Ayumi adalah gadis yatim piatu blasteran Jepang-Indonesia. Ayumi memiliki dua kakak laki-laki yang tidak beruntung dalam membangun mahligai rumah tangga. Kakaknya yang pertama bernama Tommy harus menjadi duda keren kehilangan istrinya yang seorang pramugari bernama Dena karena kecelakaan pesawat. Dari pernikahan mereka berdua, dikarunai anak perempuan bernama Hana. Sedangkan kakaknya yang nomor dua bernama Kenzi bercerai dengan istrinya karena kepergok selingkuh dengan rekan kerjanya.
Ayumi yang sejak usia 15 tahun tinggal bersama kedua kakaknya setelah orang tuanya meninggal karena covid berusaha mencarikan jodoh untuk kedua kakaknya. Agar dirinya bisa hidup bebas tanpa harus mengurus rumah tangga dan keponakannya yang masih berumur 4 tahun.
Disini lah cerita dimulai. Suka duka Ayumi mencarikan jodoh untuk kedua kakaknya mengalami banyak sekali rintangan. Bagaimana kisahnya yuk silahkan diikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewica Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Pertemuan Tak Disengaja
"Maaf kak eh pak."
Tommy melihat kemeja putihnya agak basah dan berwarna coklat terkena percikan es teh milik Rania.
Rania pun spontan mengusap kemeja Tommy yang kena percikan es tehnya.
"Sudah gak pa pa. Nanti dicuci juga hilang kok." ucap Tommy pelan dan tersenyum.
Rania mendongakkan kepalanya dan menatap wajah Tommy.
"Cakep beud nih orang."
"Ehm mbak, saya mau pesan sate ayam. Bisa tidak minggir sebentar." pinta Tommy yang sekali lagi melengkungkan bibirnya kepada Rania.
"Astaghfirulloh...bisa mas, eh pak..." Rania merutuk dirinya yang sempat melamun melihat ketampanan cowok dihadapannya.
Rania menyingkir dari hadapan Tommy dan karena malu dia akhirnya memilih menunggu pesanannya duduk di kursi agak pojok dekat meja kasir.
"Pak saya pesan sate ayamnya 3 porsi ya." ucap Tommy kepada bapak penjual sate.
"Iya mas." jawab pak penjual sate.
Lalu Tommy membalikkan badannya dan mencari duduk sambil menunggu pesanannya dibuat.
Rania yang melihat Tommy berjalan mendekatinya, Pura-pura mengusap layar ponselnya sibuk didunia maya.
Tommy melihat Rania yang sibuk dengan ponselnya lalu duduk di kursi sebrang meja dimana Rania duduk.
"Duh kenapa duduk disitu sih ini mas ganteng." gumam Rania yang jadi salah tingkah.
Tommy melakukan hal yang sama dengan Rania, membuka layar ponselnya dan sibuk berselancar didunia maya.
Setelah 15 menit menunggu satenya siap. Akhirnya mereka berdua dipanggil bersamaan untuk mengambil pesanan mereka.
"Mbak, mas ini pesanannya sudah jadi." ucap penjual sate yang memasukkan sate yang sudah dibungkus kertas coklat kedalam dua kantong plastik.
Rania dan Tommy sama-sama beranjak dan berjalan menuju penjual sate dan bersenggolan.
"Maaf." ucap Rania pelan.
"Gak pa pa." jawab Tommy tersenyum.
Mereka menerima pesanan sate ayam masing-masing dan berjalan bersamaan menuju meja kasir.
"Berapa porsi satenya? " tanya ibu kasir istri dari penjual sate
"Tiga." jawab mereka berdua.
Rania dan Tommy saling berpandangan lalu kembali melihat ke arah bu kasir.
"45 ribu." ucapnya.
Lalu mereka sama-sama mengeluarkan uang 100 ribu.
"Ehm ada uang kecil gak. 50 ribu gitu, kita baru buka mas, mbak." ucap bu kasir yang mencari uang kembalian di laci dan membuka dompet mencari uang kembalian.
"Gak ada buk." jawab Rania yang juga berusaha mencari uang pas di dompetnya barangkali ada uang kecil nyelip. "
"Gini aja, ini saya bayar sekalian sate mbaknya. Ibu ada kan kembaliannya? " ucap Tommy yang mengagetkan Rania.
"Ada mas." lalu ibu itu menerima uang Tommy dan mengembalikan uang sepuluh ribu kepada Tommy.
"Terima kasih mas."
Tommy menganggukan kepalanya dan meninggalkan meja kasir dan Rania yang masih bengong.
"Eh tunggu dulu." ucap Rania yang baru loading gak ngeh maksud dari Tommy tadi.
Tommy tetap berjalan keluar menuju parkiran mobil. Rania tetap mengikuti Tommy.
"Mas, eh pak...tunggu ! " panggilnya.
Tommy pun berhenti dan membalikkan badannya ke arah Rania.
"Mas saya transfer ya? Pake rekening apa? Bank asia, bank mandiri atau dana, Shopee pay, gopay atau apa? " ucap Rania yang bersiap-siap transfer uang ke Tommy melalui mbanking.
Tommy tersenyum kepada Rania.
"Gak usah diganti, lain kali kalo saya beli, kamu yang bayarin ya." ucapnya lalu membuka pintu mobilnya.
"Hah?! Eh kapan ketemunya mas. Saya belum tentu juga beli lagi sate ayam dalam waktu dekat." ucapnya bingung.
"Gak harus waktu beli sate ayam. Mungkin kita akan ketemu ditempat lain." jawab Tommy yang asal dan menjadi sebuah doa bahwa mereka akan bertemu lagi.
"Hah?!" Rania bingung dengan jawaban ambigu Tommy.
Tommy masuk kedalam mobilnya dan menghidupkan mesin mobilnya lalu pergi meninggalkan Rania yang masih bengong melihat kepergian Tommy.
"Gimana sih? Aku jadinya punya hutang dong sama kamu." gumam Rania kesal.
Rania lalu berjalan menuju motornya dan hendak pergi kerumah pamannya yaitu pak Burhan, adik dari bundanya.
Sepanjang perjalanan Rania kepikiran dengan kata-kata Tommy. "Au ah gelap, dia sendiri yang gak mau dibayar. Masa iya aku masuk kategori ngutang sama dia. Bijimana bikin orang bingung aja." Rania ngomel-ngomel sendiri dijalan raya.
Sementara itu Tommy yang sedang menyetir mobil menuju rumahnya tersenyum membayangkan wajah cantik Rania yang terlihat imut ketika dia sedang panik.
"Lucu juga gadis itu. " ucap Tommy sambil geleng-geleng kepalanya.
Tak berapa lama Tommy sudah sampai dirumah orang tuanya, rumah berasitektur modern berlantai dua terlihat terang. Ayumi sudah menyalakan semua lampu karena hari sudah menjelang petang.
Tommy memasukkan mobilnya di carport. Rumah dikawasan perumahan cluster tanpa pagar rata-rata tidak berpagar. Dan akan karena 24 jam dijaga oleh security di pintu masuk perumahan.
Hana yang mendengar suara mobil papanya lalu berlari keluar rumah dan menyapa papanya.
"Papah...! " teriaknya diteras rumah.
Tommy yang baru turun dari mobil sambil membawa bungkusan sate ayam berjalan mendekati putrinya yang wajahnya mirip sekali dengan dirinya.
"Assalamu'alaikum cantik."
"Waalaikumsalam."
"Ini papa bawa sate ayam pesananmu."
Tommy memberikan kresek putih berisi sate ayam kepada putrinya.
"Wow banyaknya papa beli." ucapnya dengan polos.
"Kan yang makan bukan Hana saja, om Kenzi dan tante Ayu juga ikut makan." jawab Tommy tertawa sambil mengusap rambut hitam putrinya yang dikuncir ekor kuda oleh Ayumi.
"Oiya lupa." jawab Hana lalu tertawa.
"Ayo masuk sayang, sudah mau adzan magrib." ajak Tommy.
Mereka berdua masuk kedalam rumah dan Tommy melihat adiknya sedang membereskan mainan Hana.
"Hana kok tidak dibereskan mainannya? " tegur Tommy.
"Kan aku berlari nemuin papa." jawabnya polos lalu berjalan mendekati Ayumi untuk memberikan sate ayam kepadanya.
"Sekarang Hana yang beresin mainannya dan disimpan didalam kamar." titah Tommy yang duduk disofa sambil melepas kaos kakinya.
Hana menganggukkan kepalanya dan memasukkan mainannya kedalam keranjang dan Ayumi menaruh sate ayam diatas piring yang sudah dia siapkan. Lalu dia mengambilkan minum segelas air putih untuk kakaknya. Berasa dia yang jadi bini nya.
"Ini minumnya bang." ucap Ayumi menaruh segelas air putih di atas meja tamu.
"Terima kasih Ayumi." balas Tommy lalu mengambil gelas tersebut dan meminumnya.
Ayumi memperhatikan kemeja abangnya yang ada beberapa noda coklat menempel di bagian dadanya.
"Kenapa itu kemeja? " tanya Ayumi.
"Oh ini, tadi kena tumpahan teh. Bukan tumpahan, hanya terpercik aja." jawab Tommy sambil melihat ke arah kemejanya.
"Cepat dilepas bang, aku langsung rendam diair sabun biar hilang nodanya " titah Ayumi.
Tommy menurut, dia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju kamarnya hendak melepas kemejanya sekaligus kaos dalamnya yang berwarna putih polos. Terlihat perutnya yang sixpack, dijamin membuat para wanita tergila-gila melihat perut Tommy.
Tommy mengambil pakaian ganti dan memakainya. Lalu kemeja dan kaosnya yang kotor dia berikan kepada Ayumi.
"Ayu ini. " ucap Tommy yang menghampiri adiknya diruang laundry yang sibuk menyiapkan air sabun didalam ember ukuran sedang.
Ayumi menyahut kemeja dan kaos kakaknya dan langsung dimasukkan kedalam air yang penuh busa rinso.
Setelah itu Tommy pergi mandi, sebelumnya dia mengintip putrinya yang tidak bersuara didalam kamarnya. Ternyata dia lanjut bermain dengan bonekanya.
Lalu Tommy meninggalkan Hana dan masuk kedalam kamarnya yang terdapat kamar mandi didalamnya.
Tak berapa lama, terdengar suara mobil SUV warna hitam masuk ke carport yang muat dua mobil.
"Om Kenzi datang! " sorak Hana yang hapal dengan suara mobil pamannya dan berlari menyambut Kenzi diteras.
"Halo om. " sapanya.
"Halo sayang assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam."
"Ini om bawa cake tiramisu kesukaan kamu." ucap Kenzi memberikan bungkusan cake tiramisu kepada keponakannya lalu menggendong Hana dan membawanya masuk kedalam rumah.
"Terima kasih om." jawab Hana senang.
"Berbagi dengan tante Ayu ya." ucap Kenzi sambil mengecup pipi keponakannya.
"Oke." jawabnya.
Lalu dia turun dari gendongan Kenzi.
Kenzi melempar pantatnya diatas sofa dan menaruh tas ranselnya. Kali ini Ayumi tidak melayani abangnya nomor dua, Kenzi berjalan sendiri menuju ruang makan untuk mengambil minum.
"Baru pulang kamu? " sapa Tommy yang baru selesai mandi keluar kamar.
"Iya." jawabnya singkat.
"Papa, om belikan aku cake tiramisu." lapor Hana yang sedang membuka box berisi cake tiramisu dibantu oleh Ayumi.
"Iyap, kerjaan numpuk gara-gara ijin sejam keluar nemuin cewek rekomendasi Ayumi." sindir Kenzi kepada adiknya.
"Kan situ yang ngatur jadwal. Kok aku yang disalahin." gerutu Ayumi dengan memasang wajah cemberut.
"Hahaha..." Kenzi tertawa, suka sekali dia menggoda adiknya.
"Masih juga kamu jodohin dia? " tanya Tommy yang mencomot satu tusuk sate ayam dimeja makan.
"Iya kalo bisa carikan jodoh buat kalian berdua. Biar ada yang ngurus, siapin baju kerja, siapin sarapan, makan siang, makan malam, cuci baju dan lain-lain." ucap Ayumi.
Tommy dan Kenzi tertawa mendengar ucapan adik bungsunya.
"Mereka sebetulnya kasihan dengan Ayumi yang terpaksa harus menjadi ibu rumah tangga mengurus mereka bertiga. Sejak orang tua mereka meninggal. Dan Tommy kehilangan istrinya, memutuskan pindah kerumah orang tuanya kembali. Sedangkan rumahnya sendiri dia kontrakan.
Sedangkan Kenzi yang bercerai dengan istrinya mulai dari nol, alias rumah dan seisinya dia beri ke mantan istrinya, juga memilih kembali ke rumah orang tuanya.
Mereka berdua punya tanggung jawab untuk merawat dan membesarkan Ayumi yang waktu kedua orang tuanya meninggal masih kelas dua SMP.
Karena sudah terbiasa dididik mandiri oleh orang tuanya, Ayumi justru merawat kedua kakak dan keponakannya dari memasak, mencuci dan menjaga Hana keponakannya.
Tak berapa lama adzan magrib berkumandang. Kenzi pamit untuk mandi sebentar. Setelah itu Tommy mengajak kedua adiknya dan putrinya untuk sholat berjamaah. Kebiasaan yang diterapkan oleh mendiang papanya yang walaupun mualaf waktu menikahi bundanya tapi sangat disiplin menerapkan kewajiban agama islam.
Setelah sholat magrib, mereka kemudian makan malam bersama menikmati sate ayam yang dibeli oleh Tommy.
Sementara itu dikediaman pak Burhan, juga sedang menikmati makan malam bersama. Mereka menikmati sate ayam yang dibelikan oleh Rania.
Rania dan bu Vika tinggal bersama dengan keluarga pamannya karena rumahnya sangat besar sekali. Sedangkan pak Burhan hanya tinggal berdua dengan istrinya. Kedua anaknya laki-laki sudah berumah tangga dan tinggal dirumah masing-masing.
Sebetulnya Rania dan bundanya memiliki rumah sendiri walaupun tak semewah rumah pamannya. Tapi karena istrinya meminta Rania tinggal dirumahnya karena beliau sering kesepian. Mau gak mau Rania dan bundanya ikut tinggal bersama mereka.
Sedangkan rumah mereka sendiri dikontrakan. Paman dan bibinya memberikan tempat tinggal di paviliun belakang rumah mewah mereka agar Rania dan bundanya bebas dan tidak sungkan melakukan apa saja.
"Rania, kamu mau apa tidak paman jodohkan dengan anak sahabat paman? " tanya pak Burhan yang memecah keheningan diruang makan.
"Ish paman, seperti jaman siti Nurbaya aja pake dijodohkan." jawab Rania sambil mengunyah sate ayamnya.
"Gak pa pa Rania coba aja. Sapa tahu jodoh." sahut bu Risa istri pak Burhan.
"Gak pa pa kan kenalan dulu. Kalo jodoh alhamdulillah kalo belum jodoh ya cari lagi." jawab pak Burhan enteng aja.
"Gimana mbak yu, boleh tidak Rania dijodohkan sama anak sahabatnya mas Burhan. Tapi duda anak satu." ucap bu Risa kepada bundanya Rania.
"Aduh enggak deh. Gak mau Rania sama duda mati anak satu." sahut Rania takut anaknya gak bisa terima Rania.
"Memang anaknya umur berapa Risa? " tanya bu Vika.
"Umur 4 tahun ya pah? " tanya bu Risa kepada suaminya.
"Iya." jawab pak Burhan.
"Ehm aku terserah Rania aja lah. Dia juga susah amat buka hati sama orang sejak batal nikah sama Nico." ucap bu Vika melirik putrinya.
Rania diam aja tidak menjawab ucapan bundanya. Dia memilih menikmati makan malamnya.
"Ya sudah, sabtu besok om akan mengundang Tommy makan siang disini sekaligus ngobrol soal proyek pembangunan gedung." ucap pak Burhan mengambil keputusan tanpa persetujuan Rania.
"Tommy? " sebut Rania
"Iya namanya Tommy, kenapa? " tanya pak Burhan
"Gak pa pa." jawab Rania lalu lanjut menggigit sate ayamnya.
Pak Burhan tersenyum saja melihat keponakannya. Beliau berharap Tommy berjodoh dengan Rania. Walaupun perjodohan yang pernah dia lontarkan dengan sahabatnya tidak pernah terjadi karena keduanya dikaruniai anak laki-laki dan Ayumi lahir ketika kedua anaknya sudah menikah. Tapi ada Rania keponakan perempuan satu-satunya yang siapa tahu berjodoh dengan salah satu anak mendiang sahabatnya Satori.