa yang direncanakan David kali ini?"
Segumpalan asap keluar dari mulut dan hidung Jacob, ia masih santai menikmati r*koknya hingga habis.
Dihalaman belakang, David menangis tergugu didepan gundukan tanah dengan pusara tanpa nama. David yakin jika itu adalah kuburan dari Elisa. Hatinya mengatakan itu.
"Elisa... Maafkan kesalahanku selama ini.. Tolong sampaikan maafku pada ibumu juga.. Aku tak becus mendidik adikmu dan menjagamu hingga kau jadi seperti ini... Huhuhu..."
"Tapi tenang saja.. Adikmu akan mendapatkan hukumannya. Aku pastikan dia akan menanggung akibat perbuatannya kali ini. Sudah cukup semua kesemena menaannya, setelah ini dia akan dihukum berat, entah olehku atau oleh pihak berwajib."