My Psycho Man

' Ah, hampir saja jantungku lepas' batin Erina lega, setelah mendapati jika pemilik tangan hangat tersebut ialah sang kekasih yang beberapa bulan ini sangat ia rindukan.

" Ternyata benar, kapan kau datang?" tanya Yerkhan dengan wajah yang datar

" Dini hari tadi, bibi bilang kau sudah tidur, jadi.."

" Bagaimana kabarmu?"

Perkataan Erina terhenti ketika Yerkhan seakan sengaja memotong kalimat karena tidak ingin mendengar alasan yang ingin Erina sampaikan.

" Kabarku baik, lalu kau sendiri, apa terapinya berjalan lancar?" Erina bertanya sembari menatap wajah tampan yang berdiri hanya beberapa centimeter dengannya

" Ya " jawab Yerkhan singkat

" Syukurlah jika berjalan lancar" ujar Erina tersenyum canggung

" Masuklah kedalam, bibi mencarimu" tukas Yerkhan mengajak Erina kembali ke dalam mansion.

Entah mengapa, wanita cantik itu merasa jika sikap Yerkhan jauh berbeda dengan sebelumnya. Memang ialah yang memutuskan untuk menjaga jarak dengan sang kekasih, namun tak disangka jika hal tersebut malah membuat hubungan mereka menjadi canggung.

" Mengapa cepat sekali, kukira kalian sedang jogging bersama" tegur bibi Nurgul yang sedang menyiapkan sarapan bersama asisten rumah tangganya

" Bukankah bibi mencariku?" tanya Erina dengan ekspresi kebingungan, terlebih Yerkhan yang belum lama berdiri disampingnya sudah berlalu pergi menuju ruangan lain

" Untuk apa aku mencarimu di pagi hari seperti ini" jawab bibi Nurgul keheranan.

Namun hal itu tak terlalu wanita paruh baya itu pikirkan, sebab pandangannya teralihkan pada pakaian Erina yang basah karena terkena semprotan air.

" Cepat ganti pakaianmu, lalu kembali kemari untuk sarapan bersama ya" ujar bibi Nurgul dengan ramah

" Baiklah".

...----------------...

Hingga pada keesokan harinya, Erina yang mulai merasa tidak nyaman dengan perilaku Yerkhan pun berniat ingin menemuinya untuk berbicara secara empat mata.

Hal itu perlu ia lakukan karena merasa jika perilaku Yerkhan terhadapnya telah berubah secara signifikan. Semua tampak jelas dari bagaimana cara Yerkhan menatap serta berbicara kepadanya, terkesan singkat dan dingin. Sangat jauh berbeda dengan sebelumnya yang ramah dan hangat, serta sedikit nakal karena selalu melontarkan kata godaan.

Dengan langkah tergesa Erina menghampiri Yerkhan yang diketahui tengah berada di dapur. Namun wanita cantik itu memundurkan langkahnya, lalu bersembunyi dibalik tembok ketika melihat seorang wanita berambut pirang yang sedang berbincang dengan kekasihnya.

' Bukankah dia wanita yang waktu itu?' batin Erina berusaha mengingat nama wanita berambut pirang tersebut.

" Selesaikan urusanmu, jangan menemuiku lagi" ujar Yerkhan menatap tajam model cantik dihadapannya

" Melihatmu seperti ini, aku jadi ingin terus bertemu denganmu~" goda Yvelina sembari menyentuh dagu pria tampan yang sedari tadi bersikap tak acuh padanya.

Seketika Yerkhan menoleh, menghindari jari telunjuk Yvelina yang sudah menyentuhnya terlebih dulu.

' Apa yang sedang mereka lakukan?' batin Erina mulai merasa penasaran.

" Hari ini cukup cerah, bagaimana jika kita ke museum?" ajak Yvelina penuh harap

" Tidak, aku sibuk" tolak Yerkhan hendak meninggalkan ruang dapur tersebut, namun hal itu tidak jadi ia lakukan karena salah satu lengannya tertahan oleh genggaman erat Yvelina.

" Jangan menolak ku, atau kau akan merasakan akibatnya" bisik Yvelina dengan penuh penekanan.

Ancaman Yvelina tentu menyulut emosi Yerkhan. Ditepisnya dengan kasar tangan Yvelina, lalu membalas gertakan yang wanita rambut pirang itu lontarkan kepadanya.

" Kali ini apa lagi? Apa yang akan kau lakukan?!" gertak Yerkhan dengan rahang yang mengeras, menatap nyalang sang mantan tunangan yang akhir-akhir ini mengusik ketenangannya

" Kau akan tahu sendiri" ujar Yvelina

" Lakukanlah, aku sudah tidak peduli" balas Yerkhan tersenyum miring sebelum berlalu meninggalkan Yvelina

"Kuharap kau tidak menyesalinya" timpal Yvelina tanpa menghiraukan ucapan Yerkhan yang sempat membuatnya sedikit goyah.

Tidak ingin berlama-lama, pria tampan itu segera pergi meninggalkan Yvelina seorang diri, dengan perasaan muak yang mendominasi. Padahal ia tak pernah merasa semuak ini sebelum Yvelina kembali hadir dalam kehidupannya.

Yvelina Tuleshova, mulai mengusik hari-hari Yerkhan semenjak kembalinya ia ke Astana untuk menjalani terapi psikis. Model cantik berambut pirang itu acap kali menemuinya ketika memiliki waktu luang disela-sela kesibukannya.

Terlebih saat ini, Agensi model yang Yvelina bina tengah menjalani kerjasama dengan salah satu cabang rumah produksi khusus periklanan yang bibi Nurgul kelola, tentu membuat wanita berambut pirang tersebut jadi lebih sering berkunjung ke mansion ini.

Awalnya Yerkhan cukup bersabar dengan tidak mengindahkan apa yang sedang terjadi. Ia menganggap jika mantan tunangannya tersebut hanya melakukan pekerjaan bersama sang bibi. Namun semakin lama ia merasa terusik karena tingkah ekstrem Yvelina yang membuat orang lain bisa saja salah paham terhadapnya.

' Apa dia mendengar percakapan kami?' batin Yerkhan penasaran setalah mendapati sang kekasih yang tengah berdiri mematung dihadapannya.

" Mmm.. aku ingin mengambil air" tegur Erina beralasan.

Yerkhan sempat menatapnya sejenak, kemudian tanpa disangka pria tampan tersebut menggandeng lengan kekasihnya menuju ruangan lain.

...----------------...

Didalam ruang kamar yang cukup luas, tampak beberapa bingkai foto yang menghiasi dinding kokoh disekitarnya. Terlihat potret seorang bayi laki-laki dengan netra coklat, tengah tersenyum riang ke arah kamera. Tak hanya itu, bahkan beberapa potret menggambarkan jika sang bayi laki-laki tersebut kian beranjak dewasa.

Menyadari jika potret tersebut milik kekasihnya, tentu saja Erina tahu jika ia sedang berada dimana. Benar, Yerkhan menggiring Erina sampai kedalam kamar pribadinya.

" Ternyata kau sudah tampan sedari lahir" tegur Erina mengamati sebuah potret dihadapannya

" Kau tidak ingin bertanya tentang hal tadi?" tanya Yerkhan tanpa menghiraukan kalimat pujian yang Erina tujukan padanya

" Hal apa? aku hanya melihatmu berbincang" jawab Erina tanpa menolehkan pandangan

" Bolehkah aku mengatakan sesuatu?" Yerkhan kembali bertanya dengan nada serius

' Seharusnya aku yang akan mengatakannya lebih dulu' batin Erina.

" Ya, katakan saja" jawab Erina yang kali ini menatap kearah lawan bicaranya

" Kemarin dokter Aisha mengatakan padaku, jika kau sudah mengetahui tentang masa laluku" ujar Yerkhan mulai mengepalkan tangan, menahan berbagai emosi yang mulai menghampirinya

" Ya itu benar" balas Erina

" Jika sudah tahu, mengapa kau masih datang kepadaku? jika hanya karena iba, lebih baik kita sudahi saja" Yerkhan kembali berujar, menatap nanar wanita dihadapannya.

Setelah mendengar perkataan Yerkhan, tentu Erina merasa terkejut, namun ia kembali berprasangka baik, mengingat kondisi Yerkhan yang bisa saja memicu pemikiran negatif mengenai hubungan mereka saat ini.

" Aku tidak pernah berpikiran seperti itu" ujar Erina menatap lekat kekasihnya

" Jika tidak, mengapa kau menghindari ku?".

Pertanyaan Yerkhan kali ini membuat Erina jadi tak sabar, dengan segera ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Mengenai maksud serta tujuannya bersikap demikian. Semua ia lakukan hanya untuk kesembuhan sang kekasih.

" Tentang masa lalu mu, aku tidak mempermasalahkannya. Aku hanya ingin dirimu yang saat ini berada di hadapanku. Maaf karena sempat mengabaikan mu" jelas Erina mengakhiri ceritanya.

Yerkhan hanya terdiam, ia tak menyangka jika Erina telah bersabar serta banyak mengorbankan waktu berharga hanya untuk dirinya semata.