"Itu di kulkas banyak bahan makanan, lo masak lah. Tugas lo sebagai istri itu masak, ngerti lo!" Ucap Raka dan masih berusaha merebut HP nya dari tangan Ryana.
"Gue gak bisa masak!" Kata Ryana langsung mendengus, "Bukannya lo yang bilang kalau lo bisa masak. mending sekarang lo aja yang masak, gue gak mau tau. Lo masak atau HP lo gue buang!"
Setelah mengatakan itu, Ryana pun langsung pergi kembali menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar.
"Istri gak becus lo!" Teriak Raka dengan kesal.
"Bodo amat!" Balas Ryana tak perduli.
Dua manusia yang berbeda sifat, selalu bertengkar dan tidak pernah akur, namun saling perduli dan peka satu sama lain di kala masa sulit. akankah rumah tangga mereka bertahan sampai akhir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di antar pulang
...~Happy Reading~...
"Itu celana baru!" ucap Raka langsung ketika melihat Ryana membuka pintu bilik nya dan mendapati gadis itu yang tengah menatap nya bingung.
"Lo nyolong?" tanya Ryana menuduh.
Ctakkk!
"Raka!" pekik Ryana ketika Raka dengan usil nya langsung menyentil kening nya.
"Lo bener bener gak tau Terima kasih ya! Udah di bantu, di pinjemin malah nuduh gak jelas!" cetus Raka langsung berdecak kesal.
Raka memang sering membawa seragam ganti yang selalu ia simpan di dalam loker. Karena dirinya sering bermain basket dan pasti celana nya akan kotor. Maka dari itu, ia selalu membawa seragam cadangan untuk ganti. Dan ternyata, kini berguna juga untuk ia berikan kepada Ryana.
"Ya mana gue tau! Kali aja lo nyolong punya siapa gitu, biar lo terlihat seperti pahlawan. Biar gue berterimakasih sama lo, terus—"
Deg!
Seketika itu juga Ryana langsung diam dan menghentikan ucapan nya kala dengan tiba tiba Raka menempelkan jari nya tepat di bibir Ryana.
Glek!
Dengan sulit, gadis itu menelan saliva nya ketika Raka menatap nya dengan begitu intens. Tak bisa ia pungkiri, meskipun ia sangat membenci laki laki itu, namun jantung nya mampu berdetak dengan begitu cepat saat dirinya mendapatkan tatapan seperti itu.
"Gue anter lo balik!" ucap Raka setengah berbisik di telinga Ryana, lalu ia segera berlalu meninggalkan Ryana sendiri.
"Buruan! Jangan kaya siput lo, lelet!" teriak Raka sambil berjalan pelan tanpa menatap pada Ryana, hingga membuat gadis itu tersadar dan langsung berlari keluar toilet untuk mengejar Raka.
Brukkk!
"Rakaaaa!" pekik Ryana yang lagi lagi di buat kesal oleh laki laki itu.
Bagaimana ia tidak kesal, saat dirinya di suruh cepat menyusul, dan ia berlari tiba tiba Raka berhenti di tengah jalan hingga membuat nya menabrak punggung Raka.
"Sorry, gue lupa!" Raka langsung mengeluarkan ponsel nya, menghubungi seseorang, "Tunggu bentar!"
Setelah beberapa saat, Raka segera menyudahi sambungan telfon nya. Ia segera mengajak Ryana untuk menuju parkiran dimana sebuah mobil berwarna silver sudah terparkir di sana.
"Masuk!" titah Raka membukakan pintu untuk Ryana.
"Ckckck ngaku cucu pemilik rumah sakit, tapi hobi nya minjem mobil terus!" cibir Ryana berdecak namun tetap masuk ke dalam mobil.
Ryana tau dan hafal dengan mobil berwarna silver yang ia masukin itu tak lain adalah mobil milik sahabat dari Raka. Dan ini bukanlah kali pertama dirinya di antarkan pulang oleh Raka dengan menggunakan mobil teman nya.
Ryana berfikir, Raka tidak mau mengantarkan nya dengan menggunakan motor, karena Raka tidak mau ketahuan oleh pacar pacar nya. Padahal, tanpa semua orang tahu, bahwa ternyata mobil yang di miliki para sahabat Raka itu adalah mobil milik nya sendiri.
Bahkan, orang tua nya pun tidak ada yang tahu, bila Raka memiliki banyak mobil yang ia sebar di rumah teman teman nya.
Raka memang bukan type orang yang menyukai mobil, karena ia lebih suka motor. Bahkan koleksi motor nya sudah tak terhitung di rumah nya. Hingga membuat sang mama selalu marah marah setiap kali dirinya membeli motor baru.
Sedangkan mobil mobil yang ia miliki di rumah para sahabat nya, itu adalah hasil darinya setiap kali memenangkan taruhan atau balapan liar.
"Kalau tidak tahu, lebih baik kamu diem, duduk manis dan nurut. Jangan banyak komentar," balas Raka tak kalah sengit dari Ryana, "Berhemat lah, agar suara cempreng mu itu tidak cepat habis!"
Ryana hanya mampu mendengus dengan kesal, ia begitu enggan berdebat lagi dengan Raka, karena kini perut nya sudah mulai melilit dan nyeri. Jadilah ia memilih untuk duduk meringkuk dan membelakangi Raka daripada emosi nya semakin naik.
...~To be continue... ...
