💮Warning mengandung unsur 21+ jadi bijak dalam memilih bacaan ya💮
Di tinggalkan oleh orang yang kita cintai tentu sangat berat. Apa lagi dengan hadirnya sesosok makhluk kecil yang di sebut anak. Gerry Ardana seorang pengusaha properti harus menelan kenyataan pahit karena istrinya mendadak meninggalkan dirinya setelah melahirkan putra pertama mereka. Sang istri tak terima melahirkan bayi prematur yang di diagnosa dokter memiliki kekurangan itu. Di sisi lain bayi yang diberi nama Zafa Ardana itu memiliki alergi terhadap susu sapi. Lalu bagaimana nasib baby Zafa? ikuti kisah selengkapnya.
S2. Menceritakan tentang kehidupan percintaan Didi, Aldo dan Arsen. (S2 ini gado-gado kisahnya. Jika suka silahkan lanjut, jika tidak tinggalkan othor disini tanpa kata" yang menyakitkan)
Plagian harap menjauh, kisah ini pure dari hasil Meres otak. Jadi jangan sekali sekali mencontek
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
"Halo git, git kita tunda saja keberangkatan kita ke new York. Dan tolong kamu periksa latar belakang Dian, aku sudah kirim fotonya padamu. Namanya Dian Ayunda, asal dari Bandung. Aku ingin laporannya ada hari ini juga." Ujar Gerry, pagi ini ia ingin semua laporan tentang Dian segera bisa ia dapatkan. Entah mengapa ia berpikir jika Dian bukanlah wanita biasa, yang berasal dari keluarga yang biasa saja.
"Ger, ayo turun sarapan. Dian udah nunggu di bawah." Ajak nyonya Arini. Gerry pun mengangguk lalu mengikuti langkah nyonya Arini menuju ke ruang makan.
"Kamu sakit? kenapa wajahmu pucat?" tanya Gerry, ia pun berjalan mendekat ke arah Dian.
"Saya, baik² saja tuan." Jawab Dian datar.
Nyonya Arini merasa heran dengan sikap Dian pada Gerry.
"Dian, mulai sekarang jangan memanggil Gerry, tuan!" kata nyonya Arini.
"Baiklah Bu," Jawab Dian singkat.
"Kalian harus lebih mengakrabkan diri! Kan sebentar lagi kalian nikah," lanjut nyonya Arini.
"Kami menikah demi Zafa dan Zafrina Bu, untuk apa kami mendekatkan diri. Sedekat apapun kami, jika hati dan pikirannya masih milik orang lain kami tak akan pernah menjadi siapa², hanya orang asing." Kata Dian begitu tegas dan dingin.
Nyonya Arini tau, Dian masih memikirkan hubungan Gerry dan Selena. Gerry mendengar ucapan Dian merasa tertampar. Selama ini banyak yang mengincar dirinya, bahkan setiap wanita rela mengantri untuk sekedar mendapat belaiannya, tapi Dian, jangankan mengharapkannya dari awal sepertinya wanita ini ingin membatasi hubungan mereka.
"Aku sudah janji sama mamah, akan belajar menerima pernikahan kita, dan aku juga akan belajar mencintaimu Dian." Kata Gerry menatap wajah Dian, Dian hanya menyikapinya datar. Ia tak ingin kecewa lebih dalam lagi. Cukup kemarin dia berharap dan seketika itu pula ia dijatuhkan. (yang ga faham maksud kenapa Dian kecewa disini, ada di bab saat Gerry menggoda Dian, tapi malamnya masih aja ngomong andai Selena seperti dia.)
"Tak perlu berjanji apapun, karena aku lebih suka bukti nyata bukan hanya gumaman semata." Dian langsung berpamitan pada nyonya Arini untuk kembali ke kamar baby Zafa, dan Zafrina, Di kamar itu kini sudah ada 2 orang pengasuh, selain bi Esih, ada juga Lila yang berusia 23 tahun. Sejak datang ke sana Lila amat mengagumi rumah Gerry, bahkan ia terpesona dengan sosok Gerry yang menurutnya sangat tampan itu.
"Mbak Lila, sini aku mau gendong Zafa." kata Dian, tapi Lila menatap Dian dengan wajah judes.
"Zafa habis berjemur, harus mandi dulu." Kata Lila berlalu membawa Zafa. Bi Esih menjadi tak tega melihat Dian yang tampak sedih.
"Jangan diambil hati ya Nak," Kata bi Esih menenangkan Dian.
"Iya bik, Dian ngga papa kok." Dian tersenyum. Sebelum masuk ke rumah ini, nyonya Arini sudah memberi tahu tugas Lila, dia bertugas untuk membantu Dian merawat Zafa. Nyonya Arini sengaja tidak menyebut jika Dian adalah calon menantunya. Namun meski begitu sepertinya sejak awal tingkah wanita itu sedikit berlebihan. Apalagi saat bertemu dengan Dian, Lila tampak tak menyukainya.
Sementara Dian menyusui Zafrina, Zafa sedang di mandikan oleh Lila, sampai terdengar bunyi Zafa menangis. Dian langsung menyerahkan Zafrina Pada bi Esih.
"Ada apa mbak? kenapa Zafa nangis." Tanya Dian sambil merebut Zafa dari gendongan Lila namun ia bertanya masih dengan suara yang lembut dan sopan.
"Ya biasalah mbak, namanya juga anak bayi bisanya cuma nangis. Ini hal biasa kalo bayi mandi pasti nangis." Kata Lila ketus, Dian mulai tersulut emosi karena dari tadi Lila selalu saja berkata ketus padanya.
"Biasa gimana? Zafa itu kalo mandi jarang nangis. Dian mendekat mencoba mengecek suhu air. Dian pun terperangah, "Mbak Lila gimana sih ini airnya Zafa kepanasan, pantas saja nangis." ucap Dian dengan nada setengah berteriak. Karena rasa sayangnya pada Zafa, ia selalu ingin semua yang berhubungan dengan bayi itu, ,harus sesuai dengan yang ia sudah atur.
Suara Dian membuat nyonya Arini segera masuk. Melihat bi Esih yang terus menunduk sambil membawa Zafrina membuat pikiran nyonya Arini semakin tidak tenang. Dia sebenarnya ingin mengajak Dian ke taman untuk mengobrol. Tapi dia malah terkejut mendengar Dian berteriak pada Lila.
"Ada apa sayang?" Tanya nyonya Arini bingung. pasalnya Dian mendekap Zafa erat sambil menangis.
"Maaf nyonya, saya tidak tau kenapa, tapi dia tiba² merebut Zafa dari gendongan saya." Ucap Lila dengan wajah pura² sedih. Inilah yang di takutkan nyonya Arini, Dian belum siap berbagi Zafa dengan pengasuh. meskipun baru dua Minggu. Ikatan batin keduanya benar² kuat.
"Dia bohong Bu, air yang dia pakai untuk memandikan Zafa sangat panas, kulitnya bisa melepuh. Coba ibu lihat, Dian menunjukkan pantat Zafa yang memang kemerahan.
"Apa kamu tidak mengecek suhunya dulu Lila?" tanya nyonya Arini, ia pun merasa marah melihat pantat Zafa yang memerah.
"Ada apa ini mah?" tanya Gerry yang menyelonong masuk ke kamar mandi.
"Ini lho Ger, masak iya dia mandiin Zafa pakai air panas, lihatlah pantat Zafa sampai merah. Melihat Gerry masuk, Dian membawa Zafa keluar untuk dipakaikan pakaian.
"Sudahlah mah, mungkin dia tidak sengaja." Kata Gerry. Nyonya Arini mendengus lalu meninggalkan Gerry dan Lila di kamar mandi.
"Tuan saya minta maaf." Kata Lila masih dengan wajah pura²nya.
"Ini pertama dan terakhir kau melakukan kesalahan di rumah ini. Jika sekali lagi aku mendapatimu melakukan kesalahan lagi saat mengurus putraku, aku tak segan² melemparmu ke kolong jembatan." Ucap Gerry penuh penekanan.
Nyonya Arini masih menenangkan Dian yang masih terus menangis.
"Sudah tidak apa² Dian. Ibu yakin itu, buktinya Zafa tidak menangis lagi." Kata nyonya Arini.
"Tapi ini merah Bu, kita bawa Zafa ke rumah sakit ya Bu, atau kita panggil dokter Fany." Ucap Dian sesenggukan, Gerry dapat merasakan ketulusan yang Dian miliki. Kasih sayang Dian pada Zafa bukan hanya tipuan atau main².
"Aku sudah telepon dokter Fany. Jangan menangis lagi ok!" ucap Gerry menghapus air mata Dian.
Dian merasa hatinya kembali bergetar. "Apa boleh aku mempercayakan hatiku padamu" batin Dian.
Setelah 30 menit menunggu dokter Fany akhirnya datang. Ia segera memeriksa baby Zafa yang mulai kelihatan montok. Dokter Fany mengoleskan salep ke pantat baby Zafa, beruntung kulit bayi itu tidak sampai melepuh.
"Semua baik² saja nyonya Dian. Anda tidak perlu khawatir. Oleskan salep ini setelah Zafa Mandi." Kata dokter Fany, ia langsung berpamitan setelah itu. Karena hari ini jadwalnya begitu padat.
"Terimakasih dokter Fany." Ucap nyonya Arini.
"Sama² nyonya, saya harap anda tetap memberikan support pada nona Dian. Dengan begitu ia tak merasa sendirian.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
makasih sudah mampir love you gaes 😘😘
dengan perjanjian yg dibuat itu dimna apabila anaknya dian cewe dia tak mau mengakui dan kontrak berakhir itu sama aja udah talak,tapi talaknya berlaku pas dian sdh melahirkan... memang kadang banyak yg salah sangka dengan ini.. sama halnya nikah kontrak yg memiliki masa berlaku,apabila sampai masanya dan kedua pihak ingin melanjutkan pernikahan tersebut sebaiknya dilakukan akad nikah kembali... wallahi