NovelToon NovelToon
Tutorku Tunanganku

Tutorku Tunanganku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:814
Nilai: 5
Nama Author: Mashimeow

"Mulai sekarang gue yang jadi tutor lo sampai ujian kenaikan kelas."

Awalnya Jiwangga hanya butuh Keisha sebagai tutornya, itupun dia tidak sudi berdekatan dengan anak ambis seperti Keisha.

Sayang seribu sayang, bukannya menjauh, Jiwangga malah dijodohkan dengan Keisha.

Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mashimeow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Today Is The Day

Keisha mematutkan diri di depan cermin. Ia sudah benar-benar siap sekarang dengan setelan outfit yang dia pakai. Tubuh ramping nan semampainya itu dibalut oleh kaus crop top dan kardigan putih gading dengan celana kulot lebar berwarna hitam. 

Mengantisipasi panasnya suhu di GOR SMA Arcapada, Keisha memilih untuk mengkuncir rambutnya model pony tail. Pantulan bayangan dari kaca menunjukkan betapa cantik paras si puan. Apalagi wajahnya dipoles dengan riasan tipis yang terkesan natural. 

Keisha membawa turun poster dan tas selempang berisi ponsel, dompet, dan beberapa barang penting lainnya. Pertandingan basket dimulai pada pukul 10 pagi. Biasanya dari sekolah menyediakan fasilitas untuk berangkat bersama-sama. Tetapi untuk kali ini Keisha menolak dan lebih memilih datang bersama Luna.

Gadis itu sampai rela menginap satu malam sebelumnya di rumah sang sahabat. Demi membuat semua persiapannya sempurna tanpa ada yang kurang satu pun. Keisha memoles bibirnya dengan lip tint warna pink natural agar bibirnya tidak terkesan kering juga pucat. 

“Kei, lo udah siap belum?” tanya Luna dari luar kamar.

“Udah! Tinggal ke bawah aja pakai sepatu,” balas Keisha dari dalam. 

“Buruan ya mumpung Mas Bintang mau antar kita,” kata Luna.

“Iya, gue udah siap kok,” ucap Keisha menimpali.

Keisha lantas memeriksa sekali lagi semua persiapannya sebelum keluar dari kamar. Ia mengangguk mantap lalu meraih kertas poster miliknya untuk dibawa. Jantungnya berdebar tak karuan merasakan antusiasme yang begitu membuncah dalam diri. Gadis itu benar-benar tidak sabar melihat reaksi Jiwangga nanti. 

Ketika sampai ruang tengah, Keisha berpapasan dengan Bintang. Anak laki-laki satu-satunya di keluarga ini sekaligus kakak sulung dari Luna. Pria berwajah tampan bak malaikat, begitu lah orang-orang kerap kali menyebutnya. Keisha lumayan akrab dengan Bintang karena jarak umur keduanya tidak terlalu jauh. 

Keisha langsung memakai sepatunya sebab tidak ingin membuat mereka menunggu lebih lama. Ia juga sempatkan untuk menyalimi orang tua Luna saat berpamitan tadi. Lalu gadis itu akhirnya berjalan bersama Bintang keluar menuju garasi. 

“Nggak ada yang ketinggalan?” tanya Bintang.

Keisha mengangguk yakin. “Gue udah bawa semuanya kok Mas,” jawab Keisha.

“Yuk berangkat. Tuh si Luna udah ke mobil duluan,” ucap Bintang. 

“Oke.”

Keisha duduk di bangku tengah karena samping kemudi sudah diambil oleh Luna. Dia juga tidak mempermasalahkan hal itu. Toh duduk di mana saja bukan menjadi masalah besar. Perjalanan dari rumah Luna menuju GOR SMA Arcapada hanya membutuhkan waktu 15 menit saja. 

Beruntungnya mereka jalanan tidak macet sama sekali di hari sabtu pagi ini. Padahal biasanya akan ada kemacetan di beberapa titik saat masa weekend. Mungkin saja keberuntungan sedang berpihak pada Keisha yang tengah berbahagia. Keisha dan Luna bisa masuk tanpa hambatan setelah menukar tiket di pintu masuk. 

Mereka sudah meminta pada Gilang untuk menyisakan dua tempat paling depan. GOR SMA Arcapada terpantau sangat ramai dan penuh sesak. Ruangan besar dipenuhi oleh para siswa yang mendukung jagoan sekolah masing-masing. Keisha agak kesulitan menemukan di mana keberadaan Gilang dan teman-temannya. 

Luna yang lebih tinggi langsung menarik tangan Keisha saat melihat lambaian tangan dari Gilang. Berjalan di antara himpitan banyak orang memang tidak lah menyenangkan. Keisha baru bisa bernapas lega saat mencapai bangku miliknya. Satu detik merasa tenang, gadis itu dibuat terkejut saat melihat keberadaan Joshua, Julian, dan Tristan di bangku belakang mereka.

“Kok lo ngambilnya di depan mereka sih?” bisik Keisha pada Gilang.

“Sisa di sini doang kalau lo mau paling depan, Kei. Bisa lebih dekat lagi tuh lo duduk sebelah Pak Bimo,” balas Gilang santai.

“Gue jadi agak nervous tahu,” kata Keisha sesekali melirik ke arah Julian dan kedua temannya. 

Merasa diperhatikan, Joshua mencondongkan tubuhnya sedikit lebih maju ke arah Keisha. Pemuda itu santai merangkul pundak si cantik. “Apa yang bikin lo nervous Kei? Lo mau ngelakuin hal gila apa kali ini?” tanya Joshua.

“Nguping tuh emang jadi hobi lo ya, Josh? Sumpah ya gue lagi ngomong sama Gilang, lo main nyaut aja,” cibir Keisha.

“Biarin aja lah Josh. Nggak usah lo gangguin dia dari pada nanti ada macan ngamuk di sini,” lerai Julian. Pemuda dengan lesung pipit di pipi itu seolah memberi kode pada Keisha dengan tatapan matanya.

Joshua tertawa kecil lalu menyenggol lengan Julian. “Idih ngebelain,” kekeh Joshua tengil.

“Lihat ke arah depan sana. Jiwangga ada di lapangan bukan di sebelah gue, Joshua, sama Julian,” kata Tristan singkat namun sedikit terkesan jutek.

Keisha tanpa diminta pun akan langsung mengalihkan pandangan ke arah lapangan. Perempuan cantik itu melihat kemunculan Jiwangga dari arah pintu lain bersama dengan teman satu timnya. Kelima pemuda kebanggaan SMA Manggala siap bertarung dan memenangkan piala pagi ini. 

Sementara itu.

Jiwangga memastikan seluruh anggota timnya sudah dalam keadaan prima. Mereka melakukan doa bersama dan pemanasan singkat sebelum memulai pertandingan. Ia mengedarkan pandangan pada sekeliling melihat betapa penuhnya kursi stadion pagi ini. Aura antusiasme membakar semangat Jiwangga.

Sedang asik-asiknya memantau keadaan, lengan pemuda itu disenggol oleh Harvey. Secara spontan juga Jiwangga menoleh pada sahabatnya. Pemuda yang lebih tinggi menunjuk pada satu arah. 

“Ada si Keisha tuh nonton kita tanding,” ucap Harvey.

Jiwangga melihat pada arah tunjuk jemari Harvey. Memang benar ada Keisha di antara kerumunan pendukung sekolahnya. Jiwangga mematung saat gadis itu menyapa lewat lambaian tangan dan senyuman manisnya ketika mereka beradu pandang. 

“Mana?” celetuk River. 

“Itu bangku di depannya Joshua, Julian, sama Tristan,” tunjuk Harvey.

“Biarin aja lah kalau mau datang,” kata Jiwangga acuh.

“Lagian kenapa datangnya telat banget gitu ya pas kita tinggal batch terakhir,” kata Harvey.  

“Kira-kira dia mau kasih semangat ke siapa ya? Jangan-jangan Keisha naksir salah satu anak basket lagi.” Lucas berkata sambil mengikat rambut pirangnya. 

“Udah pasti datang buat gue nggak sih? Emang ya, pesona seorang River Benjamin nggak perlu diragukan lagi,” ucap asal River dengan ekspresi muka tengil yang menyebalkan. Pemuda itu mengusap permukaan dagu dengan jempol dan jari telunjuk.

“Fokus menang dulu baru mikir yang lain,” tegur Jiwangga mengingatkan.

Jiwangga melangkah menuju tengah lapangan bersama dengan teman-temannya. Seketika sorakan dan teriakan para kaum hawa memenuhi dalam stadion itu. Jiwangga mengatur posisi lebih dahulu. Saat peluit berbunyi dan bola dilempar baik kedua tim saling memperebutkan benda bulat itu. 

Atensi pemuda itu sempat teralihkan sesaat kala sepasang netra tajamnya menatap pada barang yang dibawa oleh Keisha. Jiwangga menatap tidak percaya pada poster yang berisi kumpulan wajah aibnya di sana. Perasaan bingung seketika memenuhi relung hatinya namun semua itu digantikan oleh semangat saat mendengar teriakan kencang dari Keisha.

“JIWANGGA SEMANGAT,” teriak Keisha sambil membentangkan heboh poster wajah si biang onar di tangan.

“GO THUNDERBOLTZ! GO THUNDERBOLTZ PASTI MENANG,” seru suporter dari SMA Manggala tidak mau kalah nyaring.

Jiwangga menerima lemparan bola dari Lucas dan mengopernya pada River. Suara decitan antara sepatu dengan lantai semakin menggema saat semua orang sibuk merebut benda bulat tak bernyawa itu. Entah ada hal aneh yang membuat Jiwangga begitu bersemangat di menit-menit terakhir pertandingan.

Pemuda itu semakin lincah bak sebuah roket sudah diberi bahan bakar yang siap untuk meluncur bebas. Jiwangga merampas bola dari tangan lawan dengan mulus tanpa ada hambatan. Skor antara Manggala dan Arcapada di batch ketiga lumayan jauh. Mereka mengejar dengan 20-23. Hanya tinggal memasukkan bola pada ring lawan maka kemenangan akan berada di tangan SMA Manggala.

Jiwangga memantulkan bola basketnya ke lantai. Sorot pandang waspada pemuda itu berikan pada siapa saja yang berniat merebut bola. Jarak tempatnya berdiri dengan ring lumayan jauh. Ia tidak yakin jika lemparannya kali ini akan benar-benar mengenai sasaran.

“JIWANGGA SEMANGAT! GUE YAKIN LO PASTI BISA,” pekik Keisha dari tempat duduknya. 

Jiwangga menoleh sekilas ke arah Keisha. Perempuan itu tengah memberikan dua acungan jempol ke arahnya. Seolah meyakinkan si tuan untuk percaya diri dengan kemampuan dan memberikan hasil yang terbaik. Jiwangga menghela napas panjang lalu meneguhkan diri.

Ia berlari menuju ring lawan tanpa keraguan. Dalam hati ia berharap agar bola ini membawa kemenangan lagi untuknya dan sekolah tercinta. Jiwangga melempar bola basketnya menuju ring lawan. 

Keberuntungan memang selalu berpihak pada Jiwangga Abram jika sedang di lapangan. Bola itu lolos melewati lubang ring dan skor milik SMA Manggala berganti menjadi angka 24. Thunderboltz lagi-lagi membawa kemenangan. Jiwangga bersorak kegirangan atas pencapaian yang diraih. Semua warga Manggala ikut bersuka cita atas kebahagiaan ini.

1
bayusetyawan
aku pengen gabung ke chaos brotherhood thor
Cheng Lin2194
Terhibur banget!
Mashimeow: terima kasih udah suka sama ceritaku^^
total 1 replies
Juárez Márquez Odette Margarita
Ngakak dosa!
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!